4. Verander

356 45 0
                                    

Bau obat-obatan yang khas di ruangan putih itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bau obat-obatan yang khas di ruangan putih itu. Alat pembantu pernafasan yang masih setia membatu pemilik nya. Sebuah mesin yang tak asing bagi nya, walau ia tak tau pasti apa fungsi mesin itu. Sebab benda mati itu sudah berada di sana, membantu kasih nya selama beberapa waktu.

"Hai," kata nya bermonolog.

Wajah cantik nya pucat. Bibir tipis nya putih. Tangan nya dingin, terkulai lemas. Tetapi lelaki itu masih setia menggenggam tangan nya.

Kekasih pertama nya.

"Kamu mimpi apa kali ini? Aku rindu kamu," lirih nya pada kalimat terakhir.

Jeonghan mengelus punggung tangan nya lembut. Berusaha memberikan kehangatan di antara dingin nya ruangan itu.

"Aku kangen suara kamu. Boleh bangun ngak? Aku pengen ngobrol sama kamu,"

Gadis itu sudah terkulai disana beberapa waktu. 1 bulan mungkin? Entahlah, Jeonghan tidak ingat kapan spesifiknya ia dikabari orang tua gadis itu bahwa kasihnya kembali mengunjungi rumah kedua nya.

Leukimia.

Merupakan alasan bagi gadis itu untuk berlama-lama di sana. Jeonghan seakan mengabaikan perkataan dokter tentang umur gadis itu yang semakin pendek.

Tangan nya bergerak. Jeonghan tersentak.

Mata nya perlahan terbuka. Jeonghan mengeratkan tangan nya.

"Hai," katanya sambil menahan tangis nya. Ia mengelus puncak kepala nya pelan.

"Kamu kok disini? Ngak sekolah?" Tanya gadis itu.

"Hari ini minggu," bohong lelaki itu. Bagaimana bisa ia ke sekolah kalau kasih nya tengah terkulai lemas di ruangan dingin ini?

"Mama mana?" Tanya gadis itu lagi.

"Ada di luar, sama papa kamu," gadis itu mengangguk.

"Jeong," lelaki itu hanya berdehem sebagai jawaban nya. "Kamu tau kan aku ngak pernah serius soal kamu ngak boleh punya pacar lagi selain aku?"

Jeonghan terkejut. "Apa sih, ngapain bahas itu?" Balas nya.

"Enggak. Cuma mau kasi tau kamu, aku becanda kok soal masalah itu," gadis itu tersenyum simpul. "Kalau aku uda ngak ada, kamu uda bebas kok."

"Heh. Bahasa nya, ngak boleh gitu," kata Jeonghan yang berusaha setengah mati menahan sakit di dada nya. "Kamu ngak bakal pergi, aku ga bakal izinin kamu," sambung nya.

"Jangan gitu. Hidup ini bukan kita yang tentukan, kita cuma menjalankan," senyum nya.

"Kamu ngak boleh terus terikat sama aku. Suatu saat, kamu akan bebas. Dan aku harap kamu bahagia setelah nya,"

✔ Seventeen Lovelife [Series] 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang