4 - Salahku

77 19 3
                                    

Hari  ini aku kembali bertemu dengannya, Park Yura. Orang yang membuatku bisa menghargai sebuah kehidupan.

kini aku memiliki semangat kembali setelah sekian lama hanya bisa mengurung diri dengan pikiran-pikiran aneh tentang kejamnya dunia, dan itu karena dia, Ia jugalah yang memberiku keyakinan untuk memulai hubungan pertemanan.

Walau aku tahu dizaman sekarang memang tidak mudah untuk akrab dengan seseorang.

Dulu, orang bisa bersosialisasi dengan mudah, kau tinggal keluar rumah bertemu orang lain lalu mengobrol, selesai. Sekarang? Mereka jauh dari kata makhluk sosial, gadget ditangan tak pernah lepas.

Hidup di abad-21  memang memiliki tantangan tersendiri. Namun, aku tak akan mudah dibawa arus zaman, aku akan tetap mengutamakan kebersamaan.

"Apa yang kau lamunkan Yoon?" Suara Yura menyadarkanku.

"Ah tidak," Ucapku. "Makanlah, makananmu nanti dingin." Ucapku tanpa memperhatikannya, aku masih memperhatikan rombongan orang yang datang dan sibuk pada dunianya masing-masing.

"Makananku sudah habis." Bantah Yura.

Aku sedikit bengong, dan melihat kearahnya, makanan didepannya memang sudah habis. Oh see? Apakah aku termasuk jajaran orang yang tidak memperhatikan sekitar?

"Kenapa kau hanya memainkan makananmu Yoon?"

"Setidaknya aku tak mempermainkanmu." Ucapku asal.

Yura diam, ia hanya terlihat berpura-pura memandang sekitar.

"Apa yang kau lihat?" Tanyaku. " sebaiknya lihatlah keindahan didepanmu ini."

"Kau terlalu percaya diri."

"Yah, setidaknya kau tak bilang aku gila."

"Yoon, tidak bisakah kau berhenti bilang bahwa kau gila?" Keluhnya.

Aku diam merenung, sesering itukah aku mengatakan diriku gila? Sampai ia muak mendengarnya.

"Yah, aku baik, aku sangat baik haha." Ucapku yang diakhiri dengan kekehan bahagia, aku melihat sudut bibirnya mengembang ketika mendengar ucapanku yang terkesan semangat.

Kuhabiskan minuman dihadapanku lalu beranjak mengajaknya pulang.

Kami berjalan menuju halte bus, aku sedikit banyak memperhatikan wajahnya, ia terlihat manis dengan rambut tergerai yang bergerak dihempas angin. makhluk mana yang tidak akan terpikat pada gadis baik hati dan cantik ini? batinku.

"Apakah kau menyukai pekerjaan dan teman barumu?"

"Kakek Kim sangat baik kepadaku, aku heran kenapa diusianya yang sudah lanjut ia masih mengurus toko, bukakah seharusnya anaknya atau cucunya yang menggantikan?" Aku menunjukkan ekspresi tak paham.

Kakek Kim adalah pemilik toko sekaligus pimpinan ditempat ku bekerja. Ia tinggi, lebih tinggi dariku tentunya. Dan rambutnya telah berubah warna menjadi putih semuanya.

Yura tersenyum. "Karena anak dan cucunya entah kemana, mereka jarang mengunjungi kakek Kim, bahkan aku saja yang sudah 2 tahun membuka toko bunga didekat toko kakek Kim, baru sekali melihat anaknya, dan saat itu mereka seperti tengah bertengkar."

Aku tak pernah menyangka, orang sebaik kakek Kim ternyata memiliki masalah yang entah ujungnya seperti apa, batinku.

"Bagaimana teman barumu Yoon? Apa kau menyukai mereka."

"Untuk sekarang, aku belum bisa percaya sepenuhnya pada mereka, tapi aku menyukai cara mereka memperlakukanku. Awalnya aku sangat gugup, tapi sepupumu berhasil meyakinkanku, mereka welcome padaku kecuali," ucapku terputus, entah jika aku mengatakan ini padanya, akan berakhir baik atau buruk.

"Apa?" Tanyanya penasaran.

"Apa kau kenal dengan Jung?"

"Jung Hoseok? tentu aku mengenalnya."

"Aku tak tahu kenapa, ia seperti tak suka padaku, aku seperti tak dianggap, ia tak pernah berhenti berbicara jika aku melakukan sedikit gerakan yang salah."

"Mungkin ia hanya ingin membantumu memperbaiki kualitas, bersabarlah."

"Yah mungkin, tapi aku rasa kesalahanku tak begitu fatal, tapi ialah yang selalu berlebihan, sejak awal ia memang tak menyukaiku."

Ekspesinya berubah. "Jangan menyalahkan orang lain hanya karena kau terlalu lemah untuk menyalahkan diri sendiri."

"Mungkin kau benar, tapi ia selalu memperbesar masalah sepele."

Yura menghembuskan napasnya kasar. "Ayolah, kau hanya belum terbiasa, aku yakin semakin lama ia akan menerimamu."

"Aku harap begitu."

Yura menepuk pundakku, ia terus meyakinkanku. "Aku percaya padamu, dan kau harus percaya pada dirimu sendiri. Kau bisa melewati ini semua."

Selalu saja, ia membuat hatiku merasa tenang, belum pernah kudapat perhatian seperti ini.

The Last (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang