13.10 PM
Sabtu, hari dimana Jisung dengan tim basket sekolah akan berangkat ke Jepang untuk bertanding basket dengan anak anak SMA dari Jepang.
Sejam sebelum keberangkatan pesawat, Jisung dan tim basket sekolah sudah berkumpul di bandara. Netra Jisung terus berkeliling mencari cari gadis bernama Seoyeon.
Iya, Jisung berharap agar Seoyeon datang hanya untuk sekedar mengucapkan semangat atau apapun itu pada dirinya.
Walau kemarin sempat terjadi sebuah pertikaian kecil, Jisung enggan membuat masalah tersebut menjadi bertele tele.
Jisung berani bersumpah, masa pdkt jauh lebih indah daripada masa masa ketika sudah jadian.
Tapi sayang, sampai sekarang, tepatnya sepuluh menit sebelum keberangkatan pesawat, Seoyeon tidak kunjung datang. Pupus sudah harapan Jisung.
Jisung merasakan sesuatu yang ganjal di hatinya. Ia hanya takut, takut jika kemarin adalah pertemuan terakhir antara dirinya dengan Seoyeon.
13.30 PM
"Mas, bisa dipercepat gak?" tanya Seoyeon pada mas mas Grab yang tengah fokus menyetir.
"Sabar, mba. Mba kalo mau cepet harusnya mesen Grab Bike aja. Jangan Grab Car," balas mas mas Grab bernama Supriadi tersebut.
Seoyeon hendak pergi ke bandara. bukan tanpa alasan, tentu saja ia ingin meminta maaf sekaligus memberi semangat pada Jisung.
Setelah Ibu Boa menceramahinya tadi, Seoyeon sadar, akhir akhir ini Seoyeon terlalu egois terhadap Jisung.
Seoyeon panik bukan main. Pasalnya, sebentar lagi pesawat yang Jisung tumpangi akan lepas landas. Tapi sayangnya, jalanan kota Bandung tengah dilanda kemacetan yang bisa dibilang cukup parah.
Entahlah, Seoyeon takut jika nanti pesawat yang Jisung tumpangi mengalami kecelakaan seperti yang sering Seoyeon lihat di film film atau berita berita.
Intinya, Seoyeon belum siap untuk kehilangan Jisung.
Ditengah kepanikannya, mobil Grab yang ia tumpangi tiba tiba berhenti tepat di rel kereta api, membuat kemacetan bertambah parah.
"Loh? Kenapa, Mas?" Seoyeon heran.
"Aduh, gatau saya juga ini mobilnya mogok tiba tiba. Saya cari bantuan dulu ya, Mba." Mas Supriadi keluar dari mobil untuk mencari bantuan.
Seoyeon mendengus kesal. Ia pun mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet dan menaruhnya di kursi setir. Ia berniat untuk melanjutkan perjalanannya ke bandara dengan menaiki angkot saja.
Namun sayang, karena terlalu sibuk dengan dompetnya, Seoyeon tidak sadar bahwa orang orang di sekitar berteriak memanggil dirinya untuk segera turun dari mobil dikarenakan akan ada kereta yang lewat.
"NENG, TURUN NENG!"
"TURUN, NAK!"
Tak butuh waktu satu menit, kereta api pun sukses menabrak mobil yang masih ada Seoyeon didalamnya
Saat itu juga, Seoyeon menutup kedua matanya untuk selama lamanya dan menghembuskan nafas untuk terakhir kali. Tubuhnya hancur, nyaris tak dikenali.
Berita meninggalnya Seoyeon juga sudah sampai ke telinga keluarganya.
Nancy, Heejin, Hyunjin Anas, Felix, Seungmin, Hyunjin Alva, dan teman teman lainnya juga sudah tau.
Nancy tak henti hentinya menangis ketika mendengar kabar duka yang menimpa sahabatnya.
Tapi sayangnya, kabar tersebut belum sampai ke telinga Jisung. Padahal, anak anak tim basket sekolah yang lain sudah tau.
Mereka enggan memberi tahu Jisung karena hal tersebut bisa berdampak buruk bagi pertandingan basket nanti.
Felix dan yang lainnya juga enggan memberi tahu Jisung. Biarlah Jisung mengetahui kabar ini sendiri setelah pulang dari Jepang.
Bukannya jahat, tapi ini demi kebaikannya.
Faktanya, memang benar kemarin adalah hari terakhir dimana Jisung dan Seoyeon bertemu.
Umur memang tidak ada yang tau.
Semua ini sudah diatur oleh Tuhan. Kita sebagai manusia tidak bisa menolak takdir- Nya. Mungkin, dari awal Seoyeon dan Jisung memang sudah tidak ditakdirkan untuk selalu bersama.
Percaya atau tidak, perpisahan dengan cara ditinggal untuk selama lamanya jauh lebih menyakitkan dari pada perpisahan dengan cara diduakan atau lain lain.
Semoga tenang di atas sana, Seoyeon Odelina Askanah.
masih ada epilog, hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
little things | han jisung✓
Short Storyi'm in love with you, and all your little things.