7 - I'm hungry

69 15 0
                                    

"Apa pernafasanmu tidak terganggu Yoon?" Tanya Yura yang tengah berjalan disampingku.

Aku membenarkan maskerku dan semakin menurunkan topi yang kugunakan.

"Tidak," ucapku. "Yah mungkin sedikit."

Yura diam dan memutar bola matanya.

"Hanya ini yang bisa kulakukan untuk menemuimu, aku tahu aku bukan idola yang terkenal dan fansku tidak banyak, hanya saja aku tak mau jika ada ARMY (sebutan bagi fans BTS) yang mengenaliku dan aku takut mereka justru menyerangku."

Grup bandku bernama Bangtan Seonyondan atau disebut juga BTS.

Ia mendekatkan wajahnya padaku. "Jadi? Aku ini sumber masalahmu?"

"Tidak, tidak, bukan itu."

"Lalu? Bukakah tadi kau bilang jika ingin menemuiku kau harus berpakaian seperti ini." Yura menunjuk gaya pakaian yang kupakai. "Kau harus memakai topi, masker dan jaket di saat terik seperti ini?"

Aku tertawa. "Atau aku harus berpakaian normal dan tidak menemuimu?"

Wajahnya berubah kesal, ia memalingkan pandangannya dari hadapanku.

"Aku tahu, sejujurnya kau tak pernah ingin jauh dariku bukan?" Dugaku.

Yura tersipu, wajahnya terlihat memerah.

"Ada apa diwajahmu?"

"Hah?" Ia memegang pipinya yang masih memerah. "Ada apa Yoon? apa ada kotoran yang menempel diwajahku?" Ia menggoyang bahuku. "Katakan Yoon! ada apa?"

Jujur, aku tak bisa untuk tidak tertawa melihat ekspresinya yang kekanak-kanakan ini.

"Ada sesuatu yang berhasil membuatku tak mempedulikan sekitar." Ucapku dengan diakhiri senyum jahil.

Ia membelakakan matanya. "Maksudmu?"

Aku menikmati sinar matahari yang mengenai sebagian wajahku, aku dapat merasakan bahwa hidupku benar-benar damai.

"Aku menyukai gadis sepertimu." ucapku, aku memang tak bisa membohongi perasaanku, aku memang memiliki rasa terhadapnya, bahkan sejak pertama kali ia menggengam tangaku waktu di rumah sakit, aku merasa nyaman disisinya.

Yura terdiam, ekspresinya tak bisa kubaca, raut wajahnya seperti perpaduan antara senang dengan gelisah.

"Tempat ini sepi sekali bukan?" Tanyaku, ia tidak bergeming hingga aku menyenggolnya dan mengulangi pertanyaan tersebut.

"Yah," Ucapnya akhirnya. "Karena kau mengajakku ke taman lansia bukan taman kanak-kanak."

Lansia? apa aku benar-benar membawanya ketaman Lansia?

Aku memperhatikan sebuah papan, dan yah ternyata benar taman ini untuk orang lanjut usia, hah aku jadi ingin tertawa.

Tanpa seizinku tiba-tiba perutku terasa sakit. "Akh." rengekku.

"Kau kenapa Yoon? Apa kau sakit? Yoon?" Yura terlihat panik, ia memegang pundakku.

"Tidak apa hanya saja,"

"Yoon sebaiknya kita ke rumah sakit, aku takut kau kenapa-napa."

"Aku hanya, ah I'm hungry, can I eat your lips?" ujarku dengan diakhiri rengekan kesakitan dan senyuman jahil.

Matanya membulat. "Apa yang kau katakan?"

"Just Kidding," Aku terkekeh. "Tapi aku benar-benar lapar."

"Kita makan?" tawarnya.

"Yah, itu ide yang baik."

Mataku tak pernah bisa berhenti untuk mengawasinya, ia terlihat lebih menarik dibandingkan dengan apapun yang ada didunia ini. Ia bagaikan satu-satunya bunga yang mekar ketika yang lain masih kuncup atau bahkan sudah kering dan siap mati.

"Kau pucat Ra, apa kau baik?"

"Ya aku baik, mungkin hanya karena aku sama sepertimu, kelaparan hehe." Tawa yang terlihat dibuat-buat, aku tahu ia tengah menyembunyikan sesuatu, sejak aku mengatakan bahwa aku menyukai gadis seperti dirinya, raut wajahnya mendadak tidak semangat.

"Ahh, cepatlah kita pergi makan, aku tak mau kau semakin sakit."  Aku menggandeng tangannya menuju café terdekat.

Setelah makanpun ia masih sama, seperti tengah memikirkan sesuatu. Ia terlihat gelisah, apakah ucapanku yang membuatnya seperti ini? Ah sudahlah, ia akan baik-baik saja.

The Last (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang