Jisung memasuki gedung RS. Kameha Meha diiringi keringat di sekujur tubuhnya. Netranya menengadah ke sekeliling lobi RS, mencari cari gadis bersurai hitam yang memakai seragam sekolah yang sama sepertinya, yakni Seoyeon.
Dilihatnya Seoyeon tengah duduk sendirian di salah satu kursi sembari meminum satu kotak susu pisang. Sesekali gadis itu memainkan rambutnya yang terurai bebas sambil menatap ubin rumah sakit dengan tatapan kosong. Dapat jisung simpulkan, gadis itu tengah dilanda rasa bosan.
Jisung pun menghampiri gadis itu membuat itu membuat Seoyeon otomatis tersedak susu pisang.
"Jisung? Lo ngapain disini?" tanya Seoyeon heran.
Jisung tidak menjawab, melainkan mendudukkan bokongnya di kursi kosong sebelah Seoyeon.
"Lo sendiri, kenapa disini?" tanya Jisung.
"Oh, gue lagi nunggu abang," jawab Seoyeon santai.
"Ngapain?" tanya Jisung lagi.
"Abang gue lagi jenguk papa," ucap Seoyeon.
Seketika perkataan Nyonya Boa kala itu langsung terngiang ngiang lagi dipikiran Jisung.
"Kalo boleh tau, papa lo sakit apa?" Jisung berhati hati.
"Jantung," jawab Seoyeon singkat padat dan jelas, tanpa menatap Jisung sedikit pun.
Kedua bola mata Jisung sukses membulat ketika mendengar ucapan Seoyeon barusan. Seoyeon yang menyadari itu pun tampak heran.
"Kenapa? Kok kayaknya kaget banget? Jangan jangan lo sukanya sama papa gue ya, bukan sama gue?" selidik Seoyeon, bercanda.
Jisung menyentil kening Seoyeon pelan. "Ngaco ah, lo! Gue heran aja, papa lo sakit parah kok lo malah disini bukannya ngejenguk?"
"Tadi udah. Tapi gue gak tahan, ruangannya bau obat obatan," jelas Seoyeon yang hanya dibalas anggukan oleh Jisung.
"Oh ya, Sung. Mumpung sekarang gak bakal keganggu lagi, gue mau tanya," ucap Seoyeon.
"Ah, iya? Lo tadi mau nanya apa?
"Aduh gimana, ya? Gini lho, jangan tersinggung, ya? Kenapa sejak kita jadian, lo jadi overprotektif ke gue sih?"
Jisung tersenyum tipis mendengar pertanyaan Seoyeon barusan. Senyum tipis itu, bukanlah senyum tipis biasa. Tersimpan rasa kecewa dan penyesalan pada dirinya sendiri dibaliknya.
Sadar akan itu, Seoyeon pun segera membenahi ucapannya tadi.
"Jujur aja, bukannya gue gak seneng lo kayak gitu ke gue. Tapi gue juga butuh waktu sama temen temen gue, Sung. Lo juga pasti butuh waktu buat bareng Felix dan lain lain, kan?"
Jisung membuang nafasnya berat sebelum akhirnya menangkup kedua pipi milik Seoyeon, sukses membuat pipi gadis itu merah padam detik itu juga.
Jisung tersenyum, sebelum akhirnya buka suara. Tak lupa, ia melepas kedua tangannya dari pipi Seoyeon terlebih dahulu.
"Kenapa lo gak kasih tau ke gue sih, Yeon?" tanya Jisung selembut mungkin, melebihi lembutnya bokong seorang bayi.
"Hah? Ngasih tau apaan?" Rasanya, Seoyeon tidak sama sekali tidak menyembunyikan rahasia pada Jisung.
"Soal penyakit lo."
"Penyakit? Penyakit apaan?" Seoyeon makin dibuat heran dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Jisung.
"Lo tau alesan gue overprotektif ke lo, Yeon?"
Seoyeon menggeleng dengan polosnya.
"Hhh... Jujur, gue takut, Yeon. Takut, penyakit turunan ayah lo itu kambuh disaat gue lagi gak sama lo. Ini bukan maksudnya gue lebay atau gimana. Tapi gue udah janji sama ibu lo buat ngejagain lo. Gue gak mau buat ibu lo kecewa," jelas Jisung panjang lebar.
Seoyeon diam, mencoba mencerna ucapan Jisung sebentar sebelum akhirnya ia tertawa pelan.
"Dan lo, lo percaya sama omongan ibu gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
little things | han jisung✓
Short Storyi'm in love with you, and all your little things.