no more awkwardness

4.9K 1.1K 68
                                    

"Hadeuh, kalian ini lagi dihukum kok malah berkeliaran sih?" tanya Pak Jaebum si guru konseling.

Ketika seluruh siswa siswi XI IPS 1 sudah boleh pulang ke rumah masing masing setelah mengikuti pelajaran matematika, Jisung, Haechan, Sanha, Chani, dan Sei masih harus berhadapan dengan Pak Jaebum di ruang konseling. Belum lagi mereka harus menghadapi hukuman tambahan setelah ini.

Dengan serempak, Haechan dan kawan kawan pun menatap Jisung untuk meminta pertanggung jawaban. Jisung yang peka akan itu pun pasrah dan langsung menjelaskan sebisanya pada Pak Jaebum.

"Habisnya pak, Bu Raina cuma bilang ke kita suruh diluar kelas selama pelajaran matematika. Bu Raina gak nyuruh kita buat kayak orang be- Eh, ngangkat kaki kiri sama dua tangan kayak gitu kok," jelas Jisung santai.

"Kita cuma ikut ikutan Jisung pak," ucap Sanha.

"Iya pak, tadinya kita udah ngangkat kaki kiri sama dua tangan tapi Jisung bilang gak usah," kini Sei buka suara.

Jisung hanya bisa mengusap wajahnya frustasi. Sedikit kesal sih sejujurnya.

"Benar apa yang dikatakan oleh Sei, Jisung?" tanya Pak Jaebum.

Chani yang berada tepat di sebelah jisung pun berbisik, "Inget janji lo tadi mau tanggung jawab, Sung."

Dengan sangat berat hati, Jisung pun akhirnya mengakui kesalahannya.

"Baiklah, kalau begitu kalian rapihkan perpustakaan sebagai hukuman tambahan sebelum pulang," ucap Pak Jaebum final.

"Kita juga, pak?" tanya Sei.

"Tentu saja."

Jisung yang mendengar itu hanya bisa tertawa puas.

Jisung yang mendengar itu hanya bisa tertawa puas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berlima pun tiba di perpustakaan. Perpustakaan sekolah tampaknya jarang dikunjungi oleh para siswa siswi.

Atau justru sering? Entahlah, yang terpenting keadaan perpustakaan saat ini sangat berantakan.

"Ish, sialan. Kok berantakan banget, sih? Apa jangan jangan Bu Raiina sengaja ngacak ngacakin ni perpus dulu," omel Sei sembari meletakkan beberapa buku fiksi pada tempatnya.

Tidak ada yang menghiraukan Sei, mereka terlalu fokus dengan pekerjaannya masing masing. Bukan apa apa, mereka ingin cepat pulang dan bersantai di rumah seraya bermain mobile legend, dasar lelaki.

Tak terima dikacangi, sebuah ide pun terlintas di pikiran Sei. Sei lantas memanggil Haechan, Sanha dan Chani dengan pelan, membiarkan Jisung yang tengah membereskan buku buku di bagian biografi sembari asik mendengarkan lagu melalui headset sendirian.

"Apaan? Gue mau cepet pulang nih!" ucap Sanha tidak sabaran.

"Iya, buruan! Gue mau mabar sama Felix nih!" omel Chani.

"Sut! Diem dulu lo pada! Gue punya ide. Sekarang gue mau tanya, kita dihukum kayak gini gara gara siapa?" Sei menatap ketiga teman sekelasnya satu persatu.

"Jisung," jawab mereka serempak.

Di waktu yang bersamaan, saat itu juga Seoyeon memasuki ruang perpustakaan hendak mencari buku kumpulan puisi untuk tugas bahasa. Ya, Seoyeon tidak sengaja mendengar Haechan dan kawan kawan mengucapkan nama Jisung lumayan keras.

Netra Seoyeon mulai menengadah ke sepenjuru perpustakaan, dan benar saja ada Jisung yang tengah membereskan buku buku biografi sembari mendengarkan musik melalui headset. Seoyeon memilih untuk bersembunyi di rak dekat Haechan dan kawan kawan untuk menguping sedikit pembicaraan mereka.

"Yaudah harusnya Jisung aja kan yang dihukum. Kenapa kita jadi ikut ikutan coba?" ucap Sei tidak terima.

"Jadi maksud lo kita kabur gitu?" tanya Haechan.

Hening, tidak ada yang menjawab. Mereka hanya saling berpandangan satu sama lain dengan tatapan penuh arti sebelum akhirnya mereka segera berlari meninggalkan Jisung sendirian di perpustakaan.

Ah, gara gara yang tadi ya? Haha, batin Seoyeon.

"WOI, KAMPRET! LO SEMUA KABUR YA?!" teriak Jisung tak terima ketika mendapati teman temannya dengan rusuh berlari keluar dari perpustakaan. Jisung melepaskan headsetnya dari kedua telinganya dan menenggerkannya di leher.

"Ck, bangsat. Temen temen laknat."

Sebenarnya, Jisung sudah tau pasti akhirnya akan menjadi seperti ini. Duduk dikelas yang sama dengan Sei selama dua tahun berturut turut, ia tau betul otak licik teman sekelasnya yang satu itu.

"Udah gak usah sebel gitu, gue bantuin." Seoyeon menghampiri Jisung lantas mulai membantu Jisung menyusun buku buku biografi dengan telaten.

Jisung kaget setengah mampus. Sejak kapan Seoyeon ada di perpustakaan, woy?

"LAH? KOK LO- EH, MAKSUDNYA KAMU KOK DISINI?"

"Ngegas ya... Santai aja, pake lo-gue juga gapapa. Malah gue suka heran kenapa lo suka pake saya-kamu sih kalo sama gue."

Mendengar itu, Jisung hanya bisa cengengesan sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

Sepertinya ada yang terbalik. Biasanya Seoyeon yang akan gugup jika bertemu Jisung bukan? Tapi lain halnya kali ini. Justru Jisung lah yang gugup saat bertemu dengan Seoyeon. Entah mengapa.

"Makanya kalau lagi dihukum tuh jangan ngelunjak, ahahaha. Btw, makasih gelangnya ya," ucap Seoyeon.

"Sa- ah, gue juga pake! Samaan!" Jisung menunjukkan gelang hitam yang sama persis seperti yang Seoyeon pakai sembari tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Lucu, ehehehe. Oh ya, sakit gak dijewer Bu Raina?"

"Sakit banget gila, Yeon. Lo harus ngerasain!"

"Gak, makasih."

Awalnya, Jisung menganggap hari ini merupakan hari tersial baginya.

Tapi ternyata tidak juga, hukuman nya kali ini justru mampu membuat tembok kecanggungan diantara Jisung dan Seoyeon hancur.

Terimakasih Jisung ucapkan untuk Bu Raina dan Pak Jaebum sekaligus.

Terimakasih Jisung ucapkan untuk Bu Raina dan Pak Jaebum sekaligus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
little things | han jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang