Aku memang merasakan sesuatu yang berbeda, bahkan ketika berada di dekatmu ... semua yang terasa berat akan menjadi ringan seketika.
¤¤¤
"Gak kerasa yah Va, minggu depan kita udah mulai try out dan gak lama lagi UN, terus kita lulus, pisah sekolah deh," ujar Sita dengan sedikit bergumam ketika dia berjalan berdampingan dari arah kantin menuju kelas.
Ketika mereka baru saja datang di sekolah beberapa menit yang lalu, Sita langsung mengajak Vania untuk mengantarnya membeli beberapa cemilan karena gadis itu belum sempat menyantap sarapan sama sekali.
Di perjalanan menuju kelas sudah banyak murid yang berlalu lalang dan membuat mereka berdua pegal untuk tersenyum karena membalas sapaan dari adik kelas, guru, dan juga teman seangkatannya.
"Serasa baru aja kemaren gue datang ke sini sebagai anak baru, ehhh sekarang udah mau lulus aja."
Sita mengangguk setuju ketika mendengar ucapan Vania, seperti baru saja kemarin mereka berdua saling dekat satu sama lain dan tak lama lagi mereka akan berpisah karena mengambil universitas yang berbeda untuk melanjutkan pendidikan.
"Ahh, gue jadi flashback masa-masa di saat lo masih jadi anak baru, Va. Diem banget lo waktu pertama masuk, kayak serasa gak betah di sekolah, tapi gue kasihan juga sih sama lo ..., masih baru tapi masalahnya udah bejibun banget waktu itu."
Vania tertawa kecil mendengarnya, bahkan Sita saja masih mengingatnya, bagaimana dengan dirinya? Gadis itu tentu saja belum sepenuhnya melupakan semua kejadian yang terjadi pada dirinya. Bahkan sebagian kenangan yang terlalu membuat sakit hatinya masih sedikit membekas di dalam memori kelamnya.
Tapi Vania harus bangkit dan melupakan semua itu, kini berbagai ujian telah menantinya dan dia tak mau perhatiannya yang harus ditujukan pada semua ujian itu harus tersita oleh sesuatu yang tak penting baginya.
"Lupain aja deh Sit, gue gak ada niat sama sekali baut bahas itu." Vania berucap sembari masih tertawa kecil beberapa saat. "Gue bahkan ada niat untuk melupakan semuanya, gak penting juga, iya gak?"
Mereka berdua berhenti melangkahkan kaki ketika sudah berada di depan kelas Vania, keduanya kembali membahas tentang persiapan try out yang sudah berada di depan mata.
"Sit, disuruh ke ruang guru tuh! Katanya ada tugas buat kelas lo."
Seruan dari seorang pria langsung membuat mereka menolehkan pandangan ke arah sumber suara, terlihat seorang pria berdiri tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Franky, dia berdiri dengan tas yang masih berada di belakang punggungnya memberi tahu bahwa Sita harus segera ke ruang tunggu untuk menemui guru piket yang akan memberikan tugas untuk kelasnya.
"Ya udah, gue duluan ya, Va."
Setelah itu Sita bergegas pergi meninggalkan Vania bersama Franky, biasanya Sita pasti akan meminta Vania untuk menemaninya, tapi kali ini tidak karena ada pria itu di antara mereka. Dia hanya merasa tidak sopan saja ketika harus menarik Vania dan meninggalkan pria itu, padahal ..., gadis itu pasti tak merasa keberatan sama sekali.
"Belum sarapan?" tanya Franky sembari perlahan berjalan mendekat.
"Udah," singkat Vania.
"Mau titip?" tanya Franky sembari mengulurkan tangan kanannya ke arah Vania.
Gadis itu menggeleng singkat ketika mengerti maksud pria itu. "Gak usah Ky, aku bisa sendiri."
Tidak mau kalah, Franky memaksa Vania untuk melepaskan tas punggungnya lalu dia bawa ke dalam kelas. Tak ada penolakan lagi dari Vania, dia hanya dengan pasrah memberikan tas punggungnya pada pria itu dan tetap berdiri dengan santai di depan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Sempurna (Completed) ✓
Ficção Adolescente[PART MASIH LENGKAP] ~~SEGERA PRIVATE SECARA ACAK~~ Terbitnya sang matahari membuat semua sadar bahwa hari baru akan segera dimulai. Saat itu semua insan ingin lari dari kenyataan, tapi selalu gagal dan tak terkalahkan karena pagi akan segera usai...