Kringg... kringg...
Alarm ku berbunyi, dengan susah payah aku meraih jam weker ku yang berada diatas nakas. Aku bangkit untuk duduk sambil mengerjapkan mataku beberapa kali.
Mengikat rambutku, setelah itu berjalan kearah jendela lalu membuka gorden kamar. Seketika cahaya matahari itu langsung masuk kedalam kamarku. Aku tersenyum simpul.
"Ku harap hari ini akan lebih baik dari hari sebelumnya" ucapku dalam hati.
Aku merapihkan tempat tidurku, dan menemukan jaket milik adam disana, aku jadi teringat kejadian semalam, aku membayangkannya kembali sambil tersenyum tidak jelas.
Tok.. tok.. tok..
"Cecilia, apakah kau sudah bangun" seketika lamunanku buyar, aku menggelengkan kepalaku berusaha untuk melupakan apa yang baru saja aku bayangkan.
"Ya aku sudah bangun bu" kataku sambil membuka pintu kamar. Terlihat jelas ibu sedang berdiri di depan pintu sambil tersenyum.
"Selamat pagi ibu" sapaku sambil mengecup pipi nya.
"Selamat pagi nak, apakah tidurmu nyenyak semalam?"
Aku mengangguk "sangat nyenyak"
"Apakah kau nyaman berada disini?"
Aku mengangguk kembali "sangat nyaman"
Ibu terkekeh melihat sikapku, dan itu membuatku malu. Ibu mengelus kepalaku dengan lembut, aku benar benar merasakan kasih sayang tulus darinya.
"Bagus lah kalau seperti itu, sekarang kau mandi ya, setelah itu segara turun ke bawah, kita sarapan bersama" ucapku dengan senyuman ciri khas nya.
"Siap laksanakan ibu negara" kataku sambil berdiri tegak dan hormat kepadanya. Dia tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum pergi dan menuruni anak tangga.
Aku kembali menutup pintu dan segera mengambil handuk dan juga pakaian ganti, setelah itu aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
***
Aku sudah rapih dengan hotpans berwarna cokelat dan juga kaos polos berwarna putih, rambutku ku biarkan terurai.
Aku melihat pantulan diriku di cermin, "tidak begitu buruk" ucapku dalam hati. Setelah itu aku pergi meninggal kan kamar dan menuju dapur.
Ayah dan adam sudah siap di meja makan sambil menyantap sarapannya.
"Selamat pagi" sapaku sambil tersenyum.
"Pagi sayang" ujar ibu dan ayah secara bersamaan.
"Kompak sekaliiii" pujiku sambil tertawa. Aku mengecup singkat pipi ibu dan ayah, aku sudah menganggap mereka adalah orangtuaku sendiri.
Setelah itu aku duduk disalah satu kursinya sambil mengambil selembar roti tawar dan juga selai cokelat.
"Morning kiss untukku mana?" Aku terdiam sejenak sambil menatap adam. Dengan polosnya dia berkata seperti itu didepan orangtuanya. Di detik kemudian aku mendengar ayah dan ibu tertawa, lalu aku pun ikut tertawa.
"Kenapa kalian tertawa? Apa yang aku katakan salah? Ayah dan ibu kau kecup, masa aku tidak, padahal aku sudah mengajakmu jalan jalan kan"
Astaga lelaki ini cukup bawel rupanya, aku berdiri dan mendekatkan wajahku padanya.
"Hey kau ingin mendapat morning kiss juga dariku?" Adam mengangguk bersemangat dengan mata yang berbinar.
"Kemarilah" setelah itu adam pun ikut berdiri dan mendekatkan wajahnya padaku.
Aku tersenyum, dan kulihat adam juga tersenyum, saat jarak diantara kami semakin sedikit, aku langsung mencolekkan selai cokelat ke pipi nya dan membuat dia langsung cemberut.
Aku tertawa melihat ekspresinya, ibu dan ayah pun ikut tertawa.
"Dasar jail" ucap adam sambil mengelap selai cokelat yang berada di pipinya. "Biarin, anggap saja itu sebagai balasan yang semalam" kataku sambil memakan roti yang sudah ku beri selai cokelat.
Adam melemparku dengan potongan potongan roti kecil. Lalu aku pun membalasnya.
"Lihatlah kedua anak kita, mereka sangat lucu" ibu mengangguk mengiyakan perkataan ayah. Setelah itu aku dan adam pun berpelukan.
Tanpa ku sangka-sangka tiba tiba adam mengecup pipiku. "Morning kiss" katanya tanpa rasa bersalah sedikit pun dia tersenyum lebar dan masih dalam posisi berpelukan, pipiku langsung memerah karena ulahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roses,
Novela JuvenilAku hanyalah senja yang selalu berusaha datang disetiap harinya, walau harus menunggu dengan dinginnya malam, sejuknya pagi, dan panasnya siang, setidaknya aku pernah ada untuk membuatnya senang.