Kriingg..
Alunan bel sekolah yang begitu nyaring menyapa indra penderangan seluruh warga sekolah maupun luar sekolah.
Obby membereskan sisa sisa buku pelajarannya ke dalam tas. Bangkit lalu menghampiri Virgy yang masih menyalin tugas matematika milik Talia ke dalam buku tulisnya.
"Virgy.." panggil Obby sembari menepuk pelan bahu Virgy.
"Hm?" Sahut Virgy yang masih berkutat dengan pekerjaannya. Tidak menoleh sama sekali kearah Obby yang sekarang sedang menatapnya.
"Makan yuk," ajak Obby. "Obby laper.."
Virgy terkekeh geli. "Alah, biasanya juga elu kan nggak pernah makan," ujarnya. "Emang di negeri lo ada makanan?" Tanya Virgy pelan pelan.
Obby mengangguk polos. "Ada, kok. Enak enak. Nggak tau kalau disini. Kayaknya enak juga."
"Tar.." ucap Virgy. Masih menggores tinta pulpen hitam diatas buku tulis matematikanya. "Dikit lagi selesai. Mending lo ke kantin duluan daripada nungguin gue disini sampai bulukan."
Obby menggeleng. "Obby pengennya sama Virgy. Takut nyasar."
Virgy mengulum senyum. "Kek bocah banget sih lo, ke kantin pake takut nyasar segala," ujar Virgy. "Yaudah, tungguin bentar. Kalau bacot membacot mulu, gue kapan kelarnya?"
Obby mengangguk. "Oke." Mendudukan diri di bangku kosong sebelah Virgy. Mengamati Virgy dan buku tugasnya secara bergantian.
Merasa diperhatikan, Virgy jadi risih sendiri. Lantas menoleh kearah Obby. "Nape sih lu, By? Ngeliatin gue mulu. Sono ah, risih gue," usir Virgy.
Obby tersenyum tipis. "Obby cuman mau ngeliatan Virgy doang, kok. Nggak ganggu."
Virgy menghela napas panjang. "Ya tapi gue nya risih. Nggak konsen belajarnya. Kalau nggak kelar kelar, yang ada keburu masuk."
"Yaudah, Obby nggak ngeliatin, nih.." ia memalingkan mukanya kearah lain.
"Tahan kayak gitu sampai tugas gue selesai. Jangan berani nengok nengok! Gue gapok, kena rasa juga lo." Ancam Virgy.
Obby hanya menurut saja. Ia menunggu sambil meneliti seisi kelas barunya itu.
"Virgy.." panggil Obby lagi tanpa mengalihkan pandangan dari luar kaca jendela.
"Hm?"
"Ada burung." Ujar Obby polos.
Virgy menoleh lalu melotot kaget. "Astagfirullah, mulut lo, By! Nggak sopan banget! Burung-burung! Main ceplos aja lo!" Celutuknya.
Obby menaikan kedua alis. "Kenapa? Emang disini nggak boleh ngomong burung, ya?"
Virgy mendekat. "Ntar yang denger malah ambigu. Terutama cowok, beuh! Langsung ditengok!"
Obby hanya mengangguk polos. Padahal dirinya tidak mengerti sama sekali dengan ucapan Virgy barusan.
Virgy kembali menjauh. Menyelesaikan kembali tugasnya yang tinggal empat nomer itu.
Hening sampai lima menit. "Virgy.." Obby kembali bersuara.
"Hm?"
"Ada-" belum selesai melanjutkan kalimatnya, Virgy menyela.
"Stt! Bacot mulu lo. Gue nggak akan kelar kelar, nih. Diem deh, mau ke kantin apa nggak, sih!?"
"Itu ada-"
Virgy kembali menyela, "Diem deh, By! Ganggu mulu lo, ah! Pergi, deh!"
"Itu ada gu-"
Virgy menghela napas kasar. "Udah gue bilang, By. Jangan ngomong burung-burung atau gunung-gunung disini. Entar yang denger malah ambigu. Ngerti nggak sih, lo?"
Obby menggeleng. "Bukan burung atau gunung," ujarnya. "Tapi, ada guru."
Tiba tiba Virgy tercekat. Ia langsung mati kutu seketika. Tugasnya yang belum selesai, ia berhentikan sejenak.
"Bu Rani di depan Virgy. Lagi melipat kedua tangan di depan dada dan melotot kearah Virgy. Kayaknya Bu Rani mau ngomong sesuatu sama Virgy." Sambung Obby.
Virgy menelan ludah susah payah. Lantas, menengokan kepalanya keatas. Terlihat disana, Bu Rani yang tengah melotot dan tangannya di depan dada itu membuat nyali Virgy menciut seketika.
"K-kamu-" geram Bu Rani. "KERUANGAN SAYA!!" Bu Rani berteriak sambil menjewer telinga Virgy. Virgy yang mengaduh kesakitan hanya bisa pasrah diseret Bu Rani keruangannya.
Obby menatap kepergian Virgy dan Bu Rani dengan tampang lugunya. "Virgy mau kemana?" Gumamnya pelan. Tanpa berpikir panjang, ia lebih memilih mengikuti Virgy dan Bu Rani.
"Wadaw! Sakit, Bu! Ampun!" Rintih Virgy kesakitan.
Bu Rani yang masih setia menjewer telinga Rani sembari berjalan hanya mengabaikan rintihan Virgy. "Diam kamu! Mending bacot di ruangan saya saja! Ambigu-ambigu! Dasar otak micin! Pikirannya isinya kotor semua!"
Virgy langsung bungkam. Tapi sesekali kembali mengaduh kesakitan ketika Bu Rani menjewer telinganya sedikit kasar karena berhenti sejenak.
Virgy tidak peduli berapa pasang mata yang melihatnya dijewer oleh Bu Rani dan diseret menuju ruangannya. Tapi disini, ia hanya ingin telinganya dilepaskan dulu. Karena rasanya sangat sakit.
"Virgy nggak apa apa?" Tanya Obby dari belakang.
"Nggak apa apa, By! Nggak apa apa!" Dengus Virgy jengah.
Obby ber oh ria. "Yaudah!" Balasnya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alien👽 BoyFriend !
Teen Fiction{HIATUS} Perhatian!!! Cerita ini mengandung unsur yang tidak masuk diakal! Tetapi tetap boleh baca :v *** bagaimana jika seorang gadis muda yang cantik lalu jatuh cinta pada alien yang wajahnya sama saja seperti alien lainnya? Kalau jadinya seperti...