"Ah shit...!! Tidak ada isinya." Harry mengumpat dan melempar dompet hasil mencopetnya secara sembarangan dan berhasil membuatku kembali tertawa.
"Baiklah, aku yang membayar makan malam." Aku berdiri sedikit membersihkan celanaku karena aku baru saja duduk di tanah.
"Jika kau tidak keberatan." Harry berkata penuh percaya diri sementara aku terkekeh seraya menggelengkan kepalaku.
Kami kembali melangkah mencari kedai makanan.
"Kau sudah lama melakukan pekerjaan ini?" tanyaku ketika kami baru saja keluar dari lorong gelap itu.
Harry tergelak cukup keras hingga aku dan beberapa orang yang melintas menoleh kepadanya. "Apakah itu pantas disebut pekerjaan?"
Aku mengangkat kedua bahuku. "Bukankah mendapatkan uang dengan melakukan suatu kegiatan sebelumnya itu disebut bekerja?"
Harry menoleh ke arahku dan terkekeh. "Semenjak bekerja menjadi asisten koki dan bekerja di binatu tidak mencukupi kebutuhanku, aku mulai melakukannya. Aku juga merampok bersama teman-temanku, apapun itu asalkan aku mendapatkan uang aku akan melakukannya." Harry berucap santai dengan memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana bahkan terlihat santai mengatakan kejahatan yang ia lakukan.
"Kau tidak pernah berurusan dengan polisi?" Aku menyelipkan helaian rambutku yang tertiup angin ke belakang telinga.
"Hampir, beberapa tahun yang lalu dan juga beberapa hari yang lalu."
"Berhentilah, itu pekerjaan yang buruk," ujarku membuat Harry menghentikan langkahnya yang otomatis aku ikut menghentikan langkahku, Harry menatapku dengan tatapan tidak percaya, menyadari tatapannya aku segera menggeleng cepat, "tidak, aku tidak bermaksud melarangmu kau berhak melakukan apapun tapi aku mempunyai pengalaman buruk dengan seorang yang memiliki pekerjaan sepertimu dan sebagai korban aku membencinya."
"Kau pernah kehilangan uang?" tanya Harry melanjutkan langkahnya.
Aku menggeleng dan mengalihkan perhatianku menatap ke sekeliling berharap aku bisa menutupi kekalutanku. "Lebih buruk."
Mempercepat langkahku aku meninggalkannya di belakang dan memasuki kedai, kami tidak banyak bicara selama di dalam kedai.
Harry dengan lahap memakan burger keduanya sementara aku baru setengah dan kurasa aku sudah sangat kenyang kuputuskan untuk tidak menghabiskannya.
"Kau tidak memakannya?" tanya Harry ketika ia melahap gigitan terakhirnya.
"Aku sudah kenyang," ujarku setelah meminum sodaku.
Tanpa kusadari burger di depanku sudah berpindah di tangannya.
"Hei, itu bekasku." Itu menjijikkan.
Apa dia begitu kelaparan?
"Bukan masalah, sayang jika di buang." Dia berkata dengan mulut penuh sementara aku mengernyit dan ia terkekeh melihatku.
"Kau masih lapar?" tanyaku ketika dia sudah menghabiskannya.
"Aku sudah kenyang," ucapnya santai, aku menggedikan bahu sedikit penasaran mengapa dia tidak bersendawa dengan keras seperti biasanya.
"Ayo." Dia kembali menarik pergelangan tanganku keluar kedai.
"Kemana?" tanyaku bingung karena dia terlihat seperti baru saja melihat sesuatu yang membahayakannya.
Harry terus menarik tanganku dengan tergesa-gesa dan sesekali melihat kebelakang diantara kerumunan orang yang berlalu lalang.
"Ada apa? Mengapa kau terlihat ketakutan?"
Harry tidak menjawabku aku tidak melihat apapun ketika menoleh ke belakang.
"Kau masih bisa berlari?" tanya Harry mempercepat langkahnya. Apa? Dia mengajakku berlari lagi? Aku mengangguk ragu sedetik kemudian Harry menggenggam erat tanganku dan berlari. Aku mengikutinya dan mempercepat kakiku ketika ia berlari semakin kencang, sesekali dia menoleh kebelakang dan ketika aku ikut menoleh aku baru melihat dua orang mengejar kami tidak begitu jelas karena jarak yang cukup jauh dan juga gelap aku mendengar Harry mengumpat.
"Siapa mereka?" tanyaku terbata-bata karena napasku terengah-engah dan lagi Harry mengacuhkanku. Ia menarikku berbelok di sebuah gang sempit kemudian masuk ke dalam sebuah ruangan ketika menemukan pintu yang terbuka. Ia menutupnya dengan cepat tanpa menimbulkan suara dan aku yakin dia sangat berpengalaman untuk hal ini, Harry mendorongku hingga punggungku menabrak dinding di belakangku kemudian menempelkan telunjuknya di bibirku.
"Sshhh..." Harry berdesis seraya menatapku, aku mengangguk secara otomatis, hanya suara peraduan napas kami berdua yang terdengar, jarak yang sangat dekat dan sedikit cahaya lampu yang remang membuatku melihat betapa khawatirnya tatapan itu.
Jantungku berdegup kencang, kurasa Harry pun bisa mendengar degup jantungku.
Apa yang terjadi sebenarnya?
Aku mendengar derap langkah di luar otomatis pandangan mataku beralih pada pintu di sana, jantungku semakin berdegup kencang.
Setelah beberapa saat dan sangat yakin mereka sudah pergi Harry menatap jemarinya yang tertempel di bibirku, napasku tertahan begitu saja merasa sedikit awkward aku berdehem dan kemudian ia menarik jarinya menjauh dari bibirku lalu terkekeh.
"Kau takut?" tanya Harry kemudian.
Aku menggeleng, sejujurnya aku masih belum takut mati dan masih berharap itu terjadi tanpa harus melakukan bunuh diri.
"Siapa mereka?" tanyaku masih mencoba mengatur napas. Sudah lama aku tidak berlari dan kurasakan betisku sangat berat.
Sialnya darahku semakin deras mengalir dan aku belum menggantinya.
"Temanku."
Aku tergelak. "Jika mereka temanmu mengapa kau berlari?"
"Aku tidak berlari hanya saja, aku tidak ingin mereka melihatmu," ucapnya membuka pintu perlahan dan menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Apa maksudmu?"
"Aman." Ia keluar dari ruangan dan aku mengikutinya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Apa kau lupa kami penjahat?" Ia melangkah santai di sampingku.
"Apa mereka juga membunuh?" tanyaku penasaran.
"Sesekali, tapi jika dengan seorang wanita, mereka akan memperkosanya secara bergiliran terlebih dahulu. Kau ingin mati mengenaskan seperti itu?" Harry sedikit berbisik membuatku bergidik ngeri membayangkan hal itu. Kurasa dia tahu isi kepalaku tentang keinginanku untuk mati.
"Apa kau juga seorang pemerkosa?" tanyaku penuh antisipasi mengingat Harry adalah bagian dari mereka aku sedikit memberi jarak darinya.
Ia hanya menggedikkan bahu lalu terkekeh tanpa menjawabku.
Kami kembali ke rumahku ketika malam telah larut. Aku tidak menyangka jika beberapa hari ini aku akan menghabiskan waktu dengan seorang penjahat yang begitu mengerikan. Kupikir Harry hanyalah seorang pencopet jalanan biasa nyatanya dia terlibat dengan kelompok penjahat yang tidak segan-segan memperkosa korban perempuannya.
"Hei..." Harry memanggilku yang melangkah masuk setelah menyalakan lampu, otomatis aku menghentikan langkahku dan menoleh padanya.
"Apa?"
"Bokongmu berdarah."
Tbc
Spesial deh buat Pinkfloydhz
Maaf ya kalo pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iris [COMPLETE]
FanficDi dalam hidupnya, Iris Winter hanya ingin hidup bahagia bersama kekasihnya Niall Horan. Membangun rumah tangga di rumah kecil sederhana yang mereka beli bersama. Namun, takdir berkata lain, dua minggu sebelum pernikahan mereka, Iris harus menghada...