Malu

899 33 0
                                    

Harusnya aku malu
Terhadap bulir-bulir bening yang menggenang di pelupuk mata
Karena telah sekian kali mengkhianatinya
Berjanji tak kan mengundang nya keluar dari persembunyian nya
Kini malah kembali memaksanya keluar, diiringi sedu-sedan ku

Harusnya aku malu
Terhadap setiap lekukan pada bibir ini
Karena telah memaksa nya tiada henti
Menyelimuti setumpuk luka yang perlahan menggerogoti
Tanpa ada kesempatan untuk membongkar segala duka dan lara ku

Harusnya aku malu
Terhadap kedua cuping telinga
Karena dengan mudahnya memerintah mereka
Mendengar keluh-kesah, beragam kisah dengan sabar nya
Padanya yang telah sekian kali menghunus dengan tajam nya bibir semanis madu pada telingaku

Harusnya aku malu
Terhadap setiap jahitan yang melintang di sekujur hati
Karena telah merobek nya tanpa ku sadari
Membuat luka baru yang rentan infeksi
Setelah membiarkan nya kembali disentuh oleh orang itu

Harusnya aku malu
Terhadap otak
Karena telah menggertak
Menggantikan tugas nya dengan perasaan belaka secara sepihak
Hanya untuk memenuhi hasrat angan-anganku yang dungu

Harusnya aku malu
Terhadap diriku sendiri
Karena telah kembali menyerahkan logika serta hati
Mau diperdaya dengan senang hati
Berulang-ulang hanya pada satu orang, yaitu kamu

—lex

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang