Mengetahui fakta bahwa orang yang kita cintai akan memupuk cinta barunya dengan yang lain itu rasanya sangat menyakitkan, sungguh ....
-Franky-
Sang fajar menyongsongkan keindahannya di pagi hari yang begitu menghangatkan. Di hari libur setelah melaksanakan ujian setiap anak sekolah pasti akan keluar rumah bersama teman atau keluarga untuk mencari hiburan. Tapi tidak berlaku untuk semuanya, kini seorang gadis bernama Vania tengah terduduk di atas kursi depan meja belajarnya. Pikirannya melayang entah ke mana setiap kali tangan kanannya menari dengan indah di atas sebuah kertas bersih berwarna putih.
Vania membuat sebuah surat untuk seseorang tentu saja bukan tanpa alasan, dia sengaja menulis surat dan dia berniat untuk mengirimkan surat itu ke rumah seseorang.
Memikirkan tentang beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya nanti, gadis itu sedikit menitikkan air matanya ketika dengan berat hati menyudahi beberapa patah kata yang akan dia kirimkan segera kepada orang yang saat ini tengah dia pikirkan.
"Kamu pesen ojek online, Va?"
Suara dari arah pintu kamar Vania yang terbuka membuat gadis itu langsung menolehkan kepalanya dan mengangguk. "Iya, kebetulan ada barang yang harus aku kirim ke rumah temen."
"Kenapa gak kamu kirim langsung aja? Motor di luar gak dipake kok."
Gadis itu menunjukkan deretan gigi putihnya pada Megan dan berusaha menutupi semuanya.
"Aku lagi males keluar Kak, lagian juga yang bayar ojeknya temen aku kok."
Megan menganggukkan kepalanya meski masih sedikit penasaran. "Ya udah cepetan samperin tuh, kasihan kang ojeknya pegel nunggu."
"Iya Kak," sahut Vania sembari melipat kertas yang dia ukir dengan tulisannya tadi, setelah rapi dilipat, kertas itu dia masukan ke dalam amplop berwarna biru muda dengan alamat yang sudah tertera di depannya. Tak lupa Vania juga membuka perekat yang berada di bagian belakang amplop dan merekatkannya.
Semoga saja dengan cara ini semua pertanyaan di dalam benaknya dapat terjawab dengan cepat. Gadis itu akan menyerahkan semuanya hanya untuk persahabatan yang semoga saja terjalin kembali di antara Alaric maupun Franky.
Bagi Vania, menjadi seorang penyatu hubungan orang lain adalah hal yang begitu membanggakan. Jadi, dia saat ini memutuskan untuk melakukan semuanya, semua yang terbaik baginya. Vania segera keluar dari dalam kamarnya dengan sebuah amplop yang berada di tangan kanannya.
"Emang barang apaan sih yang mau dikirimnya?"
Pertanyaan Megan yang terlalu tiba-tiba membuat Vania kaget bukan main dibuatnya.
"Surat panggilan dari sekolah."
Berbohong lagi ....
"Kok warna amplopnya biru?" Keberadaan Megan yang tengah terduduk di kursi ruang tv membuat Vania terdiam sesaat dan tak tahu harus menjawab apa.
Ayo cari alasan, Vania ... ayo!
"Amplop putihnya kena ice cream kemarin, jadi aku ganti amplopnya sama warna biru." Ucapan Vania tidak selantang seperti awal, gadis itu terlihat sedikit kikuk. "Udah ya Kak, aku ke luar dulu nyamperin kang ojeknya, tar kalau kelamaan budgetnya nambah lagi."
"Jangan lupa tutup lagi pintu depannya!" teriak Megan begitu melihat adiknya berlari kecil untuk dapat keluar dari pintu rumah utamanya.
Ketika Vania membuka pintu, seorang pria paruh baya tengah menunggu dengan setelan jaket khas tukang ojeknya. Gadis itu tersenyum sopan dan langsung menyodorkan surat itu ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Sempurna (Completed) ✓
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] ~~SEGERA PRIVATE SECARA ACAK~~ Terbitnya sang matahari membuat semua sadar bahwa hari baru akan segera dimulai. Saat itu semua insan ingin lari dari kenyataan, tapi selalu gagal dan tak terkalahkan karena pagi akan segera usai...