14. FLASHBACK DAY

195 41 2
                                    



14. FLASHBACK DAY




15 Maret 1999
Jakarta, Indonesia


Suara tangisan seorang bayi pecah membelah sunyinya malam. Tangisan itu disambut dengan senyum dan tangis bahagia dari semua orang yang sedari tadi hanya mendengar teriak kesakitan dari Martha.

"bayinya perempuan." Ujar bidan sambil menggendong bayi yang masih dipenuhi bercak darah yang berselimut selembar kain.

"aku ingin menciumnya.." lirih Martha dan bidan itu langsung menyerahkan bayi itu kedalam pelukan Martha. Martha menimang bayinya penuh kasih, air mata jatuh membasahi pipinya. Perjuangannya telah selesai. Buah hatinya terlahir dengan selamat. Dengan lembut Martha menggenggam tangan mungilnya serta mencium keningnya.

"pah, dia cantik sekali.." ujar Martha. Suaminya, Gandi memposisikan dirinya duduk disamping istrinya. Dikecupnya kening istrinya untuk beberapa saat lalu beralih pada bayinya.

Mereka hanyut dalam sukacita lahirnya buah hati mereka malam itu. mereka merasa bahwa dengan hadirnya seorang anak dalam sebuah keluarga, maka sudah lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.

Dalam ikrar mereka juga terselip bahwa mereka akan melakukan apapun untuk membahagiakan putri kecilnya. Dan salah satunya dengan cara menghasilkan uang untuk kehiidupan yang lebih baik untuk masa depan putrinya.

Martha mengusap lembut pipi putrinya, "hallo, malaikat kecilku, Agatha Noveline.."


***


Jakarta, Indonesia
02 Februari 2004


Agatha kecil sudah hampir menginjak tahun keempatnya. Hari itu mereka resmi menempati rumah baru mereka dikawasan perumahan elit Jakarta. Hasil jerih payah Martha dan Gandi selangkah terbayarkan.

Dirumah berlantai dua itu, ibu dari Martha—Oma diajak ikut serta untuk tinggal bersama mereka. Walau mereka sekarang memiliki seorang asisten rumah tangga untuk membantu Oma, tapi Oma selalu menolak jika itu berurusan dengan Agatha kecilnya.

Oma bersikeras untuk merawat Agatha seorang diri. Mulai dari memandikannya, menyuapinya, menemaninya bermain dan segala hal lainnya. Oma mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada Agatha. Karena, Oma sadar bahwa semakin tinggi jabatan yang diduduki oleh Martha dan Gandi, ada satu hal yang harus dibayar oleh mereka. Yaitu, waktu untuk Agatha, putri semata wayang mereka.


—o0o—


"aku pulang..." ujar Gandi sembari merebahkan tubuhkan pada sofa empuk, "kau lembur lagi?" tanya Oma yang duduk disampingnya.

"banyak berkas yang harus diselesaikan hari ini juga, makanya aku terpaksa lembur." Oma mendesah pelan. Gandi menegakkan duduknya, "Agatha dimana?"

"dia sudah tidur." Gandi mengecek jam yang melingkar pada tangan kirinya. Pantas saja, Sudah jam sebelas malam rupanya..

"dan Martha?" tanya Gandi lagi.

"Martha sudah masuk kedalam kamar satu jam yang lalu."

Gandi mengendurkan dasinya, "ibu sendiri kenapa belum tidur? Inikan sudah larut malam.."

AGATHA [Harry's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang