Keesokan harinya Virgy terbangun oleh dengungan suara dari dapur yang menurutnya sangat mengganggu waktu tidurnya di hari libur itu. Virgy berjalan keluar kamar setelah memastikan dirinya tidak membangunkan Feli. Ia turun ke bawah untuk melihat asal usul suara aneh itu.
"Bzzt!! Bzzt!!" Suara aneh itu kembali terdengar ketika kaki Virgy melangkah tepat berada di dapur. Telinga Virgy masih berfungsi untuk memastikan keberadaan suara itu.
Drap! Drap! Suara seperti langkah kaki terdengar oleh Virgy. Entah itu manusia atau makhluk hidup maupun makhluk mati, yang pasti Virgy tau itu adalah suara langkah kaki.
"Bzzt!! Bzzt!!" Suara itu kembali terdengar. Tapi kini suara langkah kaki tidak terdengar lagi oleh Virgy.
Virgy merasa bulu kuduknya berdiri. Ia seperti merasakan ada seseorang dibelakangnya. Ia memejamkan matanya sembari berdoa dalam hati semoga dibelakangnya tidak ada yang buu! Ataupun yang mengejutkan dan tidak menyehatkan bagi kesehatan jantungnya.
Saat ia berbalik..
"WA-! Eh, Bibi?" Virgy menaikan sebelah alisnya saat melihat Bibi sedang memegang ponselnya yang bergetar tak karuan.
"Eh, Neng? Ada apa? Kok ke dap-" Ucapan Bibi terpotong karena ponsel kecilnya kembali bergetar dan mengeluarkan suara yang sangat bising, "Bzzt! Bzzt!"
Virgy melirik kearah ponsel yang ada ditangan Bibi. "Oh, jadi itu suara yang daritadi kedenger," Gumam Virgy. "Handphone Bibi kenapa? Kau geter geter gitu? Suaranya bisa sampe bangunin Virgy, ya."
Seketika raut wajah Bibi itu menjadi panik. "Aduh, sampe bangunin Eneng? Maaf ya, Neng, ini handphone Bibi nggak tau kenapa geter geter terus. Kayaknya eror. Maaf ya, Neng."
Virgy menghela napas lega. "Ya ampun Bi, dikira apa," Ujarnya. "Nggak apa apa kok, Bi. Kalau boleh, Virgy boleh nggak perbaikin handphone Bibi? Supaya nanti nggak bangunin Feli ataupun orang yang ada disini lagi kayak Virgy."
Bibi itu menggeleng tidak enak. "Eh, nggak usah Neng, nanti bisa Bibi benerin ke tukang service, kok!"
Virgy tersenyum. "Kalau ke tukang service pasti mahal dan lama, Bi. Mending ke tukang service langganan Virgy aja. Dijamin murah dan cepet selesainya!" Eh, ini kok malah endorse?
Bibi itu mengangguk ngangguk. "Oh gitu, Neng?" Gumamnya. "Yaudah handphone Bibi dibenerin sama tukang service langganan Eneng aja. Makasih ya, punteun pisan ngerepotin." Ujar Bibi itu sembari menyerahkan ponselnya.
(Punteun pisan : permisi banget)Virgy menerima ponsel itu sembari menggeleng kecil. "Nggak ngerepotin kok, Bi." Ujarnya. "Virgy simpen dulu, ya. Nanti siang Virgy bawa ke tukang service langganan Virgy. Kayaknya lusa udah bisa bener."
Bibi itu mengangguk sembari tersenyum. "Nuhun pisan ya, Neng!"
(Nuhun pisan : Makasih banget)Virgy mengangguk. "Sami sami, Bi," Jawabnya. "Kalau gitu, Virgy keatas dulu ya, Bi. Permisi."
(Sami sami : sama sama)Bibi itu mengangguk. "Iya, Neng."
Virgy pun kembali keatas. Lebih tepatnya ke kamar Feli. Ia melihat Feli yang masih tertidur lelap di kasurnya. Sepertinya, mimpi Feli kali ini sangat begitu menyenangkan sampai sampai ia tidak mau bangun di pagi hari pukul lima lebih lima belas menit ini.
Virgy menghampiri kasur yang ditiduri oleh Feli. "Fel, bangun Fel, ayo sholat subuh dulu. Aku yang jadi imamnya." Virgy terkikik geli. Ia sengaja mengerjai Feli dengan berpura pura menjadi suami Feli.
Feli mengerutkan dahinya dengan mata masih terpejam. "Imam?" Guraunya.
"Aku suami kamu Fel, ya pasti aku imamnya." Ujar Virgy lagi sembari menahan tawanya.
Mendadak kerutan di dahi Feli semakin menjadi jadi. "Suami?" Sedetik kemudian, "HAH!!??" Feli terperanjat bangun. Pupil matanya langsung melebar seketika.
Akhirnya tawa Virgy pecah setelah daritadi ia tahan. "HAHAHAAHAHA!!!" Tawanya seperti setan yang berhasil menghasut hamba Allah.
Feli melirik kearah Virgy dengan alis yang terangkat satu. "Virgy ih! Aku kira beneran, taunya kamu ngerjain aku." Protesnya. "Aku kaget setengah mati tau! Masa masih tujuh belas tahun udah punya suami? GILA!"
"Lo mau aja dibohongin, sih." Ujar Virgy disela sela tawanya. "Muka lo lucu banget, sumpah! Haahaha!"
Feli menghela napas gusar. "Ah udahlah. Yuk sholat subuh, udah mau telat, nih."
Virgy mengangguk dengan senyum jahilnya. "Siapa imam nya, nih?"
"Yang tua aja." Sahut Feli dengan nada mengejek. Virgy memang lebih tua daripada Feli. Mereka berbeda jarak bulan kelahirannya.
Virgy mengangguk. "Ya udah lah, yo wes. Gue jadi imamnya."
Feli terkikik. "Aku duluan yang wudhu ya, Vir. Kamu tunggu disini. Kalau bisa sih cuci muka dulu. Itu mata kamu kucel banget,"
Virgy memegang pinggir matanya. "Ihh!! Jorok Fel!" Pekik Virgy.
Feli mendelik. "Lah? Kamu kali yang jorok, bukan aku."
Virgy menutup mukanya. "Ya itu maksud gue! Udah ah sana cepetan wudhu!"
Feli tertawa pelan. "Iya iya."
Feli pun wudhu. Setelah wudhu, barulah Virgy yang wudhu. Mereka berdua sholat subuh bersama sampai akhirnya pagi menjelang.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alien👽 BoyFriend !
Roman pour Adolescents{HIATUS} Perhatian!!! Cerita ini mengandung unsur yang tidak masuk diakal! Tetapi tetap boleh baca :v *** bagaimana jika seorang gadis muda yang cantik lalu jatuh cinta pada alien yang wajahnya sama saja seperti alien lainnya? Kalau jadinya seperti...