21 - I'll cry

34 7 3
                                    

Malam itu, selesai latihan dengan Bangtan, aku kembali menyempatkan diri menemui Yura.

Kulajukan mobil pelan, waktu bisa dibilang masih belum larut, karena latihan hari ini hanya menghafal koreo kemarin. Dan, itu cukup melelahkan.

Samar-samar aku melihat mobil dari depan toko Yura, 3 mobil. Aku fikir itu pelanggan, tapi nyantanya bukan, kaca toko bunga itu pecah, bunga-bunga telah rusak, dan banyak yang terbuang, kondisi toko itu sangant mengenaskan.

Lamat-lamat kupandamg kedalam toko, seorang wanita tengah duduk disana, ia menangis... Astaga Yurin.

Yurin mendongak ketika aku sampai disana, matanya sembab dan memerah, ia terlihat sangat ketakutan.

"Apa yang terjadi?" Tanyaku.

Tangisnya semakin menjadi, untuk mengatakan apa yang terjadi saja ia tak mampu.

Aku memeluknya, berusaha memberi rasa aman.

"Apa Yura tahu?"

Ia mengangguk kecil.

Aku mengusap pelan kepalanya. "Tenanglah, aku ada disini, kau aman sekarang."

"A-aku takut." Ucap Yurin.

Seseorang datang, membuat aku menoleh, Yura disana membawa kotak p3k.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Yura pada Yurin.

Yurin lagi-lagi hanya mengangguk.

Yura mengeluarkan kapas dan cairan revanol, dioleskannya cairan itu pada lutut Yurin yang terluka. Satu hal lagi yang membuatku terkejut, aku tak sadar jika lututnya berdarah.

"Ji Ho yang melakukan ini." Ucap Yura memberi tahu.

"Siapa?"

"Calon suamiku, dan sekarang bukan lagi."

"Dia tahu?"

"Akan kujelaskan nanti." Yura membantu Yurin bangkit. "Tolong antarkan kami pulang."

Dengan segera aku mempersilahkan mereka, sesampai dirumah Yura, Nyonya Park terkaget melihat kondisi Yurin, beliau segera membawa Yurin masuk.

Aku mengajak Yura ke café terdekat, kami mengambil kursi paling pojok, tempat ini sudah sepi, dan hanya satu dua orang saja yang keluar-masuk.

Aku menatap Yura, ia terlihat akan menangis, sebuah kedipan kecil saja akan menumpahkan air yang menggenang disana.

"Jangan menangis." Aku mengusap wajahnya yang telah dihias sungai kecil.

Seorang pelayan datang membawa pesanan, aku tersenyum dan ia pergi.

Aku meraih tangannya. "Katakan padaku apa yang terjadi."

Ia menatapku dan tersenyum. "Acara pernikahan itu batal, Ji Ho sudah tahu jika aku hamil."

Aku tersedak.

"Akibatnya ia murka, ia tak terima karena merasa ditipu oleh keluargaku. Dan semuanya hancur sekarang, ibuku harus membayar uang yang pernah Ia berikan, dan sebaliknya juga ia telah menghancurkan toko yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan."

"Jika masalah toko itu, kau tak perlu khawatir, aku akan meminta orang untuk memperbaikinya, kau bisa bekerja lagi. Dan hutang ibumu, aku pasti akan membantu, kau tak perlu sungkan untuk meminta bantuanku."

"Kau baik sekali Yoon." Yura lagi-lagi menitikan air mata, kali ini bukan tanda kesedihan tapi, rasa haru.

"Ibuku telah menjual beberapa perhiasan miliknya, milikku dan Yurin juga, tapi itu tak cukup, mereka jadi sering menggunakan alasan berhutang sebagai ancaman untuk memenjarakan ibuku."

Cih, mereka benar-benar brutal, bagaimana bisa mereka meminta kembali apa yang telah diberikan, ini sangat tidak dapat diterima akal sehat.

"Aku merasa kasian dengan ibuku, ia terlihat sangat tertekan," Ucapnya, matanya mengeluarkan air, ia terlihat sangat menyedihkan.

Aku kembali mengusap wajahnya. "Aku tak suka melihat kau menangis, jadi jangan menangis. Biarkan aku saja yang menangis tanpa kau ketahui, tetapi pastikan dengan tawamu semuanya akan menjadi baik, mengerti? Aku akan membantumu bagaimanapun caranya, akan kupastikan kau baik-baik saja."

Ia mengangguk lalu tersenyum lebar.

Aku mengeluarkan cincin yang kubeli sebelum menemui Yura, aku harap ia tak menolak.

"Yura," panggilku.

"Ya?"

"Tolong terima cincin ini, biarkan aku memasanganya dijari manismu, sebagai tanda bahwa kau adalah milikku."

Ia menatapku penuh kebahagiaan. Lalu mengangguk kecil sebagai jawaban.

Sebuah cincin terpasang dijarinya, mungkin sedikit kebesaran, tapi terlihat cocok untuknya.

The Last (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang