[5] nerd • 1

5.2K 428 12
                                    

Pertama kali dirinya masuk ke perguruan tinggi adalah hal yang terbaik. Bucky--yang merupakan teman sekamarnya--tidak terlalu buruk, ia menunjukkan beberapa tempat sederhana yang belum dirinya tahu. Tapi, ada satu hal yang membuatnya tertarik, perpustakaan di perguruan tinggi ini tidak terlalu ramai, atau bahkan memang empat atau lima orang saja yang mengunjunginya. Dirinya tidak suka keramaian, mungkin perpustakaan adalah tempat pelariannya yang bagus.

Hari ini adalah hari di mana ia tidak punya kelas sama sekali, ia berniat mengunjungi perpustakaan. Dirinya mencari tempat duduk dan tidak lupa memilih buku karya James Dashner. Ia duduk di samping lelaki berkacamata fokus sebuah buku berjudul The Hunger Games karena pada minggu pertama dia tidak mempunyai banyak teman jadi ia memberanikan diri untuk berbicara.

"Uh, hey! Nama ku Steve Rogers. Kau bisa memanggil ku Steve atau Rogers, terserah yang kau ma-"

Steve berhenti berbicara sebentar, lelaki di depannya sama sekali tidak memberinya perhatian, seolah-olah ia berbicara dengan dirinya sendiri. Seseorangpun menyadarinya dan menepuk pundak Steve, "jangan ganggu dia. Dia memang sedikit aneh."

Perkataan orang asing tersebut membuat lelaki di samping Steve mendengus, matanya mengatakan dia tidak suka dengan panggilan aneh untuknya, Steve menangkap sinyal darinya lalu ia menangkis perkataannya.

"Ya, atau mungkin kau yang dungu." lelaki di sampingnya terkejut sama orang yang mengatainya, "hey jaga mulut mu anak baru!"

"Lalu kau mau apa? Melaporkan kepada Ibu mu kalau aku menjatuhkan es krim mu?"

Perdebatan tak kunjung lama, Steve memenangkannya dan orang itu tidak akan menganggu lelaki di sampingnya. Steve pun tersenyum lebar kepadanya dan anak laki di sampingnya bingung harus berkata apa.

"Kenapa kau... membantu ku?" tanya dia, dan kali ini entah kenapa suaranya mengganggu Steve dengan cara yang berbeda.

"Entah? Kau layak mendapatkannya." orang di depannya mengangguk, tak lama kemudian ia berbicara.

Namanya Anthony, Steve menyingkatnya menjadi Tony. Ia menjelaskan kalau dirinya introvert atau tidak suka bergaul dan karena dirinya meraih peringkat teratas dan senang membaca buku, semua orang mengecapnya sebagai nerd. Tony tidak menjawab panggilannya saat pertama kali Steve menyapa, itu karena Tony mendorong Steve untuk tidak bergaul padanya. Siapa tau Steve terluka olehnya kan?

"Kau... kau khawatir pada ku?" dan saat itu Tony bersemu.

"Hey aku bercanda, lagi pula kau enak diajak bicara, bagaimana kalau ku ajak ke kafe?" dan di situ lah mereka menjadi dekat.

Steve dan Tony semakin lama semakin dekat, Tony kadang main ke tempatnya dan bertemu dengan Bucky. Mereka juga sering keluar bersama, dan pada suatu hari, Steve mengajaknya ke sebuah kafe yang pertama kali mereka kunjungi.

"Kau ingat tempat ini?" tanya Steve, Tony tersenyum simpul kepadanya dan mengangguk.

"Pertama kali ku diajak seseorang, dan itu kau." entah kenapa, perasaan di dalam perutnya menjadi aneh setiap Tony tertawa, tersenyum dan sebagainya.

Perasaan apa ini?

"Iya kah? Ku merasa tersanjung." lalu mereka lanjut berbincang mengenai hal kecil, terkadang Tony tertawa atau bahkan bersemu saat Steve mengejeknya.

Lalu sebuah kalimat yang tidak diinginkan terlepas dari mulut Steve, "kau lucu sekali saat bersemu!"

"Hah?" semuanya seketika menjadi sunyi, seolah-olah Steve tuli dan tidak mendengar semua percakapan para pengunjung.

"M-maksud ku kau lucu sekali! M-muka mu mirip tomat a-ahaha...."

Bagus sekali Steve, barusan jokes paling terlucu. Steve berdeham, tangannya menyambar garpu lalu memakan sandwich dengan sangat kaku. Kaku sekali dan sangat mengusik Tony, apa-apaan tadi? Jelas-jelas Steve menyembunyikan sesuatu darinya.

"Steve. Tidak apa-apa, jelaskan saja kepada ku kalau kau punya masalah." Steve tersinggung, ia tersinggung Tony mengira dirinya punya masalah berat sehingga pujiannya dianggap aneh.

"Tidak apa-apa Tony." balasnya sedikit ketus, astaga ada apa dengan dirinya?

"Kau kelihatan apa-apa, Steve. Aku sahabat mu, jelaskan oke?"

Itu masalahnya. Steve tidak tahu dengan gejala akhir-akhir ini, entah kenapa ia merasa nyaman berada di dekat Tony. Sebuah kupu-kupu beterbangan di perut Steve, dirinya semakin lama semakin kikuk di dekat Tony. Perasaan apa ini?

"Aku tidak tahu, bisakah kita cari topik lain?"

"Tapi Stev-" lalu semuanya berlalu dengan cepat, Steve membentak Tony untuk diam. Entah kenapa dirinya menjadi frustasi, raut wajah Tony berubah seratus delapan puluh derajat kecewa. Ia berdiri, bergumam sesuatu tidak jelas dan Steve yakin ia melihat Tony mengalirkan air mata.

________________

To Be Continue
________________

「ꜱᴛᴏɴʏ • ᴅʀᴀʙʙʟᴇ」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang