Iris
Malam yang begitu dingin hujan baru saja berhenti, aku melangkah menuju apartment Alice sepulang bekerja. Dylan mengatakan jika siang tadi Alice pulang lebih awal karena merasa kurang enak badan, ia pasti kelelahan karena sering mengambil jam kerjaku.
Aku merasa bersalah kepadanya, aku selalu merepotkannya namun ia sama sekali tidak pernah merepotkanku seperti sekarang dia tidak memberitahuku jika dia sedang sakit dan aku baru menyadarinya selama ini. Aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri dan juga Harry ... pria itu membuatku gila.
"Aku mempunyai alasan sekarang."
"Someone? Or ... Something?"
"Seseorang...."
"Oh."
"Dan itu ... kau...."
Kami bahkan tidak saling mengenal, bagaimana bisa aku menjadi alasan untuknya melanjutkan hidup?
Kami tidak berbicara setelah perbincangan yang menurutku aneh itu, dan kurasa dia cukup dewasa untuk mengerti keterkejutanku.
Aku mengetuk pintu apartment Alice, namun tidak ada jawaban setelah beberapa kali aku melakukannya.
Apa terjadi sesuatu padanya?
"Alice.. kau di dalam? Alicia?" Aku memutar knop pintu dan ternyata tidak dikunci?
"Alice?" Aku masuk dan meletakkan makanan yang ku bawa di atas meja.
Pikiran buruk memenuhi kepalaku, aku segera membuka pintu kamarnya namun kudapati ia tengah terkejut menatapku dengan matanya yang melebar seperti baru saja melihat hantu dan kemudian Alice melepas earphone-nya.
"God Iris, mengapa tidak mengetuk pintu dulu?"
Aku mendekatinya yang tengah bersandar di headboard dengan selimut sebatas perut dan laptop di pangkuannya. "Sudah ku lakukan Nona, aku memanggilmu beberapa kali ku kira terjadi sesuatu padamu karena tidak ada jawaban apapun darimu, dan ternyata kau di sini. Apa yang kau lakukan?" Alice tampak tidak nyaman dengan duduknya.
Aku memberi tatapan bertanya padanya, lebih tepatnya tatapan curiga. Apakah sesuatu yang kudengar itu sama seperti yang apa yang ada di kepalaku?
Melihat layar laptopnya ia tengah menonton film ... biru??
"Oh my God Alice, kau sedang....?"
Dengan wajah tak bersalahnya dia mengeluarkan dildo dengan tangan kirinya dan alat itu sedang berputar, benar itu adalah sesuatu yang kudengar sejak tadi.
"Oh God...." Aku tertawa karenanya.
"Ayolah Iris, ini memalukan jangan buat aku bertambah malu lagi." Ia mematikan alat itu dan melemparnya ke samping secara sembarangan. Aku mencoba menahan tawaku kemudian duduk di sampingnya.
"Kau tahu sudah satu bulan aku putus dengan Lucas, tidak ada yang bisa memenuhi kebutuhanku, hanya benda konyol itu yang bisa membantuku saat ini." Alice menghela napasnya dan aku memahami itu, dia cukup kesulitan mengontrol dirinya hormonnya terlalu berlebihan.
"Lalu kau sudah mendapatkannya?" tanyaku dengan nada menggoda.
"Hampir, sesaat sebelum kau mengacaukannya." Alice mengerucutkan bibirnya.
"Sorry, aku mengacaukan kegiatanmu."
"It's ok, aku bisa mengulangnya nanti," ucapnya seraya terkekeh, "lihat, aku memiliki video baru kau ingin melihatnya?" tawar Alice bersemangat sementara aku memutar mataku malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iris [COMPLETE]
FanfictionDi dalam hidupnya, Iris Winter hanya ingin hidup bahagia bersama kekasihnya Niall Horan. Membangun rumah tangga di rumah kecil sederhana yang mereka beli bersama. Namun, takdir berkata lain, dua minggu sebelum pernikahan mereka, Iris harus menghada...