Am I Crazy or Falling in Love?

1.2K 168 80
                                    

Song for this chapter:

Crush - David Archuleta

***
Do you ever think when you're all alone

All that we can be, where this thing can go?
Am I crazy or falling in love?
Is it real or just another crush?

--------

Aku tersenyum kepadanya. "Masuklah," suruhku dan kemudian Harry berdiri, aku membuka pintu lebih lebar dan membiarkan Harry masuk terlebih dahulu sebelum aku menutup pintunya. Ku urungkan niatku untuk duduk di teras.

Aku mengikutinya dan melihatnya langsung membuka lemari pendingin lalu mengambil telur dan sosis, ia membawanya ke dapur dan mulai membuat sesuatu dengan bahan yang diambilnya. Aku menyenderkan tubuhku di pintu masuk dapur, melipat kedua tanganku di depan dada dan menggeleng heran, namun aku terkekeh setelahnya. Menyadari kekehanku Harry melihatku kemudian ikut terkekeh. Luka dan beberapa lebam di wajahnya masih terlihat.

"Aku hampir mati kelaparan," ucapnya sambil mengupas kentang yang baru ia ambil dari keranjang di meja counter. Ia melakukannya dengan sangat cepat dan untuk kesekian kalinya aku kagum kepadanya.

"Kau mau?" tanya Harry tanpa melihatku.

"Tidak, aku masih kenyang."

Aku mendekatinya dan meletakkan kedua tanganku di meja counter untuk melihat apa yang dilakukannya.

"Kurasa jika kau menyimpan gengsimu untuk mengambil uang yang ku berikan, kau tidak akan kelaparan sekarang," sindirku dan Harry hanya mengangkat kedua bahunya.

"Sejauh aku bersamamu, aku sudah menghancurkan image-ku sebagai seorang laki-laki, jadi untuk terakhir kalinya aku tidak ingin menerimanya. Aku bisa mencari uang sendiri dan ternyata baru kusadari sekarang mendapatkan uang secara layak itu tidaklah mudah." Harry diam setelahnya selagi tangannya masih sibuk memotong kentang. Kurasa dia akan menggorengnya melihat bagaimana bentuk potongannya yang memanjang.

Melihatnya sekian detik, batinku terkekeh mendengar pengakuannya tentang menghancurkan image-nya. Kupikir Harry bukanlah tipe pria yang harus bersusah payah menjaga image, sejak awal aku sudah memutuskan bahwa dia memang sudah mempunyai bakat alami yang dibawanya sejak lahir yaitu bakat tidak tahu malu, mengingat apa yang ia lakukan dan katakan kepadaku selama kami bersama.

"Beberapa kali aku ingin meneleponmu, tapi sebelum tersambung aku mematikannya." Harry melihatku sebentar dan tersenyum.

"Mengapa?"

"Hanya sekadar bertanya apakah kau merindukanku?" ucapnya penuh percaya diri.

Aku tergelak ringan. "Lihatlah siapa yang kembali kesini? Aku tidak merindukanmu," jawabku mengelak jika aku merindukannya, nyatanya aku memikirkannya seharian. Tapi bukankan itu dua hal yang berbeda?

Merasa sedikit haus aku mengambil segelas air dan meminumnya perlahan.

"Aku ingin mencopet siang tadi ketika aku putus asa tidak mendapat pekerjaan dan perutku terasa sangat lapar, namun ku urungkan niatku ketika aku ingat seorang wanita yang tidak ingin berkencan dengan penjahat." Seketika aku tersedak mendengar perkataannya hingga minumanku sedikit tumpah mengenai bajuku.

"Kau baik-baik saja?" tanya Harry khawatir yang kini menoleh kepadaku.

"Uh?" Aku mengangguk, "biar ku bantu." Merasa gugup aku mengambil alih pekerjaannya masih sedikit terbatuk kecil untuk melegakan tenggorokanku yang sedikit gatal karena tersedak.

Apa yang harus ku lakukan?

Kulirik Harry dari ekor mataku dia di sampingku tengah memanaskan pan. Mengapa hanya aku yang terlihat gugup di sini? Sementara Harry, dia terlihat sangat santai seperti biasa.

"Semua wanita normal tidak menyukai penjahat. Itu hal wajar dan aku wanita normal." Aku menyerahkan kentang potong itu kepadanya dan ia mulai menggorengnya.

Ia mengangguk-angguk tanpa membalas perkataanku.

Aku memutuskan duduk setelahnya mengamatinya yang masih sibuk mengaduk penggorengan, tak berapa lama kentang goreng yang ia buat matang kemudian Harry menggoreng sosis dan telur secara bergantian. Sialnya aromanya begitu menggoda membuat air liurku mengalir. Aku memutuskan mengambil sosis di lemari pendingin dan aku akan menggorengnya sekadar memenuhi keinginan mulutku karena sebenarnya aku tidak lapar.

Aku mengupas dua buah sosis sembari menunggu Harry selesai dengan masakannya kurasakan dia meliriku kemudian mendengus.

"Sudah ku duga kau akan tergoda." Ia meletakkan masakannya di piring kemudian menyerahkan pan-nya kepadaku. Aku hanya menyunggingkan senyum kaku.

"Aku makan dulu," ucap Harry mengambil garpu dari tempatnya kemudian melahap makanannya sebelum sampai di kursi. Kurasa ia sangat kelaparan, lihatlah ia sangat lahap memakan kentang goreng yang ia buat dari empat buah kentang berukuran sedang.

Aku hanya butuh waktu sebentar untuk menggoreng sosisku kemudian menyusul Harry duduk di kursi, aku mendengar Harry bersendawa sangat keras dan aku sudah tidak kaget, sudah ku katakan dia mempunyai bakat tidak tahu malu dan satu lagi tidak tahu sopan santun.

"Lalu jika kau wanita normal mengapa kau masih menerimaku? Bukankah kau mengatakan aku penjahat?" Oh rupanya Harry masih ingin membahasnya, ia hanya menunggu perutnya terisi sebelum melanjutkan perbincangan kami.

Aku mengedikkan bahu. "Seseorang mengatakan kepadaku jika dirinya bukan penjahat, dan dia sedang berusaha mencari pekerjaan yang layak. Kurasa itu patut di apresiasi."

Kulihat Harry menyeringai. "Jangan salah paham, aku mengizinkanmu tinggal di sini sampai kau mampu menyewa apartment sendiri, kau mengerti?"

Harry mengangguk tanda paham, namun aku merasa sangat yakin sekalipun pria di depanku ini mendapat pekerjaan dia tidak akan menyewa apartment, dan jika memang benar seperti itu maka aku tidak akan segan-segan mengusirnya untuk kedua kalinya.

Aku tidak tahu apa yang di pikirkannya sekarang, namun bibirnya tak berhenti tersenyum dan matanya tak berhenti melihatku. Ku harap dia tidak berpikir macam-macam dan menggunakan kebaikanku untuk mengambil kesempatan dariku lagi.

Harry memutuskan mandi 10 menit yang lalu dan kulihat jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Aku kembali merebahkan diriku di ranjang berharap bisa bangun pagi dan mengerjakan apa yang sudah ku rencanakan sebelumnya.

Aku memiringkan tubuhku membelakangi dinding kemudian memejamkan mataku, dan ketika aku sudah berada di ambang batas kesadaranku aku mencium aroma sabun mandi membuatku membuka kembali mataku dan sedikit terkejut mendapati Harry -dada Harry sudah berada di hadapanku maksudku bukan berada tepat di hadapanku, namun ketika aku membuka mata hal itulah yang ku dapati, dia tidak memakai baju atau apapun yang mampu menutupi tubuh bagian atasnya.

Jantungku kembali berdegup kencang.

Aku menatapnya yang kini menyeringai kepadaku.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanyaku penuh dengan nada antisipasi.

"Tidur," jawabnya santai.

"Seperti ini?"

"Ya, kurasa ini bukan pertamakalinya bukan? Kau pernah memelukku saat itu." Apa dia baru saja mengingatkanku kejadian memalukan itu? Harry terlentang dengan meletakkan kedua tangan di belakang kepalanya. Hal yang kulihat ketika dia melakukannya adalah bulu ketiaknya, astaga.

"Jadi kau berharap aku akan memelukmu lagi malam ini huh?"

"Aku tidak keberatan jika kau melakukannya lagi," ucapnya menahan senyum. Pria ini sungguh senang sekali membuatku dalam posisi yang memalukan.

Aku mendengus kemudian membelakanginya dan kembali memejamkan mataku. Namun dengan keadaan sepenuhnya sadar aku tersenyum karena kelakuannya.

Lagi baik makanya fast update 😂

Iris [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang