3 - Be Better

94 21 1
                                    

Yura datang ke kontrakanku, rumah kecil yang telah menjadi tempat persembunyianku hampir 2 minggu ini. Untungnya aku masih memiliki tabungan, sehingga bisa memenuhi kebutuhan.

Ia membawa beberapa makanan ringan. Dan setelah kupersilahkan masuk, ia meletakkan tas plastik itu di meja, ia mengeluarkan beberapa snack dan membukanya.

"Kemari Yoon, kita makan sama-sama," ajaknya.

"Aku buatkan kau minum dulu, mau minum apa?"

Ia terlihat berfikir. "Air putih saja."

"Kau yakin tak ingin yang lain?"

Ia mengangguk sebagai jawaban. Lalu aku berjalan menuju lemari es, mengeluarkan sebuah botol dan membawanya bersama 2 gelas berukuran sedang.

Kutuangkan air kedalam gelas lalu kuberikan kepadanya.

"Gomawoyo," ucapnya sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

Hening, kami sama-sama diam. Aku menunduk, bingung mau memulai dari mana.

"Yura," panggilku lirih.

Ia menengok. "Ada apa? Kenapa kau terlihat seolah tengah ada masalah. "

"Sebenarnya, kalau boleh jujur, akhir-akhir ini ada yang aneh dengan diriku."

"Ada apa?"

Aku ragu untuk mengatakannya, aku takut dia akan merasa jijik kepadaku.  "Akhir-akhir ini aku merasa kesepian, rasanya aku ingin berinteraksi dengan orang lain seperti layaknya orang normal."

"Lalu?"

"Aku merasa bahwa aku sangat tertutup, aku ingin sedikit membuka diri. Tapi aku takut jika harus berhadapan dengan orang baru."

"Apa yang sebenarnya kau butuhkan Yoon?" Yura menanyakan penuh kasih sayang, walau hanya menurut pandanganku.

"Teman, atau mungkin aku ingin bergabung dalam sebuah komunitas. Tapi, aku rasa akan sulit bagiku untuk berhadapan dengan mereka."

"Apa kau bisa menyanyi Yoon?"

Menyanyi? Terkadang aku bingung kenapa ia harus mempermainkan kata seperti ini.

"Maksudmu?"

"Kau jawab saja."

"Mungkin, aku bisa melakukan rap dan sedikit bermain piano."

"Bagus! Mulai besok kau akan mendapatkan teman."

Sebenarnya apa yang sedang ia rencanakan. "Aku tak mengerti."

"Biar kuperjelas, aku memiliki sepupu, namanya Namjoon, ia sedang mencari member untuk grupnya, kurasa kau salah satu orang yang dibutuhkan."

"B-band? Apa kau gila? Aku tak mung-"

"Bukankah yang kau inginkan hanya seorang teman? You will get it! Lalu kenapa disaat kau akan mendapatkannya kau justru pesimis seperti ini."

Aku memang butuh teman, tapi apakah akan semudah itu untukku bersosialisasi, sedangkan aku tak pernah bergaul dengan siapapun.

"I will never be good enough for anyone."

"Karena itu? Ayolah," bujuknya. "Kau hanya perlu percaya pada dirimu sendiri, kau itu baik, kau punya kemampuan, mau kau kemanakan semua bakat itu? Apa kau hanya akan memendamnya?"

Aku diam, dan merasa terbunuh oleh kata-kata itu, apa yang ia katakan memang benar, aku harusnya optimis, aku harus mengalahkan monster yang ada dalam diriku.

Sisi lemahku, aku tak akan pernah membiarkanmu mengambil semua kehidupanku.

"Namjoon akan menjadi partner yang baik untukmu dan tentunya member yang lain, aku akan bicara dengannya setelah ini. Apa kau mau?"

"Akan kupikirkan lagi, aku belum begitu yakin."

"Ayolah, kuharap besuk kau sudah punya jawaban pasti, aku akan mengenalkanmu padanya besuk."

Aku merasa gugup dan berkeringat. "Apa kau gila? Besuk, kenapa harus secepat itu?"

Ia mengulas senyum diwajahnya, tangannya menggenggam tanganku, "Hal baik harus selalu disegerakan bukan?"

Damn! Dia membuatku semakin gugup.

Aku mencoba menenangkan diriku dengan memejamkan mata, disana, aku dapat melihat diriku menjadi orang yang bahagia, diriku yang mampu bergaul, diriku yang mudah menebar senyum. Dan tanpa sadar aku tersenyum membayangkannya, kubuka mataku perlahan, aku merasakan aura positif dalam diriku, aku akan mengubah nasip.

"Yura," Ujarku. "Apa kau punya lowongan pekerjaan?"

"Kenapa? Apa kau ingin bekerja?"

"Tabunganku semakin menipis, aku perlu melanjutkan kehidupan."

Ia sedikit berfikir, mungkin sedang mencoba memikirkan pekerjaan yang cocok untukku.

"Mungkin ada, tapi aku tak yakin."

"Kenapa?"

"Apa kau mau menjadi seorang kuli?"

"Maksudmu kuli?"

"Kau akan bekerja mengangkat barang dari mobil, selain itu kau juga harus membantu bersih-bersih dan itupun jika kau mau."

Aku tidak tahu apakah itu pekerjaan yang cocok atau tidak untukku, tapi mungkin setidaknya aku akan mencoba.

"Aku tak mungkin menolak, dimana tempat itu?"

Ia mengambil sesuatu didalam tasnya dan memberikan benda itu kepadaku. Alamat sebuah toko.

"Kau bisa menghubungiku nanti, aku akan mencoba bertanya kepada pemilik toko yang akan mempekerjakanmu soal kapan kau bisa mulai bekerja."

"Baiklah."

Yura bangkit dari duduknya. Ia melihat sekeliling dan berjalan menuju piano yang kuletakkan didekat jendela.

"Apa kau mau memainkannya untukku?"

Aku menunjuk diriku. "Aku?"

"Tidak ada orang lain disini selain kau dan aku."

Aku bangkit dan menuju kearahnya, melemaskan jari-jari lalu mulai memainkan tuts demi tuts.

Ia terlihat senang dengan permainanku. "Kau sangat berbakat Yoon," ucapnya.

Aku suka dengan caranya memperlakukanku, aku merasa aman dan nyaman didekatnya.

The Last (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang