25 - End

89 11 6
                                    

Seorang wanita tengah sibuk disana, membereskan piring bekas sarapan. Setelah selesai ia menghampiriku yang tengah meneguk secangkir kopi.


"Dimana Jisu?" Tanya Yura yang telah duduk disampingku.

"Lihatlah anakmu itu, ia tengah bermain dengan Jeon." Aku menunjuk kearah Jisu dan Jeon yang tengah sibuk bermain dengan crayon. Anakku itu besuk ber-umur 4 tahun, dan tidak terasa selama itu aku telah menjadi seorang ayah.

Setelah kemenangan dengan Bangtan beberapa tahun lalu, aku resmi keluar dari BTS sesuai perjanjianku dengan Bang Sih Hyuk, banyak yang tidak setuju dengan keputusanku, tapi mau bagaimana lagi, aku telah membuat keputusan dan akan susah untuk diubah.

Hubunganku dengan member Bangtan masih terjalin, bahkan mereka sering mengunjungi rumahku, seperti yang dilakukan Jeon sekarang. Ia senang sekali bermain dengan Jisu, anak pintar dan cantik itu milikku.

"Apa yang mau kau berikan untuk hadiah ulang tahunnya?" Tanya Yura membuyarkan lamunanku.

"Entah, aku belum memikirkannya."

"Kau ini," Yura memukul pundakku. "Bagaimana kau menyepelekan hal sepenting ini."

"Kenapa kau tak menanyakan saja padanya?"

"Jika ku tanyakan, tidak akan menjadi kejutan."

"Dia itu masih kecil, belikan saja boneka." Saranku.

Aku memandang Jisu dan Jeon disana, mereka tengah tertawa, entah apa yang dibicarakan. Jisu jauh lebih akrab dengan Jeon ketimbang denganku, padahal aku ini ayahnya.

"Jisu..." Panggilku, Jisu hanya menoleh kemudian memandang Jeon.

"Jisu ayahmu memanggil." Ucap Jeon dengan lembut, ia bahkan mengusap puncuk kepala Jisu.

"Jisu sibuk ayah!"

Mataku membelalak, ia bahkan berani berkata seperti itu padaku, benar-benar tidak sopan.

"Jisu, ibu mau bicara." Ucap Yura, dan Jisu mendadak menghampirinya dengan menggandeng tangan Jeon, untuk menemaninya.

"Berapa umurmu sekarang nak?" Tanya Yura.

Jisu mencoba menghitung dengan jari kecilnya. Jisu menggeleng, "Tak tahu."

"Biar ibu beritahu, sini." Jisu menghampiri Yura, dan duduk dipangkuannya, ia mengabaikanku. Ayah yang tak dianggap, hm.

"Besuk ulang tahunmu yang ke-4 kan?"

Jisu mengangguk, padahal sebenarnya ia tak tahu.

"Apa yang kau inginkan?" Tanyaku menyambar, Jisu memandangku dan seolah tengah berfikir.

"Jisu ingin hm... Jisu ingin..." ucapnya membuatku penasaran.

"Iya, apa yang kau inginkan?" Tanyaku tak sabar.

"Jisu ingin Jungkook Oppa memasangkan cincin dijari Jisu!" Jisu sudah turun dari pangkuan Yura dan beralih memeluk Jeon.

Aku dan Yura saling tatap tak paham.

Jungkook mengusap rambut Jisu. "Jisu ingin cincin seperti apa? Nanti Oppa belikan."

"Jisu cuma ingin cincin dari Jungkook Oppa, terserah yang penting Jisu selalu ingin dengan Jungkook Oppa."

"Jisu kan memang selalu dengan Oppa, Oppa akan sering main-main kesini."

"Gak mau." Jisu menggeleng. "Jisu maunya Jungkook Oppa satu rumah dengan Jisu." Jisu merengek, ia menarik-narik lengan Jeon.

"Kenapa Jisu ingin dengan Oppa?" Tanya Jeon menggoda.

"Oppa tampan, tidak seperti ayah."

Aku mendadak tersedak.

"Ayah bilang sebelum bersama ibu, ayah memasangkan cincin untuk ibu, jadi Jisu ingin Oppa memasang cincin dijari Jisu, supaya Jisu bisa bersama Oppa setiap saat."

"Yoon..." Ucap Yura, ia menatapku penuh selidik.

END

Inilah akhir, sebelumnya aku berfikir akan mengakhiri hidupku dengan bunuh diri dengan melompat dari jembatan, tapi Yura datang menguatkanku. Dan bahkan ia memberiku malaikat kecil, yang cantik, matanya persis dengan Yura, dan wajahnya mirip denganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang