10 - She is me

42 11 0
                                    

Sejak kemarin tepatnya saat aku melihat ia dijemput oleh orang aneh, ia sulit dihubungi, ponselnya tidak aktif, dan bahkan  aku tak melihatnya berangkat bekerja.

Toko bunga itu dibiarkan tanpa penjual, bahkan bunga-bunga itu dibiarkannya layu. Aku berbalik dan berniat pulang, tapi sebelum pulang aku berpapasan dengan Yurin  -Adik Yura- ia tersenyum ramah padaku.

"Dimana Yura?" Tanyaku. "Apa dia baik-baik saja?"

Yurin diam sejenak. "Dia sedikit demam, tapi tak apa mungkin besuk akan segera sembuh."

"Lalu siapa lelaki yang bersamanya kemarin?"

"Aku tak tahu."

"Laki-laki yang menarik Yura paksa, aku tahu kau mengenalnya, Yura selalu bercerita apapun denganmu kan?!" Sentakku, sungguh aku tak bermaksud berucap kasar padanya.

"Ah, aku kira dia emm dia." Yurin terus bergumam tidak jelas.

"Siapa Rin, katakan dengan jelas!"

"Yurin!" Seseorang memanggil namanya dari belakangku.

Yurin melambaikan tangan "Eh Hay Kak."

Yura, ia meraih tangan Yurin dan membawanya agak jauh dariku, mereka tengah berbisik.

"Apa yang kalian bicarakan?"

Mereka masih berbisik.

"Aku bisa dengar." Dustaku yang akhirnya bisa membuat mereka berbalik.

"Tak ada yang kukatakan, kenapa kau disini?" Tanya Yura ketus, aku tak menyangka ia bisa sedingin itu padaku.

"Aku dengar kau demam."

"Siapa bilang? Aku tidak suka Yoon jika kau bicara buruk tentangku, itu sama saja kau mengharapkan itu benar-benar terjadi padaku."

Aku diam tak percaya.

"Pergilah jika tak ada yang ingin kau bicarakan." Yura berpaling, ia mengeluarkan kunci untuk membuka toko.

"Aku ingin kita bicara berdua."

Yura menghembuskan nafasnya, terlihat sangat keberatan, namun akhirnya ia setuju, aku membawanya ketempat yang lebih sepi.

"Apa yang mau kau bicarakan?"

Aku menggaruk tengkukku, "Lelaki itu-"

"Dia calon suamiku." Potong Yura.

Aku membelalakan mata tak percaya, kuraih tangannya."Apa kau serius? Katakan padaku kau hanya bercanda Ra." Yura melepas paksa tangannya yang kugenggam.

"Aku tak sedang bercanda."

"Aku tak percaya, kau tak mungkin mencintai orang selain aku. Aku tahu kau menyukaiku dan sekarang? Apa semudah itu berpaling pada orang lain?"

"Apa aku bilang aku mencintai pria itu?! Dia calon suamiku, dan bukan berarti aku mencintainya, kau mengerti?!"

"Tapi, kau tak mungkin menikah dengan orang yang -" Ucapku terputus.

"Hanya itu yang bisa kulakukan Yoon."

Ia menitikan airmata, ku-usap sungai kecil diwajahnya. "Aku tak akan membiarkanmu menikah dengan pria itu, aku mencintaimu Ra." Ucapku jujur, aku tak ingin kehilangan wanita sepertinya.

"Kau pemberi harapan yang sangat jenius, akan sampai kapan mau bermain tarik ulur? Asal kau tahu, perasaanku bukan sekedar permainan Yoon!"

"Aku? Aku tak pernah memberimu harapan, aku memang mencintaimu dan kelak kau akan menjadi miliku, itu bukan harapan, itu adalah kenyataan yang akan terwujud."  Aku mendekapnya, ia sekarang menangis dipelukanku.

Yura memukul kecil punggungku. "Kau jahat Yoon, Kau jahat!"

Aku menangkup wajahnya, "Ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, jika kau sudah tenang."

"Aku tak akan pernah tenang! Yah tak akan pernah."

"Kenapa?"

"Karena aku membencimu! Dari dulu aku sangat membencimu!"

Aku seakan tengah mati sesaat, jika ia membenciku, lalu apa arti kebersamaan selama ini?

"Kenapa? Kenapa kau membenciku?"

"Karena kau membenciku!"

"Maksudmu?"

"7 tahun lalu, gadis itu, ia adalah aku."

"Apa yang kau katakan?" Yura berbalik, ia berjalan menjauhiku.

"Jangan pernah menemuiku." Ucapnya.

The Last (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang