"cepet woy, udah jam 9 belum nyampek sini gue gibeng Lo!"
"Iye, bentar lagi nyampek" memutus sambungan telepon Minin menghela nafas. Winda benar benar membuatnya badmood. Namun dia harus segera hadir di Rumah makan tempat sahabatnya itu bekerja sebelum Ia interview jam 10 nanti di rumah makan yang sudah direkomendasikan temannya untuk bekerja.
Setelah sampai, Minin melihat lihat keadaan di sekitar rumah makan yang akan ia tempati bekerja nanti jika ia di terima.
Pandangannya tak sengaja melihat seorang gadis yang sedang bersenda gurau dengan temannya. Namun dibalik tawanya entah pikiran dari mana minin menganggap bahwa gadis itu tengah menyimpan banyak beban.
Ia tatap lekat lekat gadis itu hingga tak sengaja pandangan gadis itu bersitatap dengannya. Selama sekian menit mereka beradu tatap dan terputus saat gadis itu tersadar bahwa temanya juga ikut memperhatikannya. Gadis itu tersipu, dan itu menambah nilai plus di mata minin.
"Dia cantik".
"Hah?!"
"Gadis itu, dia cantik."
"Ohh.. dia? Dia itu anak dari pak Rio, temen nongkrong gue."
Minin menatap Winda dengan pandangan menyelidik. "Yakin bokap dia temen nongkrong Lo?"
"Yee dibilangin kagak percaya."
"Dia cantik win."
"Lo deketin tuh, lumayan loh." Minin menggeleng. Sedangkan Winda benaknya dipenuhi tanda tanya.
Dia terlalu berharga untuk sekedar dideketin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREFFEN
Roman d'amourHanya dengan melihatnya jantungku sudah terasa seperti maraton. -TREFFEN