Matahari ke-6 : Salah (?)

1.2K 58 14
                                    

Pertemanan bagi seorang pria mungkin terlihat berbeda, tapi ternyata terdapat keindahan tak terduga di dalamnya.

¤¤¤

"Jadi?"

Vania menaikkan kedua alisnya ketika Franky lagi-lagi mengulang pertanyaan yang sama padanya. Setelah keduanya sama-sama telah selesai makan siang di kantin, dengan kebetulan mereka bertemu di lorong sekolah menuju kelas mereka. Sita yang saat itu sedang ada panggilan dari guru membiarkan Vania untuk pergi ke kelas bersama Franky.

Saat ini mereka berdua berdiri di depan kelas mereka dengan punggung Vania yang menempel di dinding samping pintu kelas dan Franky berdiri satu meter di depannya.

"Gimana?" Franky kembali mengingatkan Vania bahwa dia belum juga menjawab pertanyaannya.

"Gimana yah ... pengen sih, cuman kayaknya aku gak bisa lama."

"Lima jam?" Franky menunjukkan ke-5 jari tangan kanannya di hadapan Vania.

Vania menggelengkan kepalanya kecil, lima jam bukan waktu yang sebentar dan itu tidak sesuai dengan keinginan Vania.

"Tiga setengah jam?"

Vania tetap menggelengkan kepalanya.

"Tiga jam? Dua setengah jam? Dua ja-"

"Stop." Vania mengangkat tangan kanannya ke udara untuk memberi isyarat agar Franky berhenti menanyainya seperti tadi. "Dua jam."

Franky yang mendengar hal itu langsung mengangguk menyetujui keinginan Vania. Dua jam itu waktu yang sangat singkat menurut Franky, terlebih lagi itu bersama Vania, pasti tidak akan terasa. Tapi bagaimana pun juga Franky harus menghargai pendapat Vania.

"Mau aku jemput atau kita ketemuan?"

Vania sempat berpikir sejenak. "Ketemuan di depan gang rumahku aja yah, aku gak siap kalau kamu harus dateng ke rumah."

Lagi-lagi Franky hanya bisa mengangguk dengan patuh ketika mendengar penuturan dari Vania. Ini saatnya untuk Franky mendengarkan Vania, karena belum tentu esok, lusa, dan seterusnya Vania sudi menerima ajakannya.

Ketika Franky melihat bahwa Vania sudah terlihat tidak nyaman dengan posisi mereka, di mana Vania mau tidak mau hanya bisa memandang Franky, Franky buru-buru berbalik dan memperhatikan lapangan basket yang kebetulan berada tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.

Di lapangan itu ada beberapa siswa pria kelas XII yang sedang bermain basket, diantaranya adalah Alaric. Alaric yang sedang asik bermain ternyata menyadari bahwa Franky tengah menperhatikannya, tangan Alaric melambai ke udara untuk memanggil Franky segera bergabung dengannya.

Franky kembali mengarahkan pandangan matanya pada Vania. "Aku main basket dulu ya."

Vania mengangguk lalu melihat Franky berlari kecil untuk sampai di lapangan, bergabung dengan Alaric dan juga siswa pria yang berada di sana.

Alaric dan Franky memang sangat gemar bermain basket, keduanya sama-sama mengikuti ekskul basket di sekolah. Vania jadi teringat masa-masa keduanya merebutkan kedudukan sebagai kapten basket tahun lalu. Meski mereka berteman baik sejak kecil, tapi jika sudah menyangkut keinginan, mereka sama-sama tidak ingin terkalahkan.

Saat itu persaingan di antara keduanya sangat sengit, beberapa kali hasil akhir mereka tanding one by one selalu seri. Tapi ketika di menit terakhir Franky yang memasukkan bola ke dalam ring lebih banyak dibanding Alaric, sehingga gelar kapten basket dimenangkan oleh Franky.

Alaric saat itu sempat menampilkan raut wajah kesalnya pada Franky, tapi tak berapa lama Alaric mengulurkan tangan kanannya pada Franky dan mereka saling menjabat tangan. Boleh saja bertanding, asal jangan lupakan solidaritas.

Matahari Sempurna (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang