16. keputusan raya

3.3K 237 14
                                    

waktu seolah berjalan lambat. ketika tubuh kekar mondy mulai limbung dan akhirnya jatuh berdebum di atas tanah. mata itu....
mata tajam yang selalu menyorot raya tanpa cinta tengah menatapnya sendu.
perlahan cahaya meredup di matanya. raya menggeleng tanpa sadar. seolah menahan dengan isyarat agar mondy tidak menutup matanya.

tapi, perlahan cahaya itu mulai padam. dan kemudian menghilang seiring mata mondy yang terpejam rapat.
raya hanya mampu berdiri memaku. kakinya mati rasa. menyaksikan mondynya terkapar seolah menyentak separuh jiwanya. tubuh raya lemas sesaat. sebelum kemudian kaki kaki mungil raya bergerak menyongsong tubuh mondy.

"a..apa yang terjadi kak?" deraian air mata menerobos keluar dari pelupuk mata raya dengan derasnya.

"ka..kamu kenapa kak? ke..kenapa ada darah? kak..kak mondy jangan bercanda..." raya menyentuh wajah mondy dengan gemetar.

menepuk kedua pipi mondy dengan pelan lalu semakin keras hingga menjadi sebuah tamparan.

"bangun kak!! jangan bercanda! kak mondy bangun? BANGUN!" teriak raya histeris.

.

darah segar terus merembes dari perut mondy. mereka sedang ada di dalam taksi dengan mondy yang terbujur di jok belakang.

sementara raya dengan setia duduk di bawah sembari menekan luka mondy agar darah tidak semakin banyak keluar.

"kak mondy jangan begini aku mohon?" lirih raya pilu namun mondy tak jua membuka matanya. wajah pria itu semakin bertambah pucat. tubuhnya juga semakin terasa dingin.

sebelah tangan raya yang berlumur darah menyentuh wajah mondy dg lembut.
"kak mondy jangan pergi? nanti raya sama siapa?" raya berkata sembari terisak.

rasanya lebih sakit di bandingkan saat mondy mengatakan bahwa dirinya tidak mencintai raya.

"kk mondy bangun... kak mondy bertahan... aku mohon" bisikan bisikan permohonan raya mengalun pedih di telinga mondy. raya takut terjadi sesuatu pada mondy.

sesampainya di rumah sakit terdekat, tubuh momdy segera di turunkan dari mobil. sebuah brankar membawa tubuh mondy ke ruang emergency . raya dengan setia menggenggam tangan mondy kuat kuat. seolah menyalurkan kekuatan bagi pria itu.

"kak mondy bertahan... raya disini kak. raya akan tungguin kak mondy. raya tahu kak mondy kuat. kak mondy pasti bisa nahan semua ini... jadi tolong bertahan kak? raya mohon.."
roda roda brankar terus berjalan cepat seiring dorongan kuat dari para suster di bantu juga raya.
di mulut mondy juga sudah di pasang sebuah masker oksigen.

mata raya melebar ketika ia merasakan genggaman tanganya terbalaskan.

ya. Tuhan..

mondy sadar..

perlahan raya melihat mata mondy mulai terbuka.
dan tepat saat pintu emergency terbuka dan siap menerima mondy, satu kata lirih namun masih bisa raya dengar keluar dari mulut mondy.

"da...Ra"

langkah raya terhenti seiring genggaman tangan yang mulai terlepas. raya diam membeku dan perlahan pintu emergency mulai tertutup. raya masih bisa melihat sedikit wajah mondy.

"dara...da..Ra" mondy mencerancau nama dara.
padahal, tadi mondy sempat mengatakan akan berusaha bukan?

raya tersenyum melihat pintu emergency sudah tertutup rapat. sementara bibirnya tersenyum, air mata justru terus mengalir dari pelupuk matanya.

"segitu berartinya  kah dara bagimu kak?"
ucap raya pedih.

.

raya berdiri di depan pintu emergency. terus memandangi pintu kaca yang memperlihatkan tubuh mondy yang sedang berjuang hidup.
raya tak henti hentinya memanjatkan doa. berbagai peralatan terpasang di dada mondy. kabel kabel penunjang kehidupan serta mesin pemantau jantung .
beberapa dokter sibut menangani luka mondy sementara yang lainya sibuk memantau kondisi mondy.
raya terus menatap ke satu titik. matanya tak lepas dari mondy dan juga monitor di sebelah mondy.

mulanya garis garis aneh di monitor pemantau jantung itu bergerak dengan baik. namun semakin lama, garis garis itu mula berubah lurus.

"tidak kak! kamu harus bertahan!' raya meraba pintu kaca itu. seolah ia bisa membelai mondynya.
raya sedikit bnyak tahu arti dari garis lurus di monitor itu. di tambah kepanikan di dalam sana yang semakin membuat raya merasakan firasat buruk akan diri mondy.

"kak mondy.... kak mondy ingin dara kan? iya. iya raya bakal turuti mau Kakak. raya akan melepas kak mondy. raya bakal bebasin kak mondy...." raya mengusap air matanya dan menggigit bibirnya lalu kembali berkata.

"raya akan bebasin kak mondy... asal kak mondy bertahan. raya akan melepas kak mondy. jadi pleaseee.

kak mondy bertahan. kak mondy mau melihat dara kan? raya akan lepasin kak mondy..." raya membekap mulutnya. berusaha agar isakanya tidak keluar dr mulutnya namun percuma. isakanya tangisnya malah semakin keras.

raya berbalik. ia menyandarkan tubuhnya pada pintu kaca itu. tak kuat lagi melihat mondy yang masih sekarat serta ia juga jg tak sanggup mengucapkan keputusannya lagi dan lagi.
tubuh raya merosot ke lantai.

raya menangis terisak.
kenapa, diasaat ia mulai mencintai mondy. disaat itu juga ia harus
melepaskannya...

raya memukul dadanya keras. rasanya sakit dan sesak. seolah ia tak bisa bernafas. tercekik rasa sakit yang timbul karena cinta yg tak bisa memiliki.

"raya akan pergi dari hidup kamu kak. raya akan pergi"
.
Bersambung....

Aku Cinta Kamu  (ramonstory)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang