20. HARI KE-13.4

169 33 4
                                    

20. HARI KE-13.4



Agatha berusaha secepat mungkin menghabiskan makanannya. Karena mungkin hanya itu yang bisa membuat mereka berdua pergi secepatnya. Agatha sangat tidak ingin berada diantara mereka berdua disatu tempat yang sama.

Jika, Harry adalah kucing, maka Arnold adalah tikus yang selalu berusaha mengganggu kucing. 

Agatha mengunyah makanan nya dengan kasar sambil memperhatikan kedua pria itu yang sekarang sibuk dengan ponselnya masing- masing.

Bila kembali Agatha pikirkan, dia sungguh beruntung bahwa bisa mengenal bahkan bisa berbicara langsung dengan Harry yang notabennya adalah idolanya.

Tapi, yang paling menyesakkan adalah bahwa besok dia akan terbangun dari mimpi indah ini dan kembali menjalani kehidupan normalnya mulai besok. Agatha sudah bertekad akan melupakan mereka, dan menganggap bahwa semua ini adalah hanya sebuah mimpi.

Agatha hanya tidak ingin berharap apapun, dan tidak ingin menyiksa dirinya sendiri dengan angan bahwa mereka akan bertemu lagi suatu saat nanti.

Tapi, jika ingin memilih Agatha ingin sekali tinggal bersama dengan Katniss saja. Baginya tidak ada rumah untuknya lagi sejak orangtuanya sibuk bekerja siang dan malam. Segala cara telah dia lakukan untuk menarik perhatian orang tuanya. Tapi, nihil.

Setinggi apapun prestasi yang didapatkan Agatha tidak pernah membuat orangtuanya menghabiskan waktu barang sehari untuknya. Yang dia dapatkan hanya satu kalimat ucapan selamat yang tidak pernah berubah. Sampai Agatha bosan karena hapal dengan isi kalimatnya.

Ponsel Agatha berbunyi nyaring, membuat semua beralih memperhatikan Agatha. 

Mom is calling..

'tumben banget', pikirnya lalu mengangkat panggilan itu. 

Tanpa memberi kesempatan Agatha untuk berbicara, ibunya lalu menutup panggilan itu dengan sepihak. 

Dunia Agatha telah hancur. Pikiran nya sekarang kosong. Dia berharap bahwa panggilan tadi hanya sebuah imajinasinya. Agatha menatap kedua orang yang sedang menatapnya juga. 

"kau tidak apa- apa?" tanya Arnold membuka keheningan diantara mereka.

"tadi ponselku tidak berbunyi, kan?" tanya Agatha tercekat, "ponselmu berbunyi. Tapi, kau tidak berbicara apapun pada siapapun yang menelpon mu tadi." jelas Harry.

Agatha segera mengecek riwayat panggilan di ponselnya. 'jadi ini bukan mimpi?' batin Agatha. Panggilan itu ada, dan hanya berdurasi tiga puluh enam detik.

Ponselnya meluncur bebas dari genggaman Agatha saat dia tersadar bahwa semua ini nyata. Terlalu nyata. Ibu nya tidak pernah berbohong apalagi hanya mengerjainya seperti ini. Jelas sudah bukan umur nya untuk dikerjai seperti ini.

Air mata Agatha mengalir begitu saja. Dirinya yang tiba- tiba menangis membuat Harry dan Arnold kebingungan. 

"Agatha, apa yang terjadi?" tanya Harry.

Tapi, Agatha terlalu sedih untuk mengeluarkan suara selain tangisan. Dunia seakan telah meninggalkannya sendirian. 

"Agatha..." giliran Arnold yang memanggil. Mematikan bahwa Agatha masihlah Agatha.

Tapi, Agatha masih menangis bahkan lebih kencang dari sebelumnya. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Harry dan Arnold selain menunggu Agatha selesai menangis.

Pandangan Agatha mulai berputar. Kakinya sudah tidak terasa menapak pada lantai lagi. Dan suara yang memanggil namanya semakin menjauh.

Harry mendapati bahwa Agatha akan segera pingsan, dan tepat saat  tubuhnya lemas kearah samping, Harry terlebih dahulu menangkap tubuh kecilnya sebelum terjatuh dari kursinya.

Mereka berdua memanggil- manggil nama Agatha. Matanya masih terbuka sedikit, tapi tidak ada respon apapun darinya.

"bawa dia ke rumah sakit!" perintah Arnold yang langsung mendapat tindakan dari Harry dengan membopong tubuh Agatha kedalam mobil Arnold.

Saat dalam perjalanan kerumah sakit, Agatha bergumam yang membuat Harry dan Arnold menebak- nebak kenapa dia bisa seperti itu.

"oma... oma..."

AGATHA [Harry's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang