"Sayang.. Bangun nak, di bawah udah ada abbri loh" Elina mencoba membangungkan anaknya yang masih terlelap padahal waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi.Alisya membuka mata sedikit demi sedikit dan mengerjap menyesuaikan cahaya di kamarnya, namun apalah dayanya saat kantuk masih menyelimuti dirinya.
"Jam berapa sih ini" alisya menggerutu karena ia masih ingin menghabiskan hari minggunya untuk tidur sebelum besok ia harus kembali sekolah.
"Udah jam 8 sayang"
alisya menyerngit, seperti suaranya abbri. Tidak tidak tidak aku pasti berhalusinasi. Pikirnya
"Kamu nggak lagi berhalusinasi sayang"
Alisya terkejut dan langsung membuka matah dan di hadapanya kini abbrisam sedang bersedekap.
"Kamu cewek loh sayang, masak jam segini masih tidur sih" abbri mencubit hidung alisya hingga memerah.
"Abbri, sakit tau"
"Biarin, salah sendiri pacarnya udah jauh jauh datang buat nengok eh yang ditengok malah masih tidur"
"Masih ngantuk abbri" keluh alisya
"Yaudah aku pulang kalo gitu" abbri bangkit dan berjalan menuju pintu.
"Ih.. Abbri mah gitu, jangan pulang" rengek alisya.
Abbri berbalik menatap kekasihnya yang mengeluarkan air mata. Abbri melongo, kenapa pacarnya ini. Tangis. alisya semakin kencang dan membuat abbri buru buru kembali ke tempat alisya.
"Sayang.. Hei kamu kenapa? Kok nangis"
"Abbri jahat mau ninggalin lisya pulang" Abbri kembali dibuat melongo, sejak kapan alisya manja seperti ini.
"Iya sayang nggak pulang kok, sstt.. Tapi udahan ya nangis nya." alisya mengangguk. "Abbri.. Gendong"
"Iya sayang iya.. Sini naik" abbri membelakangi alisya dan menunggu kekasihnya naik ke punggungnya.
Abbri menggendong alisya hingga ke halaman belakang rumah, abbri mendudukkan alisya di bangku dengan hati hati. Abbri berbalik untuk menatap kekasihnya.. Kekasihnya kini sudah tak sepucat 1 minggu yang lalu. Kini wajahnya sudah mulai berseri seri di hadapan abbri.
Abbri duduk di samping alisya dan menggenggam tangannya, di bawanya tangan mungil itu ke pipinya. Alisya menoleh dan mendapat ciuman tak terduga di pipinya. Alisya menunduk menyembunyikan malu dan rona merah diwajahnya.
***
"Kamu ikut pindah sekolah di sini sama aku?"
"Iya sayang, aku mau jagain pacar aku yang cantik ini" katanya sambil mengacak rambut kekasihnya.
Abbri memutuskan untuk menemani alisya tinggal di singapura, ia harus rela meninggalkan teman temannya demi menjaga sang kekasih.
"Makasih, makasih udah mau nrima aku. Tapi mungkin hidupku nggak lama lagi"
Sstt.. "Kamu harus tetep usaha, Semuanya udah di atur sama Allah"
Mereka berpelukan hingga tak ada yang berniat mengakhirinya.
"Aku sayang sama kamu sya, aku nggak mau kehilangan kamu" lirih abbri dan kembali mendekap alisya, tak henti hentinya ia berdoa dalam sholatnya agar alisya di beri kesembuhan.
Alisya dan abbri memasuki halaman sekolah berdampingan, dari kejauhan
Sepasang saudari kembar memperhatikan keduanya sejak turun dari mobil. Keduanya saling berpandangan."apa yang kau pikirin sama dengan apa yang aku pikirin?" tanya elna terhadap elthan. Elthan mengangguk.
"Siapa dia?"
"Entahlah" elthan mengedikkan bahu tanda tak tahu siapa yang bersama alisya.
Disepanjang jalan koridor banyak siswi yang memperhatikan abbri dengan terang terangan, ada yang menyapa, ada yang memuja muja ketampanan abbri. Alisya mendengus, resiko memiliki pacar tampan. Batinnya.
"Alisya!"
Merasa namanya terpanggil alusya menoleh dan benar saja ada elna yang berlari kearahnya.
"Dia siapa?"
"Dia abbri" jawab alisya
"Abbri? Tunggu dulu, sepertinya aku pernah mendengar nama itu"elna berpikir dengan bersedakap.
"Ck, dia kekasihku! Apa kau lupa!?"
"Ah iya! Kau pernah cerita padaku, berarti dia? Wow! Dia sangat tampan! Apa aku boleh memilikinya?"
"Coba saja jika kau bisa mendapatkannya" tantang alisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREFFEN
RomanceHanya dengan melihatnya jantungku sudah terasa seperti maraton. -TREFFEN