Wtf batin Iris, sungguh pria ini membuatnya kesal. Iris menghirup napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Butuh kesabaran ekstra menghadapi pria itu. Mencoba tidak menghiraukan Harry Iris kembali bermain dengan ponselnya.
"Kau punya makanan lagi?" tanya Harry membuat Iris menghentikan kegiatannya, seketika ia mengingat Niall yang selalu bertanya tentang makanan padanya.
"Iris, tolong ambilkan aku potato chip."
"Kau baru saja menghabiskan 2 kantung keripik dengan ukuran yang menurutku besar Niall."
"Kau tahu mulutku selalu kelaparan."
"Hallo.. Kau mendengarku?" Harry mengibaskan tangan kirinya di depan wajah Iris dan membuat Iris terkejut dan segera menarik diri ke dunia nyata.
Ia bahkan tidak menyadari jika Harry sudah menghampirinya.
"A ... aku tidak punya," jawab Iris tergagap.
Harry menghela napasnya.
"Aku akan membelinya sekarang," ujar Iris merasa tidak enak pada Harry.
"Besok saja tidak apa-apa, kau lelah bukan?" Harry kembali merebahkan diri di ranjang.
Tidak ada yang bicara hingga malam tiba, Iris memutuskan tidur di sofa karena Harry memaksa tidur di ranjangnya, mau tidak mau ia harus mengalah meskipun Harry menawarinya tidur bersama. Ia tidak akan melakukannya, Harry pria asing meskipun faktanya Iris masih tidur satu ruangan dengan Harry tapi setidaknya mereka sedikit berjauhan.
Jam dua pagi Iris terbangun karena kelaparan, ia tidak makan apapun seharian kemarin dan sekarang ia memutuskan untuk membuat mie instan. Setelah selesai mengisi perutnya ia memutuskan untuk duduk di sofa membiarkan makanan di perutnya turun sebelum ia melanjutkan tidur, namun ia melihat Harry yang menggigil di ranjangnya padahal Harry sudah memakai selimut. Iris menghampirinya dan melihat wajah pucat Harry, Iris menyentuh pelipisnya, dia demam?
Badannya panas sekali batinnya.
"Harry..." panggilnya pelan, "Harry.. bangunlah." Harry hanya mengerang lalu meringkuk mengeratkan selimutnya.
Iris mengambil termometer untuk mengukur suhu badan Harry.
"Harry, buka mulutmu," suruh Iris namun Harry memalingkan wajahnya ke arah bantal di bawahnya.
"Aku tidak apa-apa," gumamnya pelan.
Iris memutar matanya kesal. "Ayo buka mulutmu!" Iris memaksa Harry membuka mulutnya dengan menekan kedua pipi Harry ke dalam.
"Apa yang kau lakukan?" sentak Harry tanpa membuka mata, suaranya tidak begitu jelas karena Iris menekan kedua pipinya.
"Diam!" balas Iris tak mau menyerah. Akhirnya ujung termometer itu berhasil masuk ke dalam mulut Harry.
Harry berdecak lidah namun Iris tidak mengindahkan protes yang di lakukan Harry.
Iris duduk di lantai menghadap ke arah Harry menunggu alat itu berbunyi.
"Tanganmu masih sakit?" tanya Iris dan Harry hanya mengangguk.
"Kau meminum obatmu sebelum tidur, kan?"
Harry menggeleng.
"Astaga, seharusnya kau meminumnya!" ujar Iris dengan nada kesal. Harry bergeming karena dirinya sendiri lupa meminumnya.
"Sial, 39 derajat celcius. Ayo minum obatmu sekarang!" Iris meraih tubuh Harry menyuruhnya duduk.
Harry dengan malas melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iris [COMPLETE]
FanfictionDi dalam hidupnya, Iris Winter hanya ingin hidup bahagia bersama kekasihnya Niall Horan. Membangun rumah tangga di rumah kecil sederhana yang mereka beli bersama. Namun, takdir berkata lain, dua minggu sebelum pernikahan mereka, Iris harus menghada...