Sejauh apapun kita terpisah, jika memang berjodoh pasti selalu ada jalan untuk bersama.
Abbri
🐾🐾🐾
Sudah 2 minggu Okta dan Gefia tak mendapatkan kabar dari Alisya yang membuat mereka cemas. Biasanya mereka akan selalu berkomunikasi setiap hari, nomer alisya juga tak kunjung bisa di hubungi. Dengan terpaksa keduanya menghampiri ke kelas abbri. Mungkin abbri tau keadaan alisya. Pikir keduanya.
Sampai di kelas abbri, keduanya celingukan mencari sosok mantan pacar sahabatnya itu tak lama berselang keduanya mengernyit bingung melihat sosok abbri yang jauh dari kata baik baik saja. Abbri terlihat melamun dan penampilan yang kacau dengan seragam dikeluarkan, rambut acak acakan, jauh dari abbri yang biasanya berpakain rapi.
Gefia dan okta saling bertatap, melihat kondisi abbri yang kacau membuat mereka enggan menanyakan kabar alisya, bukan karena tak mau. Tapi mungkin abbri juga tak tahu kabar sahabatnya itu."Gimana ini? Samperin nggak samperin nggak" gefi mencoba peruntungannya dengan menggunakan ke sepuluh jarinya.
"dodol kan, ngapain lo kayak gitu"
"Yah.. Kok samperin sih akhirannya" okta yang melihat kelakuan absurd sahabatnya itu hanya bisa geleng geleng.
"Yaudah ayo samperin aja" okta mengandeng tangan gefi untuk menemui abbri.
"bri.." lirih okta "lo tau nggak kabar alisya sekarang? Udah 2 minggu dia nggak ngasih kabar ke kita" jelas okta.
"Gue juga nggak tau kabarnya, semenjak dia mutusin buat pindah, gue nggak pernah komunikasi lagi sama dia" abbri menghembuskan nafas dengan gusar.
Mereka bertiga saling diam dalam keheningan, hingga akhirnya handphone okta berbunyi. Okta mengambil handphone dari sakunya dan mengernyit melihat Risky abang alisya menghubungi. Tanpa basa basi okta mengangkat telepon dari risky.
"Halo"
.......
"Apa bang?! Kok bisa sih?"
......
"Sejak kapan?"
......
"Kenapa lisya tega nyembunyiin ini dari kita, gue, geffi bakalan secepatnya bang nyusulin alisya"
......
"Oke bang, makasih"
Setelah menerima telfon, okta terduduk di lantai dengan air mata yang bercucuran. Geffi dan abbri yang melihat okta menangis keheranan.
"Bang risky ngomong apa? Kenapa lo sampai nangis kek gini?"
"Lisya, hiks hiks, lisya gef hiks"
"Lisya kenapa?" kini giliran abbri yang bertanya.
"Lisya dirumah sakit hiks, lisya sakit hiks hiks, dia sakit leukimia"
Abbri mematung mendengar ucapan okta, lisya sakit? Sejak kapan.. apakah ini ada hubungannya mengapa lisya memutuskannya. Batin abbri terus berbicara.
Tanpa membuang waktu abbri menarik geffi dan okta untuk izin meninggalkan sekolah dan menyusul alisya ke singapura.
***
Setelah melalui berdebatan yang panjang dengan kedua orang tua masing masing, mereka akhirnya sampai di singapura dengan selamat.
Mereka menaiki taksi yang memang sudah ada di dekat bandara dan melaju ke rumah sakit tempat alisya di rawat.Dengan langkah tergopoh gopoh, mereka sampai di rumah sakit tempat alisya dirawat. dari kejauhan, risky melihat sahabat adiknya sedang celingukan mencari ruang dimana alisya di rawat akhirnya menghampiri.
"Ta, gef kalian udah nyampek.. Ayo ikut abang keruangannya lilis"
"Iya bang"
Abbri mendadak berkeringat dingin didepan ruangan alisya, ia takut tak bisa mengendalikan dirinya saat melihat keadaan sang mantan pacar.
Risky yang baru sadar jika abbri ikut menyusul menepuk pundak sang empu Hingga abbri berbalik. Seakan tau apa yang di rasakan abbri, risky membawa abbri duduk dikursi depan ruangan alisya.
"Gue tau apa yang lo rasain, tapi mau gimanapun, lilis sayang banget sama lo, dia mutusin hubungannya juga karena nggak mau buat lo khawatir."
Melihat tak ada respon dari abbri, risky memegang pundaknya dan berkata "kalo lo sayang sama adik gue, tolong selalu ada di sisinya, jangan biarin dia merasa terpuruk karena penyakitnya, gue tau dia sayang banget sama lo. Gue mohon jangan tinggalin dia""Pasti bang" jawab abbri mantap tanpa ada keraguan.
"Sana gih masuk, lo udah lama kan nggak ketemu sama dia" tanya risky, abbri mengangguk tanda mengiyakan ucapan risky.
Abbri mencoba mengatur kegugupannya di depan ruangan alisya sebelum masuk, setelah masuk nafasnya tercekat melihat sang pujaan hati terkapar tak berdaya di ranjang rumah sakit. Abbri meringis membayangkan apa yang di rasakan alisya. Abbri berdiri di samping alisya dan menggenggam tangan pujaan hati yang tidak tertancap infus. Air mata abbri keluar, tak sanggup menahan sesak di hatinya melihat kondisi alisya.
"Sya.. Ini gue abbri, gue datang sya buat selalu disamping lo" lirih abbri
"Gue mohon, lo jangan egois dengan nggak ngasih tau gue kalo lo sakit.. Gue nggak bakalan ninggalin lo sendiri, gue bakal ikut berjuang di samping lo" Abbri tak mampu berkata kata lagi, hatinya teriris melihat alisya. Air mata kembali jatuh membasahi pipi abbri.
"Abbri.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
TREFFEN
RomantiekHanya dengan melihatnya jantungku sudah terasa seperti maraton. -TREFFEN