14. your smile

19 2 0
                                    

Aku kembali turun kebawah, sarapan bersama ibu dan ayah, setelah itu aku mendengar bunyi klakson motor diluar, itu pasti andrew. Aku langsung berpamitan pada ibu dan ayah, lalu segera keluar menemui andrew.

"Hai.. selamat pagi" andrew menyapaku dengan senyum nya.

"Hai, pagi juga" aku langsung berjalan menghampirinya. Dia memberikanku helmnya dan aku langsung mengambilnya.

"Kau sudah sarapan?" Lalu aku mengangguk. Setelah itu aku langsung memakai helmnya dan naik keatas motornya.

"Sudah siap?"

"Yaaaa" jawabku sambil tertawa, andrew langsung menyalakan mesin motornya lalu membawa motor ini melesat bagai membelah kota dipagi hari.

Sepanjang jalan aku terus memegangi jaket kulit yang dia kenakan, andrew mengendarai motor ini sangat cepat, aku merasa sedikit takut, ya membayangkan kalau tiba tiba terjadi kecelakaan dan aku tewas ditempat. Ya tuhan sangat miris nasibku ini.

"Cecil kau takut ya?" Bodoh.. kenapa dia masih bertanya.

"Ya, kau membawanya sangat cepat, aku takut jatuh tau" jawabku sedikit berteriak.

Andrew langsung menarik tanganku agar melingkar diperutnya, sekarang posisinya aku seperti memeluk andrew, dan bodohnya tidak ada perlawanan dariku.

Tanpa sadar kini aku dan andrew sudah tiba di kampus, andrew memarkirkan motornya lalu aku turun dan dia juga. Setelah itu kami berdua berjalan bersama menuju kelas.

Saat masuk kelas ternyata suasananya masih sepi, hanya ada beberapa anak yang bisa kubilang kutu buku, mereka memakai kacamata minus dan juga membawa buku tebal tebal, ah iya mereka mengisi meja bagian depan. Tipikal anak pintar.

Aku dan andrew berjalan melewati mereka dan memilih meja no 3 di barisan paling ujung, aku dan andrew sama sama terkekeh saat melihat orang orang itu.

"Coba kau berdandan seperti mereka, pasti lucu sekali" aku memukul tangannya sambil tertawa, kami berdua bercanda sampai tak terasa bahwa kelas sudah penuh dan dosen pun sudah masuk.

Matkul ku hari ini adalah filsafat. Pak tua itu memperkenalkan dirinya, namanya william, dan kami semua memanggilnya mr. Will, rambutnya sudah memutih semua, bisa kutebak bahwa umurnya sekarang pasti sudah 50an.

Aku memperhatikannya sampai sesi tanya jawab. Mr. Will bertanya "mengapa kita ada?".

***

Aku berdiri disamping mobil milik adam, dia bilang dia sedang berjalan menuju sini. Aku terus memainkan ponselku, membuka lalu tutup beberapa aplikasi, kegiatan yang membosankan.

Tiba tiba ada sudah berdiri dihadapanku dengan 2 buah es krim cone ditangannya, dia tersenyum kepadaku lalu aku membalas senyumnya.

"Ini untukmu" adam memberikannya satu untukku, aku langsung mengambilnya dengan senang hati. "Terimakasih" aku tersenyum lebar lalu menjilat eskrimku yang sudah melumer.

Adam membukakan pintu mobilnya untukku, lalu aku langsung masuk dan duduk dikursi penumpang.

Adam menutup pintunya dan berjalan memutar lalu masuk dan duduk dikursi pengemudi. Dia menyalakan mesin mobil nya lalu menjalankannya.

"Kita mau kemana?" Aku memperhatikannya yang sedang menyetir sambil memakan es krim itu.

"Kemana yaa, enaknya kemana? Aku belum mau pulang, kita jalan jalan aja dulu yuk" aku mengangguk mengiyakan usulannya.

Aku mengambil tisu lalu mengelap es krim yang ada di ujung hidungnya adam. Aku tertawa melihatnya dan dia pun begitu. "Terimakasih" ucapnya sambil terkekeh.

Adam membawaku ke stasiun, aku sedikit bingung ketika dia memarkirkannya disini. Dia turun dan aku juga begitu. Dia langsung berjalan kedalam lalu membeli tiket, hey apa yang dia lalukan.

Aku berlari menyusulnya "adam kita mau kemana? Kenapa membeli tiket kereta?" Dia tidak menjawab, dia malah menarikku dan kami langsung masuk ke dalam keretanya lalu duduk disalah satu kursinya. Kami duduk berhadapan, kereta ini sedikit berbeda dari kereta yang biasa aku naikin, kereta ini terdapat sebuah meja.

Aku memandangi adam sambil menopangkan daguku diatas meja, dia tersenyum, aku suka senyumnya. Jika ada yang bertanya apakah yang lebih indah dari lekukan bulan sabit, maka aku akan menjawab lekukan senyum dibibirnya adam.

"Kenapa kau terus memandangiku?" Aku hanya menggeleng sambil tersenyum, kurasa aku benar benar suka padanya.

Roses,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang