Bukannya senyuman yang datang, tapi rasa kebingungan yang hinggap lebih awal.
♡¤♥
Matahari pagi kembali memancarkan sinar indah setiap harinya. Kehangatan dan juga kenyamanan ketika merasakannya membuat seorang gadis bernama Vania betah duduk berlama-lama di depan teras rumahnya. Kedua tangannya sibuk mengikat tali sepatu berwarna putih yang membalut kedua kakinya.
Pagi hari ini akan jauh lebih baik dari hari kemarin ketika Vania hanya terduduk, termenung sembari menunggu ketidakpastian. Setelah semalaman menimbang-nimbang tentang ajakan Alaric untuk berkunjung ke rumahnya, akhirnya gadis itu membuat keputusan untuk pergi.
Tubuhnya terbalut seragam putih abu meski tujuannya bukan untuk pergi ke sekolah, karena jika Vania memakai baju biasa keluar rumah di waktu bukan hari libur akan terjadi bencana nantinya.
"Nggak sarapan dulu, Va?"
Suara seorang wanita yang baru saja berdiri tak jauh dari keberadaan Vania membuat gadis itu menoleh dan menggelengkan kepalanya.
"Nggak dulu deh, Kak. Aku sarapan nanti aja, belum lapar juga," jawab Vania sembari bangkit dari duduknya dan kini berdiri berhadapan dengan wanita yang tadi menanyainya.
"Seenggaknya kamu minum dong susunya," ujar Megan sembari menyodorkan satu gelas susu berwarna coklat ke arah Vania.
"Aku nggak suka susu, Kak. Udah Kakak aja yang minum sana!" Vania mendorong kembali gelas itu ke arah kakaknya. Ketika tangan kanannya terulur untuk menyalami Megan, saat itu juga kedua tangan Megan dengan cepat menjauh. "Lhoo ... aku mau salaman ini," rengek Vania sembari menatap bingung kakaknya.
"Ini bukan susu kental manis yang kamu nggak suka, Vania. Kakak sengaja bikin susu bubuk peninggi badan kesukaan kamu."
Meski tinggi badan Vania normal dan tidak kekurangan, tapi gadis itu meminum susu peninggi badan karena dia suka dengan rasa susunya.
"Kok tumben?" tanya Vania dengan kedua alis saling bertautan.
"Kebetulan tadi pagi bangunnya nggak kesiangan jadi masih sempet bikin susu buat kamu dulu. Udah cepet nih, minum!"
Megan kembali mengulurkan tangan kanan berisi gelas susu coklat itu dan menyerahkannya sedikit memaksa ke arah Vania.
Vania memberenggut sebelum mengambil alih gelas itu. Ketika baru satu tegukan gadis itu rasakan, gelasnya tiba-tiba tidak bisa dijauhkan dari bibirnya karena ditahan oleh tangan Megan.
"Abisin dulu susunya, abis itu baru boleh berangkat."
Menghembuskan napasnya dengan berat, Vania akhirnya kembali meneguk habis susu dalam gelas itu.
"Kenyang?"
"Nyiksa nih Kakak, dibilang aku nggak biasa minum susu pagi juga."
"Tapi kenyang, 'kan?"
"Heem," gumam Vania sembari mengelap sekitar bibirnya akibat bekas air susu dengan telapak tangan kanannya. "Udah ah aku berangkat dulu ya Kak, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Ketika Vania selesai mencium tangan kakaknya, saat itu juga dia langsung berbalik dan melangkahkan kaki untuk pergi meninggalkan pekarangan rumahnya.
Di depan pagar rumah Vania sudah ada ojek online yang tengah menunggunya. Dia sengaja tak meminta Megan untuk mengantarkannya ke sekolah, karena tujuan Vania saat ini bukan untuk ke tempat itu, melainkan ke rumah Alaric dan menemani pria itu untuk melaksanakan ujian susulannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Sempurna (Completed) ✓
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] ~~SEGERA PRIVATE SECARA ACAK~~ Terbitnya sang matahari membuat semua sadar bahwa hari baru akan segera dimulai. Saat itu semua insan ingin lari dari kenyataan, tapi selalu gagal dan tak terkalahkan karena pagi akan segera usai...