4. Nanya

2.4K 362 31
                                    

"Lin-ah, aku boleh bertanya sesuatu?"

Guanlin menghentikan aktivitas menduseli pucuk kepala Woojin sembari mendekap erat hyung bantetnya itu ketika didengarnya suara Woojin.

"Bertanya apa?" Tanya Guanlin. Ia menggeser badannya sedikit agar wajahnya bisa berjejer dengan kekasihnya itu.

Woojin berpikir sejenak. Haruskah ia menanyakan ini pada Guanlin? Sebenarnya ia malu pada dirinya sendiri karena mempertanyakan hal ini, tapi ia sendiri juga penasaran.

"Tanya apa, Hyung?" Ulang Guanlin yang membuat Woojin sedikit tersentak.

Woojin menggaruk lehernya yang tidak gatal sebelum akhirnya melontarkan pertanyaan yang akhir-akhir ini menganggunya.

"Kenapa kau bisa menyukaiku?"

Woojin menatap reaksi Guanlin dengan takut-takut. Pemuda Taiwan itu sebenarnya tidak memberikan reaksi apa-apa kecuali tatapan tajamnya. Woojin menghela napasnha sebelum kembali menjelaskan maksud pertanyaanya.

"Kau tau aku bukanlah seseorang yang cukup tampan, manispun tidak. Aku juga tidak memiliki kulit yang bagus seperti Jihoon dan aku tidak semenggemaskan Seonho. Aku juga orang yang sangat aneh. Bagaimana mungkin kau bisa menyukaiku? Bagian dari aku yang mana yang membuatmu menyukaiku?"

Guanlin mengerutkan alisnya. Perasaannya saat ini sangat campur aduk. Disatu sisi ia bingung, satu sisi ia khawatir. Tapi yang paling ketara adalah marah. Ia tau hatinya saat ini terbakar amarah karena pertanyaan tidak masuk akal dari Woojin, belum lagi perutnya yang bergejolak tak enak.

"Apa maksudmu hyung bertanya seperti itu? Kau pikir aku bercanda saat aku mengatakan kalau aku menyu--ah tidak mencintaimu maksudnya?"

Woojin mengalihkan pandangannya dari mata Guanlin. Ia sedikit takut melihat tatapan tajam nan dingin milik Guanlin.

Ugh harusnya tidak usah kutanyakan saja, batin Woojin menyesal.

"Hyung jawab! Jangan mendiamkanku dan lihat aku! Apa yang kau pikirkan sampai bisa memikirkan hal itu?" Bentak Guanlin kesal. Tangannya kini menarik dagu Woojin sedikit kasar agar menatapnya tepat dimata. Ia bisa melihat kalau hyungnya itu tengah gusar tapi juga ada perasaan sedih yang melingkupi wajahnya.

Guanlin menghela napas sebentar, berusaha menenagkan dirinya sebelum mengelus pipi Woojin lembut.

"Hyung, rasa sukaku tidak diukur oleh hal-hal remeh seperti yang kau sebutkan tadi. Kenapa memangnya kalau Jihoon punya kulit bagus tapi kau tidak? Kenapa memangnya kalau Seonho itu menggemaskan tapi kau tidak? Lalu memangnya kenapa kalau kau aneh?"

Guanlin menghentikan ucapannya sejenak karena raut muka Woojin yang sedikit mengkeruh. Guanlin memajukan sedikit badannya untuk mencium lembut hidung Woojin.

"Aku menyukai Woojin hyung yang tarian serta rapnya sangat menakjubkan, aku suka Woojin hyung yang memiliki kulit paling sexy, aku suka Woojin hyung yang terkadang manja dan suka bersikap aneh padaku tapi terkadang juga sangat dewasa dan kalem, aku suka Woojin hyung yang memiliki gingsul termanis didunia, aku menyukai semua yang ada pada Woojin Hyung. Tapi yang paling penting, aku benar-benar terjatuh padamu karena kau adalah Park Woojin. Jadi jangan pernah tanyakan pertanyaan seperti itu lagi hyung. Jangan buat dirimu sedih karena hal-hal seperti itu. Hyung tidak perlu ragu dengan perasaanku, oke?"

Woojin menaikkan kedua ujung bibirnya, lalu tersenyum sangat lebar sampai kedua matanya tertutup sembari mengangguk kecil. Guanlin terkekeh setelahnya, senang melihat kekasihnya itu tersenyum manis seperti itu.

"Terima kasih, ya? Maaf aku terlalu bodoh memang."

"Tidak apa-apa hyung. Ah, aku juga menyukai kau yang bodoh ini juga kok!" Seru Guanlin yang dibalas cubitan kencang pada lengannya oleh Woojin.
.
.
.
.
Bonus:

"Hyung, aku cukup mengenalmu dan aku tahu pertanyaan itu tidak mungkin muncul begitu saja. Siapa yang membuatmu mendadak memikirkan hal itu?" Tanya Guanlin penasaran. Saat ini mereka masih asik bergelung dikasur Guanlin dengan Woojin yang memeluk erat perut Guanlin dan Guanlin yang asik mengelusi poni Woojin.

"Hm, Jihoon? Ia menanyakan padaku kenapa bisa Guanlin menyukaiku bukannya Jihoon saja, lalu--eh kau mau kemana?"

Woojin sedikit bingung ketika Guanlin beranjak dari kasur mereka dan mencoba untuk keluar kamar.

"Menyelesaikan urusan. Kau tidur saja Hyung!"
.
.
.
.
Bonus (lagi):

"Yaaa! Lai Guanlin kubilang lepaskan aku!" Jerit Jihoon kesal. Ia sedang menonton TV dengan tenang tadi sebelum Guanlin keluar kamar dan langsung memiting badannya.

"Tidak mau. Bisa-bisanya kau membuat Woojin hyung khawatir karena fisik dan perilakunya." Seru Guanlin dingin.

"Ih, kan sudah kukatakan kalau saat itu aku bercanda!! Woojin saja yang tumben-tumbennya memasukkan ucapanku pada hatinya, kan biasanya tidak! Lepaskan aku, aduhh!!!!"
.
.
.
END

Makasi yang udah baca dan vomment hehe

200% [Guanjin] lgl x pwjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang