Jika aku membuka mata,
sudah pasti aku melihat.
Tapi baru kusadari, kalau
apa yang dapat kita lihat,
tidak semuanya realita.
Kini bukan hanya mata
yang menjadi saksi.
Melainkan telinga, dan
hati. Aku mendengar,
dan kau membuktikan.
Aku membuka hatiku,
karena akhirnya aku
melihat segalanya dalam
bentuk realita.Only You : 38
Sebenarnya gadis itu sudah menyadarkan diri semenjak dia menyadari bahwa tubuhnya sudah mendarat di tempat tidur yang berbeda, dari tempat tidur yang terakhir dia duduki.
Matanya sedikit terbuka, dan hatinya terkejut setengah mati ketika melihat tangan siapa yang mem-posisikan dirinya disitu. Tangannya sudah siap untuk melayang dan menampar wajah sosok itu, dan kegeraman sudah muncul, melalui tenggorokan, dan menuju ke otak.
Tiba-tiba satu hal menghentikan niatnya, dan membuat gadis itu memilih untuk diam, dan berpura-pura tidur. Setiap kata-kata yang keluar dari bibir mantan sahabatnya itu, membuat dia merasa tersentuh.
Ia tahu persis kalo cowok itu tidak bohong. Dari cara bicara, cara mengungkapkan dan penyusunan kata, bahkan raut wajahnya, sungguh, Sara memerhatikan semuanya.
Dan anehnya cowok itu tidak menyadari kalo gadis yang berbaring di sebelahnya udah melek, dan mnutup matanya. Mungkin karena dia terlalu asik mengungkapkan isi hatinya? Entahlah.
Sekarang malah Sara yang merasa bersalah.
Perlahan gadis itu bangkit dari tempat tidurnya, berjalan keluar dan menoleh ke kiri dan ke kanan. Pintu kamar sebelah terbuka. Pintu kamar milik seorang yang terlihat tampan malam ini. Dan untuk pertama kalinya Sara menyadari dan mengakui hal itu pada dirinya sendiri. Entah karena dia merasa bersalah, atau itu memang realita, Sara tidak dapat menjawab pertanyaan yang satu itu. Yang jelas, saat ini ia merasa deg-degan.
Tok.. Tok..
Gadis itu mengetuk pintu dan mendapati seorang cowok yang sudah memeluk buku-buku matematika milik Sara. Mungkin cowok itu sempat bermaksud mengembalikan, dan ketika melihat sang pemilik buku-buku tersebut, ia tersentak.
Jangan-jangan dia denger curhatan gue? batin Alex yang langsung berpikir yang engga-engga. Alex berjalan, mendatangi gadis yang berdiri di ambang pintu itu dengan senyuman miring di wajahnya.
"You're awake? Why?" tanya Alex, sambil menyodorkan buku matematika milik Sara.
"Iya, kebangun. Keinget besok hari sekolah." jawab gadis itu.
Mereka saling menatap, dan Sara tersenyum. Membuat Alex smakin gugup alias takut. Takut kalo Sara mendengar semuanya.
"Ehm!, jadi lo mau pulang sekarang? Ayo, gue anter ke luar." Alex mendahului gadis itu dan mempercepat langkahnya.
Dia salting.
Sara mengambil kesimpulan. Gadis itu dengan santai turun kebawah, dan senyuman masih terlihat jelas di wajah gadis itu. Ketika ia menuruni anak tangga, ia tidak melihat Amanda maupun Andrew. Kelihatannya orang tua Alex masih senang melakukan kencan berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You [COMPLETED]
Teen Fiction"Bermusuhan" bukanlah kata yang asing bagi kedua remaja popular di SMA Mulia. Perpaduan antara gadis berwajah manis namun jutek dan cowok berlesung pipi merupakan perang dunia ke III bagi para guru, maupun para murid. Lalu apa yang menyebabkan perm...