20 - I'm not you

30 10 3
                                    

"Jangan menyentuhku!" Pinta Nyonya Park.

Aku mengendurkan cengkramanku dan mulai menatapnya serius. "Biarkan aku bicara." Pintaku.

Ia mendengkus, "Katakan dengan segera, setelah itu kau harus pergi!"

Aku diam, mencari saat yang tepat untuk bicara, Nyonya Park terlihat semakin geram karena aku menunda bicara.

Kuhembuskan nafas panjang, kuharap dengan mengatakannya, semua akan baik-baik saja.

"Aku menghamili Yura." Ucapku tegas, hampir tidak ada kata yang teredam.

Nyonya Park melotot, matanya memerah siap untuk mencuat. "Apa maksudmu? Jangan kau fikir dengan berbohong seperti ini aku akan membatalkan pernikahannya."

Aku menyeringai. "Sepenting itukah untuk-ku? Bahkan jika Yura menikah, aku bahkan tak peduli."

"Lalu apa sebenarnya maumu? Jangan pernah kau coba untuk membuat aku emosi, Yura anak yang baik, aku ini ibunya, aku yang mendidik dia."

"Apa kau fikir dia sebaik ekspetasimu? Dirumah mungkin, tapi diluar? Pikirkan saja apa yang akan terjadi jika keluarga calon mempelai pria tahu Yura tengah hamil."

Nyonya Park tertegun ketika dengan lancang aku menunjuknya. Aku melangkah menjauh dari rumah Yura, bisa kurasakan Nyonya Park masih berdiri diambang pintu.

Ibu mana yang akan menyangka anaknya hamil diluar nikah? Tidak ada.

...

Waktu terus berjalan, kupandang langit diluar sana, gelap, hanya beberapa bintang saja yang masih nampak.

Jam menunjuk ke-angka 1, hari telah berganti.

Kupandang bayanganku pada cermin, sungguh menyedihkan. Aku rasa aku tak pernah selelah ini, wajahku kusam, untuk dipandang saja tak mengenakkan.

Bayanganku menyeringai, ia tertawa penuh penderitaan, awalnya kurasa itu tawa yang biasa, namun setelahnya, aku tahu, itu adalah tawa seorang iblis.  Tawa orang yang merasa memiliki segudang masalah namun, tak satupun ia paham dimana letak masalah tersebut.

Menyedihkan.


Lamat-lamat kupandang bayangku, aku menujuknya penuh kebencian.

"Aku memang dirimu namun, bukan bagian terlemahmu!"

Dan entah sejak kapan setelah aku mengucapkan itu, kaca didepanku pecah. Tanganku berdarah.

Bercak merah tertinggal disana, itulah tanda dimana aku merasa tak berguna. Merasa kembali pada waktu suram sebelum mengenal Yura.

"Aku benci hidup seperti ini!"

"Tak bisakah Kau mengubah takdir yang telah digariskan?! Kenapa aku?! Kenapa harus aku?!"

"Haaaah!"

Aku memandang lantai, semuanya tampak kabur, dan setelahnya gelap.

The Last (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang