Adam memarkirkan mobilnya dipekarangan rumah yang tidak kuketahui siapa pemiliknya. Dia turun dari mobil dan setelah itu membuka kan pintu untukku.
"Ini rumah siapa?" Tanyaku memberanikan diri. "Rumah temanku" jawabnya dingin. Sebenarnya adam itu siapa? Apakah titisan power ranger? Mengapa dia berubah berubah? Terkadang lembut dan juga manis, terkadang cuek dan juga dingin. Aaaaa aku pusing...
Adam berjalan lalu akupun mengikutinya. Adam berkali kali memencet bel rumah itu. Beberapa menit kemudian pintunya terbuka dan menampakan seorang pria dengan headphone yang menggantung dilehernya.
"Whoaaa mengejutkan sekali, seorang adam kembali datang kerumahku setelah sekian lama" ucap pria itu sambil memeluk adam, dan adam pun membalas pelukannya.
Pria itu melirik ke arah ku lalu kembali menatap adam. "Dia cecilia, salah satu mahasiswa yang mendapatkan beasiswa itu, dan kebetulan dia tinggal dirumahku sekarang" ujar adam, pria itu mengangguk mengerti.
"Aku exaudio, kau bisa memanggilku dio" aku bersalaman dengannya setelah itu dia mempersilahkan kami untuk masuk.
Ternyata rumah ini lebih terlihat seperti basecamp, banyak sekali anak anak seumuran dengan adam.
"Kawan, lihat lah siapa yang datang?" Teriak dio saat aku dan adam.
"Adam!!!" Mereka langsung bersorak, rasanya kepalaku mau pecah saat ini.
Mereka semua melemparkan pandangan bingung kepadaku dan juga sebaliknya.
"Tidak udah sampai berteriak seperti itu, aku kesini hanya ingin memjnjam buku dasar hukum, dio kau ada kan?" Semuanya terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh adam.
Apa ada yang salah? Kenapa mereka terlihat sangat aneh bagiku.
Dio membawa adam ke salah satu kamar yang ada dirumah itu, aku berdiri sambil menyenderkan tubuhku ke tembok.
"Hey kau, siapa namamu? Kau kekasih barunya adam?" Tanya seorang wanita berambut cokelat itu.
Aku menggelengkan kepalaku. "Aku bukan kekasihnya, aku cecilia, calon mahasiswa baru di Leiden university"
"Lalu kenapa kau bisa bersama adam?" Tanya nya kembali.
"Aku tinggal bersama keluarganya karena beasiswa yang kudapat" gadis mengangguk mengerti.
"Kau anak cerdas rupanya hahaha, oh ya namaku lily"
Aku tersenyum "hanya beruntung, salam kenal lily" setelah itu dia membawaku untuk duduk bergabung bersama yang lainnya.
Aku berkenalan dengan jake si pembalap liar, lucas si vokalis band rock, nathan si bartender, lalu elena si pelukis.
Mereka semua sangat gila, seru, dan juga konyol. Hanya butuh waktu beberapa menit aku sudah bisa beradaptasi dengan mereka.
"Cecil, kau tau? Setelah adam putus dengan emily dia tidak pernah mau kesini lagi, ya karena banyak kenangan dirinya dan juga emily disini" ujar jake sambil memakan kacang.
"Yap, apa yang dikatakan jake itu benar, hebat sekali kau bisa membawanya kesini kembali" lanjut lena.
Aku bahkan tidak tau apa apa soal ini, kenapa jadi aku yang dibilang hebat.
"Aku tidak menyuruhnya untuk datang kesini, bahkan aku tidak tau soal kalian dan juga mantannya itu" kataku sambil mengambil sekaleng coke yang berada diatas meja.
"Adam sangat anti dengan semua hal yang berbau hukum, karena emely adalah anak hukum ..."
Jake terus bercerita namun aku diam, jadi dia membenci semua hal yang berbau hukum? Dan itu sebabnya tadi pagi dia menyentakku?
"... nah oleh sebab itu kami bilang kau itu hebat" jake tertawa dan kawanannya pun ikut tertawa.
Kami semua terus berbincang sampai adam dan dio keluar dari kamar. Adam memegang buku dengan cover bertuliskan bahasa belanda, aku tau itu buku yang ku cari.
"Cecil ayo kita pulang" aku menggeleng, aku masih ingin disini, aku mau main.
"Tidak mau" namun adam menarik tanganku sehingga aku berdiri, dasar pemaksa.
"Aku bilang tidak ya tidak, lagian ini baru jam 3 sore adam, lupakanlah masa lalumu itu tanpa harus menjauhkan hal hal yang berkaitan dengan mantanmu itu."
Damn! Apa yang baru saja ku katakan, bodoh bodoh bodoh, aku kelepasan. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal kuat seperti ingin meninju sesuatu. Yatuhan aku sudah siap dipukul karena ini memang salahku, tapi ya jangan tinjuan juga, aku bukanlah tyson yang bisa melawan tinjuannya.
Jake, lucas, nathan, dio, lily, dan elena hanya diam menatap iba kepadaku. Sebelum bercerita tadi, mereka mengatakan bahwa aku tidak boleh membahas soal ini pada adam, namun ya... sekarang sudah terjadi.
Adam duduk disofa, sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kurasa apa yang kau katakan benar" aku langsung menatapnya tak percaya, whoaaaa ternyata adam tidak marah.
"Adam.. jadiii..."
"Jadi kau boleh disini dulu sampai kau ingin pulang"
"Yesss!!!" Aku, lena, lily, jake, dio, nathan, dan lucas bersorak, kami berpelukan sangking senangnya.
Senyumku terus mengembang sambil menatap adam.
"Aku akan berusaha agar kau lupa dengan kenangan masa lalumu itu, aku janji" ucapku dalam hati.
"Jadi mau apa kita sekarang?" Tanya elena sambil memainkan kubik yang ada ditangannya.
"Movie marathon!!" Aku menjawabnya dengan semangat.
Mereka semua mengangguk setuju dengan usulku, setelah itu aku membantu elena dan lily untuk merapihkan tempat ini sebelum menonton bersama.
Dio dan adam duduk bersebelahan, aku melihatnya dari pantulan cermin yang berada di buffet itu.
"Dia dan emely berbanding terbalik" kira kira itu lah yang kudengar dari perbincangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roses,
Teen FictionAku hanyalah senja yang selalu berusaha datang disetiap harinya, walau harus menunggu dengan dinginnya malam, sejuknya pagi, dan panasnya siang, setidaknya aku pernah ada untuk membuatnya senang.