Stark-nama panggilannya di dunia narkotika-atau Tony merupakan penjual narkoba terkenal sesaentro Amerika Serikat. Ia tak bisa menahan senyumannya, semua rencana liciknya berkerja dengan lancar. Sampai pada saatnya di sebuah bar, ia sedang meminum cocktail ringan dan menemui matanya kepada seorang Agen FBI.
Namanya Steve Rogers. Tony mengetahuinya, Steve merupakan FBI terkenal di lingkungan narkotika sebagainya, dan Tony senang sekali bermain-main dengannya. Ia berdiri dari tempatnya dan duduk di samping Steve yang sedang menyantap Silver Bulletnya.
"Selamat malam, Sir." Tony menyapanya seolah-olah ia anak buah Steve, Steve menyadari kehadirannya dan hanya mendengus.
"Malam juga, Tuan selalu-lolos-setiap-ku-mengejar-mu."
Tony tertawa lepas, semua peristiwa Steve mengejarnya susah payah dan ia hanya dengan simpelnya melarikan diri merupakan momen paling menyenangkan di hidupnya. Steve tak pernah menangkapnya, dan Tony selalu memancingnya.
"Apa yang membawa mu kemari ke bar Sir Steve Rogers? Apa kau berinisiatif menangkap ku lagi? Terlalu membosankan, hari ini ku harus menikmati cocktail ini." Steve menghela napas, entah kenapa suaranya santai sekali padahal di sampingnya adalah buronan kelas atas.
"Hentikan dengan panggilan 'Sir' itu Stark, bisakah kau membiarkan aku beristirahat? Apakah salah Pemimpin Agen FBI ke bar?"
Tony menggelengkan kepalanya, ia hanya tersenyum puas. Karena ia tahu Steve hanya sekedar beristirahat, kejar-kejaran terlalu kekanakan untuknya. "Bagaimana dengan mu, Stark?"
Kali ini Tony sedikit syok, belum siap dengan pertanyaan bersahabat seperti tadi, biasanya Steve mengutuknya dan sebagai macam.
"Eh? Ya, samping dari menjual narkoba, bar salah satu pelampiasan ku." Steve mengangguk, "menjual narkoba bukan pekerjaan yang mudah."
"Sama halnya dengan FBI, bukan perkerjaan yang mudah mengejar-ngejar kalian." mereka saling menghela napas, dan tertawa lepas. Sebuah suasana yang aneh untuk mereka, rasanya aneh sekali mereka menjadi akur.
"Lalu kehidupan mu? Pasti menyusahkan melacak para teroris segala macam dan harus membersihkan mereka." Steve mengangkat sebelah alis matanya.
"Kenapa aku harus menceritakannya kepada mu? Kau bisa saja berbuat sesuatu." Tony menggeleng kepalanya, ia berkata apakah sesulit itu berkomunikasi kepada Steve?
"Ya, ku tinggal seorang diri. Paling menonton TV dan kegiatan normal lainnya, bagaimana dengan kegiatan normal mu?"
"Apakah aku tak terlihat normal? Kau lelaki yang lucu Steve, lelaki yang lucu." Steve hanya menyunggingkan mulutnya, sedikit puas dengan sarkasme miliknya.
"Liburan tentunya, menonton TV di rumah segala macam tentu merupakan kegiatan membosankan." Steve sedikit tersinggung tapi kalau lawan bicaranya adalah Tony, maka ia simpulkan sebagai lelucon, orang seperti dia sama saja menyebalkan.
"Lalu, apa menurut mu sesuatu yang menyenangkan?" Tony menyunggingkan senyumannya, entah kenapa untuk kesekian kalinya Steve merasa sangat tidak aman.
Ia entah kenapa merasa ditaklukan oleh Tony entah dalam artian apa itu, "kau mau tahu sesuatu yang menyenangkan?"
Steve tidak mengerti maksudnya apa.
"Aku akan mengajari mu sesuatu."
Dan pada keesokan kemudian, Steve sama sekali tidak tahu bagaimana dia bisa berakhir di dalam kamar Tony. Telanjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
「ꜱᴛᴏɴʏ • ᴅʀᴀʙʙʟᴇ」
Fiksi Penggemar➵ Steve x Tony Drabbles, kisah hidup mereka sebagai pasangan-maupun musuh (mari bersorak Civil War)-atau orang tua Peter Parker. ➵ Keterangan: Pairing: - Captain America/Iron Man - Deadpool/Spider-Man - Spidrer-Man/Ha...