Ketika kamu merasa kesepian, jangan biarkan kegundahan hinggap lebih lama lagi dalam dirimu. Bangkitlah dan coba untuk mengerti keadaannya.
¤♥♡¤
Kesendirian adalah hal yang sangat biasa Vania rasakan. Tapi ketika kesendirian itu dia dapatkan tanpa semua sahabat-sahabat dekat sebagai pelengkap hidupnya, dia merasa jauh lebih sendiri dari biasanya. Semuanya berubah dengan cepat, Vania tak pernah menyangkanya, tapi itu memang kenyataannya.
Semenjak Lestri memintanya untuk menjauhi satu sama lain, saat itu juga Vania terus berusaha menghubungi mereka semua. Tapi nyatanya tak ada yang peduli sama sekali, mereka memblokir kontak satu sama lain, bahkan sampai akun media social juga terblokir.
Hari-hari yang Vania jalani semakin suram, begitu membosankan sampai pada akhirnya gadis itu mulai menyerah. Ketika baru saja satu hari mereka tidak berkomunikasi, rasanya seperti berbulan-bulan.
Pagi sampai siang Vania menghabiskan waktunya untuk terduduk di sebuah bangku taman sembari menunggu seseorang yang bisa diajaknya mengobrol. Tapi entah mengapa dia tidak menemukan sahabat-sahabat dekatnya, tidak sama sekali. Gadis itu mulai berpikir akan satu hal tentang semua yang terjadi, entah itu sebab atau pun akibat mengapa mereka semua memutuskan untuk jalan seperti ini.
Tidak ada yang berniat untuk membuka suara dan menjelaskan keadaan, tapi yang jelas Vania kini mulai bosan dan kesepian.
Bangkit dari duduknya dan berniat untuk pulang lebih awal adalah keputusan yang Vania ambil saat ini. Menghubungi guru piket terlebih dahulu untuk meminta surat izin dengan alasan dia kurang enak badan. Setelah mendapat izin, dia langsung memesan ojek online untuk mengantarkannya ke suatu tempat.
Ketika dirinya tengah berdiri di depan gerbang sekolah yang tampak sepi karena belum waktunya pulang sekolah, Vania sempat memikirkan terlebih dahulu ke mana tujuannya saat ini. Jika dia pulang, beribu-ribu pertanyaan dari kakaknya akan membuat Vania sakit telinga.
Setelah ojek yang dipesan Vania datang, gadis itu langsung memasang helmet dan duduk di belakang punggung abang ojeknya.
"Ke mana, Neng?" tanya abang ojek itu ketika Vania sudah duduk rapi di belakang punggungnya.
"Ke rumah sakit ya Pak, rumah sakit PMI."
Abang ojek itu menganggukkan kepalanya dan langsung melajukan motor ke tempat tujuan yang Vania sebutkan.
Vania baru sadar bahwa Alaric belum diperbolehkan pulang sedari kemarin, jadi dia memutuskan untuk menjenguknya siang hari ini. Mungkin luka yang Alaric rasakan saat itu terasa sangat sakit, terlebih lagi semua itu didapatkan dari papanya sendiri.
Memikirkan hal itu membuat Vania teringat kembali kejadian di mana dia terlihat sangat bodoh dengan keterdiamannya. Seharusnya saat itu dia bertindak bukan hanya menyaksikan.
"Sudah sampe, Neng. Yang ini kan rumah sakitnya?"
Perkataan dari abang ojek itu membuat Vania tersadar dari lamunannya. Segera dia turun dari jok motor dan membuka helmetnya.
"Ini, Pak." Vania menyerahkan helmet itu dan mengambil uang dari saku seragam sekolahnya. "Ini uangnya."
Ketika Abang ojek itu menerima uang dan juga helmet dari Vania, saat itu juga dia mengerutkan kening sembari menampilkan deretan gigi putihnya.
"Ini kan si Eneng yang dulu pake jasa bapak buat kirim surat ke pacarnya ya?"
"Eh?" Vania sempat berpikir sejenak sembari mengerutkan keningnya. "Oh iya, ingetan Bapak bagus juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Sempurna (Completed) ✓
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] ~~SEGERA PRIVATE SECARA ACAK~~ Terbitnya sang matahari membuat semua sadar bahwa hari baru akan segera dimulai. Saat itu semua insan ingin lari dari kenyataan, tapi selalu gagal dan tak terkalahkan karena pagi akan segera usai...