Ia sangat jelas melihat Tony mengalirkan air mata, Tony segera berlari keluar dari kafe meninggalkan Steve yang kebingungang. Ada apa dengan dirinya? Kenapa ia bisa membuat Tony menangis? Apakah ia menyakiti Tony? Ia benar-benar harus meminta maaf.
Steve membayar makanan mereka lalu mengejar Tony yang sudah menghilang, ia terus berlari entah kemana mencari Tony. Sudah sekitar puluhan meter ia berlari, lalu hujan mengguyur dirinya. Seharusnya semua ini tak terjadi, seharusnya ia mengatakan sesuatu bukan membentak manusia tak berdosa itu. Steve sepertinya kehilangan akal.
Ia terus berjalan, hatinya sesak entah kenapa mengingat ia sudah membuat Tony menangis. Dirimya harus meminta maaf kepadanya sekarang juga, apapun konsekuensinya.
Steve berhenti sejenak, sesuatu rasanya ada yang aneh, kalau dia tidak menemukan Tony di jalan... bisa jadi dia ada di...
"Perpustakaan."
Tempat pertama kali mereka bertemu. Kesan Steve pertama kali melihat Tony entah kenapa ada sesuatu yang aneh di dalam perutnya, yang siap untuk meledak kapan saja. Perasaannya kian tumbuh hingga sekarang, entah apa itu ia harus mengatakannya.
Sebuah kejutan, Tony berada di dalam perpustakaan dengan mata yang merah dan sedang membaca buku... Hunger Games. Buku pada saat mereka pertama kali bertemu. Steve pun memberanikan diri dan mendekatinya. Berdeham sebentar dan duduk di sampingnya, dengan semua kecangunggan yang ada.
"A-apa yang kau lakukan di sini Steve?" tanya Tony, suaranya bergetar, pasti ia membenci Steve sekarang juga.
"Ton—"
"Steve." suara Tony sungguh berbeda dengan biasanya, kini lebih datar—mendekati nadanya mati.
Tony berdiri dari tempat duduknya, berniat pergi lagi, lelah dengan hari ini. Steve menahannya, memaksa Tony untuk duduk kembali. Tapi ia melawan Steve balik walau jelas-jelas Steve lebih kuat darinya.
"Steve!—" dan pada saat itu, saat Tony menyentaknya sekali lagi, Steve...
Steve menciumnya.
Tengangan dalam Tony mulai mengendur, ia syok tapi kian menjadi lengah. Dirinya menjadi lemas, tidak tahu harus berbuat apa, dirinya tidak tahu harus menciumnya balik atau tidak. Steve menyadari Tony hanya diam saja, lalu ia menyerah dan melepaskan ciumannya.
"Aku... aku menyukai mu okay?" Tony masih terdiam, belum bisa menerima fakta Steve menyukainya.
"Aku gusar... karena aku takut kau akan membenci ku? Dan kau tahu? Aku malah menciumi mu—beruntung di sini sepi—"
Tony berdiri, ia memegang pundak Steve dan satu gerakan cukup untuknya. Ia menciumi Steve, dan ia tidak ragu. Steve cukup kaget tapi bahagia, ia tidak menyangkan akan diciumi balik! Tapi apakah Tony melakukan ini untuknya..?
"Aku tidak tahu k-kenapa menciumi mu, tapi melihat mu gusar aku menjadi sedih." mereka berdua pun saling tatap, sebuah rasa kebahagiaan tumbuh di dalam Steve dan Tony, entah kenapa mereka mulai menyukai setiap kenangan yang mereka lalui.
Lalu tak lama kemudian mereka tertawa kecil, saling tersenyum satu sama lain entah apa yang lucu. Bagi Tony, sesuatu mulai merangkak dari debaran jantungnya, sesuatu yang nyaman dan hangat. Ia... Ia ingin merasakannya terus menerus, seakan-akan terobsesi.
"Jadi... kau tak marah?" tanya Steve sekali lagi, Tony menggeleng lalu tersenyum.
"E-entah kenapa aku merasa nyaman di dekat mu..." ucapnya malu, Steve menatapnya kosong lalu tertawa dan menangkup kedua pipi yang membuat Tony kaget.
"Dan kau tahu? Kau sangat imut jika terbata-bata." mereka berdua pun tersenyum sekali lagi, dan sebuah dorongan kuat, kini Tony menciumnya sekali lagi.
Bukan hawa nafsu atau hasrat, tapi dengan perasaannya. Mungkin menyukai seseorang tidak begitu buruk, itu yang dipikirkan Tony saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
「ꜱᴛᴏɴʏ • ᴅʀᴀʙʙʟᴇ」
Fanfiction➵ Steve x Tony Drabbles, kisah hidup mereka sebagai pasangan-maupun musuh (mari bersorak Civil War)-atau orang tua Peter Parker. ➵ Keterangan: Pairing: - Captain America/Iron Man - Deadpool/Spider-Man - Spidrer-Man/Ha...