23 - He Says

41 9 1
                                    

Aku berada dipesawat sekarang, duduk sembari memperhatikan pepohonan, bumi terlihat lebih indah jika dilihat dari ketinggian.

Jeon duduk disampingku, menatap makanan disana.

"Yoongi Hyung." Panggilnya.

"Hm."

"Kenapa rasa makanan ini aneh sekali?"

"Ada beberapa hal yang menyebabkan makanan terasa aneh, kelembaban berkurang, tekanan udara rendah, dan latar belakang suara bising tapi, itu hanya berlaku dengan rasa manis dan asin saja." Jawabku dingin.

"Ooo... tapi aku tidak pernah merasakan ada yang aneh dengan makanan seperti ini sebelumnya."

Aku berdecak, bagaimana bisa ia mengambil kesimpulan jika setiap di pesawat selalu tertidur.

"Kau makan atau tidur?"

Jeon tertawa hambar, ia menggaruk tengkuknya.

Aku mengalihkan pandangan, mulai memandang pemanadangan dibawah sana. Lautan, menakjubkan.

...

Sekitar 1 jam kami melakukan penerbangan, dan sampai di Amerika sekitar pukul tujuh pagi. Kota New York berbeda waktu 14 jam dengan Seoul, lebih dulu Seoul.

Sesampai di bandara, petugas mengamankan kami dari beberapa penggemar yang sudah ada disana, mereka mempersilahkan kami masuk kedalam mobil mewah. Aku mengambil bagian belakang pojok, dimana dengan bebas bisa tidur.

Mobil melaju pelan, dan tak terasa kami telah sampai di hotel. Satu kamar dihuni dua orang, dan mau tidak mau aku harus satu kamar dengan Jung, semua telah diatur sebelum perjalanan panjang ini.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Jung saat aku menutup badanku dengan selimut.

"Aku mengantuk." Jawabku memunggunginya.

"Tidak, tidak. lebih baik kau mandi, sebentar lagi kita akan berkumpul." Ia menarik paksa selimutku.

"Sebentar saja." Pintaku.

"Aku akan mandi dulu, setelahnya baru kau, ingat! Kita hanya punya waktu satu jam sebelum makan bersama dimulai."

Cerewet,  aku tak pernah menemui orang yang banyak bicara seperti ini. "Iya, iya." Jawabku malas, ditambah gerakan tangan orang mengusir.

Aku dapat mendengar rintikan air, dan suara orang bernyanyi, dasar Jung, tak pernah bisa diam, aku bisa memastikan ia tengah menari didalam sana.

...

Aku telah siap, Jung disana masih sibuk memandang wajahnya didepan cermin sambil melakukan aegyo yang sangat buruk.

"Hentikan tingkahmu itu Jung."

Jung menatapku, matanya terlihat besar, ah ia memelototi-ku.

"Sudah berapa kali kubilang, jangan memanggilku Jung!"

"Bukankah itu namamu?"

"Panggil aku Jhope."

"Jung Hope."

"Terserah kau saja!"  Jung mendengkus, hidungnya terlihat mengembang. Sangat tidak keren.

Bayangan Yura seketika terlintas di dibenakku, wajahnya terlihat tengah tersenyum, lalu setelahnya menghilangkan. Ia disana tengah mengharapkan aku datang bersama kemenangan, sebuah rasa yang tak boleh aku hancurkan.

"Jung," Panggilku.

"Apa?!"

"Bolehkah aku bertanya?" Tanyaku kikuk.

"Ya, tapi jangan kau bahas soal dimana aku marah padamu sebelum kompetisi ini, aku hanya tak ingin Bangtan memiliki masalah."

"Tidak, ini sesungguhnya tentangku."

"Apa yang mau kau tanyakan?"

Aku berfikir, setelah ini mungkin aku tak bisa bersama Bangtan lagi, dan kesempatan seperti saat ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin.

"Apa aku sering merugikan Bangtan?"

Jung menatap menyelidik. "Maksudmu?"

"Jawab saja." Pintaku.

"Sedikit, hanya kesalah kecil.... oh ya dalam dance kau masih jauh dariku, tapi yah setiap hari selalu ada peningkatan, dan kuharap setelah ini kau harus bekerja extra, aku bisa mengajarimu, Namjoon dan Jin Hyung."

Setelah mendengar penuturnya, aku bangkit dan berjalan meninggalkannya.

Aku bisa mendengar ia memaki, dan berjalan mengejarku.

Setelah ini aku memang akan bekerja ekstra, tapi aku tak tahu bagaimana akan bekerja tanpa bantuan mereka.

The Last (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang