! WARNING !
Mungkin kalau menurut kalian ada kata-kata dan scene yang mature di chapter ini, segera di skip ya. Jadi mohon jangan mengkritik atau berkomentar.
"Well,siapa lagi kalau
bukan Sara?"Only You : 2
Sara seakan mengabaikan tatapan tajam Bu Rosalina, gadis itu memilih untuk menunduk dan sesekali melirik jam dinding. Berhadapan dengan guru bukanlah pengalaman pertamanya. Jadi jika siswa lain mengira kalau leader of "the six chicks" itu ketakutan atau gugup, itu tidak benar. Tidak sama sekali.
"Ibu tahu kamu memiliki kelebihan di bahasa inggris. Dan meskipun kamu tidak menyukai matematika, bukan berarti kamu mengabaikannya, kan?" Bu Rosalina bertanya dengan nada cemas. Gadis di hadapannya mencuri pandangan sejenak kemudian menunduk. Bu Rosalina mengambil nafas panjang, dan kemudian mengeluarkannya dengan kasar.
"Apakah kamu tahu bahwa nilai ulangan kamu tidak pernah diatas 50?, apa perlu ibu memanggil orang tua mu?"
"ENGGA BU!" cela Sara sekeras mungkin ketika ia mendengar kata 'orang tua'. Jujur, sebenarnya Bu Rosalina sempat terkejut. Namun wanita itu langsung membenarkan posisi kacamatanya.
"Iya bu, saya coba buat berubah. Saya bakal tutor sebaya dengan Adel." ucap gadis itu dengan nada lesuh. Mendengar itu, Bu Rosa tersenyum tipis.
"Ibu yakin kamu bisa." Bu Rosa mengusap kedua pundak Sara dengan senyuman lebar yang terpancar di wajahnya. Sara memasang senyum miris. Sesudah pembicaraan singkat itu selesai, Bu Rosa beranjak dari bangkunya dan meninggalkan kelas. Baru saja Sara ingin melenggang ke kantin, dan terhenti ketika Adel menahan pundaknya. Sara menoleh. Rambutnya yang ter-urai itu sempat terkibas dan hampir mengenai wajah Adel.
"Kapan mau tutor sama gue-nya?" Adel bertanya dengan wajah serius. Mendengar itu, Sara langsung tertawa terbahak-bahak. Reaksi Sara membuat keempat sahabatnya yang berdiri di belakang Adel saling melirik. Setelah tawanya mereda, Sara merangkul Adel dengan santai.
"Itu lelucon, Del. Gue bilang gitu biar tuh wanita keriput pergi. Jujur gue sempet ngantuk pas duduk di depan dia." kata Sara santai, yang masih diiringi dengan sisa tawanya.
"Tapi Sar, kalo misalnya nilai ulangan lo jelek lagi? Udah pasti gue yang disalahin, kan?" Adel dengan gugup bertanya. Mendengar itu, raut wajah Sara kembali berubah menjadi cuek.
"Engga dong. Gue udah punya rencana. Ayo ah, mending ke kantin!" Sara sudah menarik tangan Adel yang masih terlihat ragu itu. Tak disangka ia berpas-pasan dengan Alex. Jaraknya lumayan dekat, dan cowok itu hanya mengenakan kaos. Tidak lupa bau kopi masih berada di sekitar tubuhnya.
"Wow, seorang ketos terlalu berani ga make seragam di sekitar sekolah, hm?" Sara tersenyum miring dan menatap Alex dengan tatapan mengejek. Alex meletakkan seragamnya yang masih bercorakkan bekas kopi itu di pundaknya.
"Bukannya gue ngelakuin ini karena lo? Jadi kalau kepsek nanya, gue tinggal santai ngejawab "karena Sara". Trus lo pasti dipanggil kepsek, dan kepsek manggil ortu lo. Jadi santai aja." jeda. "satu-satunya hal yang harus gue lakukan adalah memamerkan tubuh sexy gue ini di hadapan kepsek, dan kemudian mengadu." celetuk Alex dengan amat santai. Cowok itu menjulurkan lidahnya dan melenggang berjalan ke bangkunya sambil sesekali tersenyum manis kepada cewek-cewek di sekitarnya.
Rencana menjengkelkan Alex itu tidak dapat di hapuskan dari otak Sara. Gadis itu menatap Alex tajam dan kemudian menggebrak meja-nya dengan keras. Cowok yang sedang asik meminum susu kotaknya itu sempat tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You [COMPLETED]
Teen Fiction"Bermusuhan" bukanlah kata yang asing bagi kedua remaja popular di SMA Mulia. Perpaduan antara gadis berwajah manis namun jutek dan cowok berlesung pipi merupakan perang dunia ke III bagi para guru, maupun para murid. Lalu apa yang menyebabkan perm...