Setelah selesai makan siang di rumah makan padang, Jisung lanjut mengantarkan Seoyeon ke rumahnya.
Letak rumah Seoyeon sendiri tidak terlalu jauh dari rumah makan padang tempat dimana mereka makan siang tadi.
"Peluk gue, Yeon. Nanti jatoh," pinta Jisung sembari netranya fokus ke jalanan.
"Hah? Gak kok, gak bakalan jatoh," tolak Seoyeon sembari tangannya tetap memegang erat jaket yang tengah dipakai oleh Jisung, tidak berani memeluk orangnya secara langsung.
Merasa keinginannya ditolak, dengan sengaja Jisung pun melajukan motornya dengan kecepatan tinggi membuat Seoyeon otomatis memeluknya.
"WOI, JISUNG! GUE BELUM MAU MATI!" Seoyeon berteriak tepat di telinga Jisung sembari memukul mukul pundak Jisung cukup kencang menggunakan salah satu tangannya.
Jisung yang diteriaki hanya tertawa sembari netra nya sesekali melirik ke arah kaca spion. Dengan hanya melihat ekspresi wajah Seoyeon saat ini, bisa Jisung simpulkan gadis itu ketakutan.
Tidak tega, Jisung pun segera menurunkan kecepatan motornya. Lagipula, kini mereka sudah memasuki Kompleks Tongji, area perumahan Seoyeon.
Seoyeon sendiri masih kesal dengan perlakuan Jisung barusan. Pasalnya, mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi alias ngebut adalah satu hal diantara sekian banyak hal yang Seoyeon takuti selama hiduo di dunia ini.
Sesampainya di depan rumah, Seoyeon segera turun dari motor Jisung. Tidak lupa ia menyodorkan helm merah yang dipakainya pada empunya.
"Makasih," ucap Seoyeon dengan nada ketus, sebelum akhirnya melangkahkan kakinya memasuki rumah.
"Maafin, Yeon. Abisnya lo bandel kalo dibilangin. Hehehe." Jisung tertawa sembari mengikuti langkah gadis itu memasuki rumah.
"Ngapain lo?" tanya Seoyeon masih dengan nada ketusnya.
"Gue udah baik gini nganterin lo pulang, masa sekarang gue gak ditawarin masuk, sih?"
"Gak. Lo nya ngebut!" balas Seoyeon seraya membanting pintu rumah, membuat Jisung cukup terkejut.
Baru saja Jisung berniat untuk kembali menyalakan mesin motornya dan segera bergegas pulang ke rumahnya, pintu kembali terbuka dan menampilkan sosok Seoyeon dibalik pintu.
"Ibu gue nyuruh lo masuk," ucap Seoyeon tanpa menatap Jisung sama sekali.
Jisung tersenyum penuh kemenangan dan segera mengekori Seoyeon memasuki kediaman gadis itu lebih dalam.
"Assalamualaikum," salam Jisung dengan sopan ketika memasuki rumah Seoyeon.
"Duduk sana, gue mau ganti baju dulu," ucap Seoyeon final sebelum akhirnya ia segera bergegas menuju kamarnya untuk mengganti seragamnya dengan pakaian yang lebih santai.
Sembari menunggu Seoyeon, Jisung pun duduk di sofa ruang keluarga rumah Seoyeon sembari netranya menengadah ke sekeliling, melihat lihat foto keluarga Seoyeon yang terpajang di dalam rumah.
"Temennya Seoyeon, ya? Namanya siapa?" tanya seorang wanita paruh baya yang Jisung yakini sebagai ibunya Seoyeon.
Wanita tersebut meletakkan secangkir teh hangat di atas meja dan mendudukkan dirinya di sebelah Jisung.
"Nama saya Jisung Aurellio Bastiaan, tante. Panggil aja Jisung." jisung memperkenalkan dirinya sesopan mungkin.
"Oh ya Jisung, maafin ya tadi si Seoyeon gak sopan main banting pintu aja di depan kamu sebagai tamu. Tante juga suka bingung, si Seoyeon anaknya emang gak jelas. Suka marah marah sendiri, teriak teriak sendiri," jelas Nyonya Boa, ibunya Seoyeon.
"Gak kok, tan. Tadi emang salah saya sih, hehe. Ngebut bawa motornya," jujur Jisung yang auto dibalas dengan cubitan kecil di perut disebabkan oleh Nyonya Boa.
Ibu sama anak memang gak beda jauh ya...
"Oh ya tan, kebetulan saya mau minta restu nih sama tante." Jisung mendadak jadi gugup sendiri.
"Minta restu apa?"
"Boleh gak saya ngejagain Seoyeon?" tanya Jisung gugup.
"Boleh lah, masa gak boleh?"
"Maksud saya bukan gitu, tante. Aduh saya harus gimana ya bilangnya?" Jisung bingung sendiri, sedangkan Nyonya Boa malah tertawa pelan melihat Jisung yang terlihat salah tingkah.
"Iya, tante juga paham kok maksud kamu apa. Kamu mau jadian sama Seoyeon kan? Tante restuin. Asalkan..." Nyonya Boa menggantungkan kalimatnya, membuat Jisung menatap Nyonya Boa dengan tatapan penuh harap bercampur tanya.
"Kamu janji sama tante, kamu gak bakal nyakitin dia dan akan selalu ngejagain dia. Tante mau kamu nerima Seoyeon apa adanya. Termasuk penyakit turunan dari ayahnya juga," ucap Nyonya Boa serius sembari memegang kedua telapak tangan Jisung dengan senyuman penuh arti terukir di bibir manisnya.
Jisung diam sejenak, mencoba mencerna perkataan Nyonya Boa barusan. Tentu saja ia kaget mendengarnya.
Penyakit turunan? batin Jisung.
"Nak? Jisung? Kok bengong? Kamu kaget? Seoyeon belum cerita ke kamu soal penyakitnya, ya?" Nyonya Boa menyadarkan Jisung dari lamunannya.
"E-eh? Udah kok, tan. Tapi saya gak bisa janji sama tante. Saya takut kalo saya janji nanti saya malah ingkar. Tapi saya bakal berusaha semaksimal mungkin buat buktiin ke tante kalo saya gak bakal ngecewain tante ataupun Seoyeon, dan yang paling terpenting saya bakal berusaha ada disamping Seoyeon terus disaat suka maupun duka," jelas Jisung panjang lebar, tulus.
Nyonya Boa hanya bisa tersenyum mendengar jawaban Jisung. Entah mengapa hatinya terasa hangat ketika mendengar itu.
Jisung Aurellio Bastiaan, such a real gentleman.
KAMU SEDANG MEMBACA
little things | han jisung✓
Storie brevii'm in love with you, and all your little things.