Ibarat menegakkan benang basah
mulanya diriku tersengat rasa resah
jantungku kian kukuh berkiprah
beroperasi tak tahu arah
gaduh bagai dengungan sarang lebah
mendesah...
nalarku kian melemah
tereduksi oleh hati yang gelisah
termonopoli oleh intuisi yang menyergah
mencegahku untuk berucap pasrahLogika kian memudar
tergantikan kuasa perasaan yang elok berpendar
menjanjikanku dengan sebuah pengharapan
merayuku dengan khayalan menawan
mendoktrin diriku dengan madah kebahagiaanVenus kian mengintervensi
dengan beragam aksi dan kreasi
menghadiahiku sepasang sayap warna bergradasi
yang menerbangkanku jauh meninggalkan galaksi
menyesatkanku dalam berbagai rupa fantasiYupiter si penguasa langit
tak mampu berkelit
tak kuasa melancarkan gencatan senjata
atas kuasa si dewi cinta yang bertakhta
tak ada sepatah kata darinya yang terurai
untuk menarikku keluar dari jeratan yang membuai
sama halnya apa yang kurasa
ia diam seribu bahasa
ikut terjerat dalam permainan yang disuguhkan si dewi cintaObor tegas membara
menghanguskan segelintir rasa putus asa
menyulut asa yang makin bergelora
tuk mempertahankan dan memperjuangkan
segala bentuk perasaan yang selama ini tersimpan
tanpa peduli akan adanya sebuah balasanUntukmu yang berpijak di bumi
terlalu dini, untuk sekedar berhipotesis "jatuh hati"
aku tahu kau merasakan
samar-samar kita sadar kita dipermainkan
dalam labirin rumit perasaan
mencari jawaban dari teka-teki
yang entah kapan akan bertepi
tepapi...
biarlah waktu mengalir sebagaimana adanya
biarlah alur berjalan sesuai dengan skenario-Nya
dan biarlah tiap episode dari kisah ini berputar tanpa jeda—lex
KAMU SEDANG MEMBACA
Him
PoesíaKumpulan sajak berirama Yang terinspirasi dari mereka Yang tanpa disadari Menyumbang deretan kisah penuh arti Dalam perjalanan waktu Aku dengan diriku