Tiga belas - judes overdosis

1.4K 80 0
                                    

Ara menempelkan erat telinganya dengan tubuh Regan, berharap suara petir tidak lagi terdengar di telinganya.
"aaaaa gue takut," cicitnya masih betah memeluk Regan erat.

Regan sedikit tersentak kaget saat Ara tiba tiba memeluknya dengan erat, namun sedetik berikutnya senyumnya benar benar merekah dengan sempurna.

"G-gue takut petir." ujar Ara hampir tidak terdengar.

"Oh takut petir? Yaudah gak apa peluk terus aja sampe ujan berhenti ya Ra, gapapa serius ini." Regan melebarkan tangannya untuk balas memeluk Ara yang masih 'nemplok' dengannya.

Ara menyadari sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan, dengan cepat ia melepaskan pelukannya dan sedikit bergeser menjauh dari Regan yang sekarang menatapnya lesu.

"Kok udahan peluknya? Ujannya kan belum selesai Ra," tanya Regan dengan wajah memelas.

"Bener bener nyari kesempatan lo ya!! dasar modus!!! BUAYA!!!." teriak Ara kesal dengan wajahnya yang juga di tekuk.

"Kok gue sih? Kan yang meluk duluan lo, jangan jangan lo kali yang modus sama gue." tebalnya dengan wajah yang menyebalkan.

"Gini gini juga kan gue spesies cogan." ujarnya dengan kepercayaan diri tingkat dewa.

"NAJIS!,"

DUARRR!!!!!
Kilatan petir kembali muncul di langit, kemudian disusul juga suaranya yang sangat keras kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"AAAAAAAAARRGH!!," Ada berteriak kencang juga spontan kembali memeluk Regan. Ini refleksnya serius!

"Tuh tuh kan!! Lo yang peluk peluk duluan, malahan dua kali lagi."
"Jadi ya gue bales aja, mubazir kan?," bibirnya kemudian membalas 'lagi' pelukan dari Regan.

Jika ada seseorang disekitar mereka yang melihat ini, mungkin orang itu akan berfikir bahwa mereka adalah pasangan alay yang 'sok' menikmati hujan dengan berpelukkan. Jijik gak kalo liat yang model kaya gitu secara langsung?

Kali ini Ara mematung, ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Aroma maskulin dari tubuh Regan yang sekarang mendekapnya dan sangat dekat dengannya tercium begitu jelas memuatnya menjadi salah tingkah sendiri.

Cepat cepat menyadarkan dirinya sendiri, Ara mendorong Regan menjauh darinya.
"IHH AWAS!!!!! JANGAN NGAMBIL KESEMPATAN BISA GAK!!!!!,"

"Dih, Kok gue sih?? Lo yang mulai, gue mah terima jadi." ujar Regan santai, berbeda dengan Ara yang sudah malu, kesal, salah tingkah semua bercampur.

"ALESAN!!," Bentaknya tepat didepan Regan kemudian berlalu dengan hentakan kaki kesal.

"Eh mau kemana?," tanya Regan, denagn cepat ia menahan lengan Ara sebelum menjauh.

Ara menatap sinis tangan regan yang memegang lengan nya.
"Sorry." Regan mengangkat kedua tangannya menjauh dari Ara.

"Lo mau kemana?," ulang Regan.

"Ya pulang lah!!," teriaknya.

Regan sedikit terkejut dengan bentakan Ara yang terdengar cepat dan nyaring di telinganya.
"Biasa aja dong, santai dikit kenapa sih?,"

"Abis gue emosi kalo liat muka lo yang kaya pantat ayam!!." kesalnya.

Regan terkekeh kecil mendengar ucapan Regan, sudah pasti perkataan itu tidak benar. Karena Regan sadar betul bahwa dirinya adalah salah satu spesies yang harus di jaga dan di lestarikan.

"Gue anter ya? Udah sore, ujan juga." tawar Regan berbaik hati.

"Gak usah MAKASIH. lagian ini gerimis bukan ujan!,"

"Apa bedanya ujan sama gerimis??" tanya Regan bodoh.

Regan melontarkan pertanyaan bodoh itu untuk menahan Ara lebih lama, agar ia bisa membujuk perempuan keras kepala itu.
"Tanya aja sama google!,"

"lo terlalu menarik. Kepala gue isinya lo semua tau gak?," kekeh Regan setelah Ara berjalan menjauh.

Regan tidak langsung pulang, ia kembali duduk di pos satpam untuk memperhatikan Ara dari jauh. Berjaga jaga jika terjadi sesuatu.

Ara berjalan sambil sesekali menghentakan kakinya sehingga menyipratkan cipratan cipratan kecil di sekitarnya.

"Kehujanan, baju basah, rambut lepek, kak Elan gak jemput, ketemu makhluk abstrak lagi!!!! SIAL BANGET HARI INI!!!," kesalnya.

"Segala peluk peluk lagi!! ADUH ARA BODOH BODOH BODOH!!!," Ara memukul kepalanya sendiri, meluapkan kekesalannya.

"Ara!! maaf tadi hp kakak mati, abis ngeliat notif dari kamu langsung otw kesini. Tapi macet, maaf." ujar Elan yang tiba tiba mengerem mendadak di depannya.

Ara memandang kakaknya Sinis
"TELATTTT!!!!" jeritnya.

"Y-ya maaf kakak juga tadi lagi di kantin sama temen jadi nya gak merhatiin hp," jelas Elan menjelaskan sejujur mungkin pada adiknya.

"Bodo amat!!! Emang cabe kampus lebih menarik dari adik sendiri!! PAHAM GUE PAHAM!!!," Ara benar benar kesal, ia berjalan cepat meninggalkan Elan.

Melihat adiknya berjalan menjauh, Elan memutar balikan motor miliknya, menyusul Ara yang belum terlalu jauh.
"Eh gak gitu dong, tadi emang mati hp nya Ara."
"Jangan ngambek, ayo naik. Kita pulang sekarang! Atau mau jajan dulu?," tawar Elan untuk membawa kembali mood baik milik Ara.

Ara melemaskan urat wajahnya yang sedari tadi tertarik karena kesal, "Yaudah, cepetan. Dingin tau!,"

Elan tersenyum lebar, lalu melepas jaket jeans miliknya untuk Ara.
"Di pake, entar demam kamu. Mau jajan dulu gak?,"

"Gausah, pulang aja." ujar Ara akhirnya menyerah.

Lagi pula jika dia menolak ajakan Elan, dengan siapa dia akan pulang?? Naik angkot?? Tidaka da satupun Angkor yang terlihat. Lagi anter anak TK manasik haji kah?

"Yaudah, yuk."

Ara menaiki motor Elan dengan bantuan kakaknya.  Seelah memastikan Ara duduk dengan aman di belakangnya, Elan menarik gas melajukan motornya membelah jalan raya yang basah karena hujan.

Dari jauh Regan melihat ara pulang dengan seseorang, tapi siapa??

'Gue akan tanyain besok' tekatnya dalam hati

______________________________________

- Menerima semua kritik dan saran, jangan lupa tekan bintang setelah membaca -

A/n:  Hope you like it!! Enjoy!!!

[END] My DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang