Empat Puluh Lima - My Dandelion

1.5K 34 3
                                    

"Maaf sebelumnya tante, Saya tidak bias melanjutkan pertunangan ini, Saya sudah punyA a pasangan pilihan saya sendiri"

"Saya yakin hbungan yan di paksakan gak akan baik akhirnya, saya juga yakin Sabrina akan dapet laki laki yang mungkin lebih baik dari saya, tapi kalo soal tampang saya gak jamin" Ujar Regan dengan percaya dirinya.

Sabrina sedikit merasa tersinggung, tapi karena pertunangan ini juga bukan sepenuhnya keinginannya ,setidaknya ia meresa lebih baik.|
"Iya sabrina juga gak mau menjalin hubungan kalau gak ada perasaan apa apa"

"Lo beruntung bisa dapetin Regan, Kayanya pemikirannnya udah dewasa" lanjut Sabrina yang dibalas senyuman oleh Ara

Sesuai rencana awal meraka tetap makan malam brsama dengan Sabrina dan ibunya, dan Ara berada ditengan mereks. Awalnya ia menolak bergabung, namun Regan memaksanya. Setelah selesai makan malam, Sabrina dan ibunya pemit untuk pergi, "Terimakasih atas makan malamnya"

"Sama sama tante, maaf gak bisa lanjutin rencana pertunangannya"

"Gak apa, mungkin emang bukan jalannya"

****

"Ara!! Masa anak gadis jam segini belum bangun??" teriak Regan dari luar kamarnya.
"Ada regan ini woyyyyyy" teriaknya lagi

Mendengar nama Regan membuat Ara seketika sadar, dan bangun dari tidurnya. Ia membuka sedikit pintu kamarnya dan mengintip keluar, betapa terkejutnya saat ia mengintip dari balik pintu, tiba tiba terpampang jelas wajah seorang Regan Gilson Mackenzie.

"Ngapain deh ngintip ngintip?"

Ara tidak menjawab melainkan langsung menutup pintu dengan cepat, "Gue tunggu di luar ya, cepet siap siap. Gue mau ajak lo ke tempat bagus"

Ara terduduk lemas di balik pintu kamarnya. Bagai mana tidak ia berpasan dengan Regan dan dengan wajah bantalnya. Oh bahkan ia belum sempat mencuci mukanya.

Ara melupakan rasa malu nya, Ia segera berjalan ke kamar mandi dan mengganti bajunya dengan dress soft pink, jaket jeans dan sepatu kets putih favoritnya. Ara sedikit memberikan sentuhan make up di wajahnya. Hanya sebatas Bedak,sedikit blush dan lipTint. Setelah siap semuanya Ara berjalan keluar kamarnya menghampiri Regan yang sedang duduk di Ruan Tamu Bersama Elan.

"isssss gila, cantik bener adek gue ya"

Regan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya tersenyum dan menatap Ara. Membuat Ara sedikit salah tingkah.
"Kedip kali gan, gue tau ade gue cantiknya gak normal"

Regan hanya tersenyum menanggapi gurauan Elan
"Yuk?" ajak Regan

"Eh sebentar lo pake dress ini? gue kan bawa motor" ujar Regan menyadari ketidak sinkronan antara baju Ara dan kendaraan yang di bawanya.

"Oh yaudah ganti celana aja deh"

"Eh gak usah, tunggu sebentar gue balik dulu ambil mobil. Sebentar aja kok"

"Ha? eh gapapa biar gue ganti baju aja, nanti lo ribet bolak balik"

"Buat lo mah gak ada yang ribet. Tuggu sebentar ya"

Alhasil Regan kembali kerumahnya dan mengambil mobil.

"Kalo gue liat, Regan ini pengorbanannya ada banget. Keliatan kalo dia serius sama lo, tapi lo sebagai perempuan jangan percaya tingkat tinggi dulu. Harus tetap punya harga diri, oke?" ujar Elan tiba tiba.

"Siap"

Tidak lama Regan kembali dengan mobil miliknya, bukan lagi motor antic.
"Pulangnya jangan lupa bawa makanan ya" Teriak Elan

"Siap lah gampang bang" Sahut regan dari dalam mobil

"Kita mau kemana?"

"Kemaren gue dikasih tau ada taman bagus, mau kan ke taman?"

"Kemana aja deh"

"Asal bareng gue, yakan?"

Ara hanya tertawa kecil, "Pede banget sih"

Mereka duduk di bangku kecil di tengah taman, Saat ini taman terlihat sepi karena langit menampakan sisi abu abunya, dan mungkin sebentar lagi langit akan menangis
"Mau minum?" Tanya Regan menujukan kantong plastik berisi minuman

"Gak haus"
Entah kenapa tiba tiba suasana terasa canggung. Regan yang sibuk dengan botol minumannya, dan Ara yang sibuk menatap ke arah lain selain Regan.

"Maaf buat yang kemaren ya" ujar Regan membuka pembicaraan

"Hm, kemarin itu acara pertunangan ya?"

"Iya, tapi gue tolak"

"Yang berarti lo gak jadi tunangan?" tanya Ara polos

Pertanyaan Ara membuat Regan tersenyum gemas, ia mengulurkan tangannya dan mengacak kecil rambut Ara. "Iya, gue gak jadi tunangan"

"Kenapa?"

"Mau sama lo aja"
"Ara, maaf kalau selama ini aku ada sifat atau perkataan yang buat kamu jengah atau gak nyaman__"

"Aku?" tanya Ara memotong pembicaraan.

"Biarin aku lanjutin omongan dulu ya" Pinta Regan dan di balas anggukan oleh Ara.

"Mungkin selama ini banyak dari sifat atau perkataan aku yang buat kamu benci atau sebel sama aku, apalagi pertemuan pertama kita gak enak banget"

"Ah ya, bekas jusnya gak bias hilang"

"Maaf udah buat kamu nunggu, maaf udah ngebiarin kamu di sisi aku tanpa kepastian. Maka dari itu aku disini ada buat kamu, untuk buka cerita baru. Apa kamu mau menulis cerita Bersamaku?"

Ara hanya diam, masih belum menatap ke arah Regan.

Regan bangkit dan mengambil setangkai bunga Dandelion yang tumbuh di tengah ilalang.
"Kamu tau Ara, Kamu itu seperti bunga ini"

"Ini adalah bunga Dandelion, bunga ini memang rapuh. Ia ingin terlihat kuat dengan hidup di alam liar, ia bisa hancur kapan saja hanya dengan hembusan angin. Tapi, kamu gak bisa hanya fokus pada bunga ini aja. Karena dimana ada Dandelion disitu ada ilalang. Ilalang akan meredakan hembusan angin dengan tangkai besarnya. Jadi Bunga ini tidak mudah hancur dan berhamburan"
"Jadi, jika kamu bunga Dandelion ini, bisa kah aku menjadi ilalang mu?" ujar Regan mengeluarkan ilalang dari tangan kirinya

Ara menatap Regan dalam, dan berusaha mencerna perkataan Regan. Di detik berikutnya ia menemukan jawaban yang tepat.
"Ya"

Regan tersenyum lebar dan beranjak maju memeluk Ara, "You are my Dandelion"

- SELESAI -

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A

: Yeay akhirnya selesai, maaf kalau ending tidak sesuai ekspetasi, maaf kalo ceritanya kurang berkesan, karena ini adalah cerita pertamaku dan akan jadi pelajaran buat cerita cerita berikutnya. Nantikan cerita cerita aku selanjutnya!! ku tunggu kritik dan sarannya <3



[END] My DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang