21. Legal

1.6K 251 48
                                    

Guanlin tersenyum kecil melihat kotak berwarna biru yang ada ditangannya. Dengan langkah pelan, ia berjalan menuju tempat tidurnya, yang diisi oleh kekasihnya yang tengah tertidur pulas usai acara akhir tahun tadi. Ia mengecup singkat kening Woojin, sebelum ia beranjak menuju member-member lain yang tengah tertidur di kamar besar dorm Wanna One.

"Hyung, banguun." bisik Guanlin kepada ketiga orang disana. Padahal suara Guanlin tergolong kecil, namun mampu membangunkan Jihoon, Jaehwan, dan Minhyun.

"Apa sekarang waktunya?" bisik Jihoon balik, sembari menuruni tangga tempat tidurnya.

Guanlin hanya mengangguk singkat sebelum membantu Minhyun berdiri dari kasurnya, "Tidak apa-apa kan tapi, hyung? Maafkan ya, aku mengganggu tidur kalian."

Minhyun tersenyum lembut sebelum mengelus kepala Guanlin sayang.

"Tidak apa-apa."

Jaehwan memang sempat mendengus kala mendengar ucapan Guanlin sebelumnya, tapi toh main vocal Wanna One itu ikut mengelus lembut kepalanya. Tak lupa dengan kata-kata penyemangat sebelum ia beranjak keluar dari kamar dengan Minhyun.

Guanlin menghela napasnya berat. Ia menatap Jihoon yang masih belum keluar kamar, tapi tengah menatap Woojin yang masih nyaman tertidur.

"Aku kalau melihat interaksi kalian berdua rasanya ingin segera punya pacar saja."

Guanlin terkekeh ringan. Tangannya ia ulurkan untuk mengacak-acak rambut Jihoon yang dibalas makian dari Jihoon.

"Bilang Baejin kalau begitu hyung. Suruh dia menentukan siapa yang diinginkannya, kau atau Daehwi."

Guanlin kembali tertawa karena Jihoon yang memukulinya anarkis, tentunya dengan muka yang memerah bak tomat. Puas memukuli Guanlin, Jihoonpun ikut keluar dari kamar.

Menyadari kalau sekarang adalah saatnya, Guanlinpun berjalan menuju Woojin. Tangannya ia ulurkan untuk mengelus lembut pipi chubby Woojin. Ia sedikit tak paham, padahal hyungnya ini berotot, tapi tak membuat pipinya terlihat kurus. Malah pipi Woojin makin hari malah semakin mleber bak mochi.

Tak mendapatkan respon dari Woojin, Guanlin mengecupi habis wajah Woojin. Ia sedikit menggencarkan kecupannya saat ia menyadari Woojin yang mulai terganggu dalam tidurnya.

Sebuah tangan mendorong wajah Guanlin dari wajah Woojin, bersamaan dengan mata indah yang paling Guanlin sukai itu terbuka lebar.

"Hentikan." sungut Woojin sebal. Ia menguap lebar lalu mendudukkan dirinya agar bisa menatap Guanlin lebih mudah. "Apa maumu?"

Guanlin mendudukkan dirinya disamping Woojin, tak lupa sebelumnya mengambil kotak biru yang tadi ia letakkan dimeja. Dengan senyum lebar, ia menyerahkan kotak itu. Woojin sendiri nampak kaget. Ia menatap Guanlin, yang masih tersenyum, dengan muka heran.

"Apa itu?" tanyanya. Ia meraih kotak itu, sedikit mengguncangnya agar ia bisa menebak isi dari kotak itu.

"Buka saja."

Woojin memicingkan matanya curiga. Ini bukan ulang tahunnya, bukan pula hari jadi mereka, jadi apa maksud dari kado ini? Toh, Woojin tetap membuka kotak itu untuk menemukan sebatang coklat didalamnya. Ia meraih coklat, yang tak bisa dibilang kecil itu, penasaran. Dibalik-baliknya bungkusan coklat itu, berupaya mencari tanda-tanda keberadaan ucapan selamat. Namun nihil, tidak ada tulisan apa-apa.

"Ini coklat dalam rangka apa?" tanya Woojin bingung.

Guanlin terkekeh lembut melihat reaksi bingung Woojin. Ia mendekatkan tubuhnya pada tubuh Woojin, hingga hanya bersisa sedikit jarak diantara mereka. Bahkan Guanlinpun sekarang sudah bisa merasakan hembusan napas Woojin diwajahnya.

"Selamat menjadi dewasa, Woojin hyung."

Woojin terperangah lalu tawa pelan mulai mengalun dari bibir tebalnya. Tak lupa ia mencium pelan hidung Guanlin.

"Kupikir apa. Hm, terima kasih? Sesungguhnya ini benar-benar tidak penting, tapi kurasa tetap aku berterima kasih."

Guanlin ikut tertawa bersama Woojin setelahnya. "Tetap saja, selamat karena kau sudah legal. Maafkan aku yang belum legal ini, sehingga aku tidak bisa melakukan hal yang tidak-tidak denganmu"

Woojin semakin membesarkan tawanya, taklupa menbenturkan keningnya dengan keras ke kepala Guanlin, "Dasar menggelikan. Apa maksudnya hal yang tidak-tidak? Otakmu sepertinya sudah mulai kotor!"

"Hyung yang ngajarin kok! Lagian kan emang bener!" seru Guanlin. Ia menangkap pinggang Woojin, menjatuhkan kekasihnya itu agar ia bisa tiduran diatas kasur, sedangkan Guanlin berada diatasnya.

"Sabar kalau begitu. Kau akan dewasa beberapa tahun lagi. Setelah itu, kau bebas melakukan apapun."

Guanlim tersenyum sumringah mendengarnya. Dengan sadis, Guanlin mengecupi habis muka dan leher Woojin. Tak peduli sekalipun Woojin sudah tertawa seraya menjerit meminta Guanlin untuk berhenti.

Guanlin baru berhenti karena suara Woojin yang mulai ngos-ngosan. Ia menatap kekasihnya itu dengan tatapan sayang. Perlahan tapi pasti, ia merendahkan wajahnya dan menangkap belah bibir Woojin dalam sebuah kecupan yang sedikit lebih panas dari yang biasanya.

Woojin sendiri awalnya kaget merasakan Guanlin yang melumat pelan bibirnya. Karena selama ini keduanya kalau berciuman paling hanya sekedar menempel. Bahkan untuk saling mengecup bibirpun tidak terlalu sering dilakukan. Mereka masih anak-anak yang sadar umur kok. Tapi pada akhirnyapun Woojin ikut terlena didalamnya. Tangannya ia kalungkan pada leher Guanlin, membawa pemuda Taiwan itu semakin mendekat dengannya.

Keduanya terus berpagutan sampai alarm jantung keduanya yang tidak kuat karena minimnya pasokkan oksigen membuat keduanya menjauhkan wajah masing-masing.

Guanlin terkekeh melihat wajah merah Woojin, sekalipun ia menyadari kalau kondisi wajahnyapun pasti tak jauh beda dengan Woojin, merah dengan bibir yang membengkak.

"Aku curi start duluan, tidak apa-apa kan? Cuma sekali ini aja kok."

"Bilang saja kau memamg dari awal ingin melakukan ini, dasar mesum. Tukang ambil kesempatan!" seru Woojin. Ia mendorong Guanlin, yang tertawa keras, dari atas badannya.

"Toh hyung gak nolak. Hadiah untuk menjadi dewasa kan memang ciuman panas, hyung. Kan aku cuma mau ngasih hadiah~"

Woojin mendengus mendengarnya. Ia memeluk Guanlin erat lalu menggigit dada Guanlin sadis, "Alesan. Mesum. Udah ayo tidur."

Guanlin kembali tertawa dan mulai melingkarkan lengannya pada pinggang Woojin.

"Selamat tidur."

.
.
.
.END

HAIIII~

Setelah frustasi saya gabisa ngepublish, akhirnya bisa juga huhuhu (っ˘̩╭╮˘̩)っ

Makasi yaa udah mau comment, vote, dan bacaaa~ yey

200% [Guanjin] lgl x pwjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang