whats wrong, bjh ?

1.8K 174 0
                                    


Hari demi hari terasa berlalu dengan sangat cepat. Rasanya Red Velvet baru saja bertemu dengan Bangtan kemarin. Sudah menikah saja besok,

Ia, Irene, memandangi langit malam lewat jendela kamarnya. Bintang-bintang berpijar dengan menawan. Sesekali ia menarik nafas dalam agar hatinya tenang. Ia membiarkan matanya berair namun menahan agar tak jatuh. Ia merindukan seseorang,




Irene beranjak mengambil ponsel di meja riasnya, menekan nomor telpon milik orang yang membuat hatinya berkecamuk malam ini. Harusnya ia senang malam ini,

Tapi kenapa?

▶:  song played



"Eoh—, eomma—."

Ia merindukan ibunya.

"Joohyun-ah!—."

"Ya—, eomma sudah makan?"

"Sudah. Kamu? Jaga makan mu!"

Irene hanya tersenyum. Pasalnya, ia sudah lama tak mendengar ibunya memohonnya untuk makan seperti itu.

"Iya—."

"Ayah bagaimana kabarnya?"

"Ia sangat sehat."

"Ayah menunggu cucu darimu!"terdengar ayahnya berteriak dan Joohyun pun tertawa mendengarnya.

Hatinya seakan lega dan ingin menumpahkan segalanya.

"Joohyun—, Kenapa menelpon?"

"Nggak. Kangen—, Hahaha,"gadis itu mendongak agar air matanya tak tumpah.

"Mah—,"

kini suaranya bergetar. Matanya memanas.

"Kenap, Joohyun?"

"Maaf, eomma—,"ia menunduk saat tangisnya tumpah.

"Apa maksudmu minta maaf, Bae Joohyun?"

"Ah, maaf—. Aku minta maaf untuk segalanya. Aku belum bisa jadi putri yang baik selama ini, Hiks—. Aku bahkan tak bisa bertemu denganmu hari ini. Padahal besok hari pernikahanku. Eomma!— Hiks— Aku benar benar minta maaf—."

Ia tak kuat menahan tangisnya.

Gadis itu merasa payah. Ia ingin memeluk ibunya tapi tak juga bisa.

"Bae Joohyun—!, tak apa. Dengarkan kata ibu! Jangan jadi orang yang pemalas! Ibu tahu kau pasti bisa. Ayah dan ibu sudah memaafkanmu dari dulu-dulu sekali. Berjanjilah untuk bahagia dan tak pernah sendirian mulai sekarang—. Ibu di sampingmu selalu—."

Gadis itu mengangguk masih dalam tangisnya.

"Eomma—."

"Ya, putriku?"

"Gomawo—,"air matanya mengalir lagi diiringi senyumannya.

"Ey— Kau sengaja membuat kami menangis juga ya?"

"Gomawo, kalau bukan karenamu, aku tak akan sebahagia ini—."

"Eum— arraseo!— Terimakasih sudah jadi putri terbaikku sepanjang masa—Uh?,"suara dari telpon juga terdengar bergetar.

"Aku akan pulang kalau ada waktu. Tunggu saja aku!"

"Cepatlah! Ibu memasakkan makanan kesukaanmu tiap hari tapi kau tak kunjung datang."

"Eung— Arraseo!"Irene mulai mengusap air matanya dan tersenyum.

"Telpon ibu jika kau butuh bantuan."

"Bae Joohyun—,"suara ibu bergetar.

"Ne, eomma?"

"Jadilah wanita yang terbaik besok— Ibu akan datang dan memelukmu—,"wanita itu terdengar memangis.

Irene mengangguk dari kejauhan, "Saranghae, eomma, appa!"

Telepon terputus.

Ia kembali memandangi langit malam kala itu. Rasanya jadi lebih lega sekarang. Lagi-lagi ia menarik nafas panjang.

Eomma— Appa—

Hatiku berkecamuk.
Tapi yang bisa aku ucapkan hanya permintaan maaf dan terimakasih.
Seolah jasa kalian tak besar untukku.

Terimakasih, sudah jadi dua malaikat terbaik seumur hidupku.
Maafkan aku yang telah membuatmu kesepian sejak beberapa tahun lalu.
Maafkan aku membuat kalian berharap dan terus berdoa untuk kehadiranku.

Mianhae—
Eomma, appa—

Happy Wedding!

hello, bangtanvelvet.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang