"Ya setelah itu dia meninggalkan ku begitu saja tanpa penjelasan apapun, dan wushhh.. tiba tiba dia hilang" aku terkekeh diujung kalimat.
Aku dan adam masih berada di depan danau ijsselmeer sejak tadi, bercerita tentang masa lalu ku yang suram dengan mantan kekasihku itu, adam memperhatikanku dan juga merespon dengan baik apa yang ku ceritakan.
"Kau tau? Kau itu unik, kau bercerita sedih, tapi masih saja membuat lelucon aneh" ucap adam sambil menatapku heran.
"Ya itu lah aku, aku memang seperti itu" lanjutku, lalu memakan kembali es krimnya.
"Umur mu berapa?" Adam mendekatkan wajahnya kepadaku, yang membuatku mundur.
"Hmm 17 tahun, kenapa?"
"Kau yakin?" Adam terus mendekat dan membuatku gugup, aku mengangguk cepat.
Tangannya pun mulai mendekati wajahku, yatuhan apa yang akan dia lakukan?
Dengan reflek aku langsung memejamkan mata, tiba tiba tangannya mengusap sudut bibirku, lalu aku membuka mata.
Adam tertawa terbahak bahak saat melihat ekspresi wajahku yang gugup itu. Aku malu, sungguh.
"Kenapa kau memejamkan mata? Kau pikir aku akan menciummu? Hahahaha... " demi neptunus rasanya aku ingin mengutuknya sekarang.
"Diam kau, tidak ada yang lucu" aku mengerucutkan bibirku, dan sayangnya adam malah semakin tertawa. Ah ini menyebalkan.
"Kau bilang kau itu sudah 17 tahun, tapi makan es krim saja masih berantakan" kenapa dia masih saja meledekku yalord..
"Biarkan, ibu ku saja tidak pernah berkomentar tentang itu wleee" jawabku lalu memeletkannya. Dia mengacak acak rambutku lalu beranjak dari kursi.
"Iya iya maaf, yasudah ayo kita pulang" ujarnya sambil menggandengku.
"Aku bukan lah anak kecil yamg selalu kau gandeng adam" ucapku kesal, dan dia malah terkekeh.
"Kau tetap gadis kecil bagiku, lagi pula ayah menyuruhku untuk selalu menjagamu kan, maka turuti saja" aku terdiam, tanpa sadar aku tersenyum mendengar ucapannya, perlakuannya sangat manis.
"Kenapa diam? Ayo jalan" aku mengangguk setelah itu berdiri lalu berjalan disampingnya.
Hening, hanya terdengar langkah kaki ku dan dia, kulihat kunang kunang beterbangan, aku tersenyum sekilas melihatnya.
Aku mulai merasa lelah. Ah iya, kenapa dia tidak membawa kendaraan saja sih tadi.
"Kau kenapa?" Dia memperhatikanku, lalu aku menggeleng sambil tersenyum.
Dia menghentikan langkahnya dan membuatku juga berhenti. "Kenapa berhenti? Jarak kerumah masih jauh kan" tanyaku kebingungan.
Dia membuka jaketnya lalu memakaikannya kepadaku. "Udara malam tak bagus untuk gadis kecil sepertimu, dan aku tau kau lelah kan, ayo naik" dia menyuruhku untuk naik kepunggungnya.
"Tidak mau" aku menggelengkan kepalaku.
"Cepat naik cecilia, atau kau akan ku tinggal" aku benci ancaman. Mau tak mau aku naik kepunggungnya, dia tersenyum penuh dengan kemenangan.
Adam kembali berjalan dengan posisi aku berada di punggungnya, aku memeluknya karena takut terjatuh.
Entah kenapa aku tersenyum, sudah ku bilang berapa kali, kalau dia itu memang manis, ya maksudku perlakuannya kepadaku.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tiba tiba adam bertanya dan itu membuatku terkejut. "Tidak ada, hanya merasa senang saja" adam mengangguk pertanda mengerti, setelah itu tidak ada perbincangan kembali.
***
Aku terkejut saat aku sadar bahwa aku sudah berada dikamarku.
"Menikmati perjalanan yang panjang sambil memelukku nona cecilia? Sampai sampai kau tertidur seperti itu ya" ledek adam sambil terkekeh.
Aku tidak menjawabnya, yang ada aku malah memeluk guling dan memejamkan mataku lagi.
Adam terkekeh kembali, aku merasakan tangannya mengelus kepalaku "tidur yang nyenyak cecil, selamat malam" setelah itu dia menyelimutiku, dan melangkah kan kakinya keluar dari kamarku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Roses,
Teen FictionAku hanyalah senja yang selalu berusaha datang disetiap harinya, walau harus menunggu dengan dinginnya malam, sejuknya pagi, dan panasnya siang, setidaknya aku pernah ada untuk membuatnya senang.