“apa kau sering memukul Taeyong seperti itu?”
“iya, aku memukulnya supaya dia tidak mengulangi kesalahannya lagi”
“kurasa tidak baik mendidik anak dengan kekerasan seperti itu... aku saja tidak pernah memukul Myungsoo”
“sepertinya kau sudah mendidik anak kita dengan baik, tidak seperti aku mendidik Taeyong”
Myungsoo mendengar pembicaraan appa dan eommanya di ruang makan. Myungsoo tertegun dengan jawaban eommanya itu.
Appa Myungsoo memang tidak pernah bersikap kasar padanya. Namun hati kecil Myungsoo ingin berteriak bahwa appanya tidak merawat Myungsoo sebaik itu. Appanya selalu sibuk dengan urusan bisnisnya dan jarang memperhatikan Myungsoo.
“Myungsoo, kau disini? Bagaimana keadaan Taeyong?” tanya appanya tiba-tiba.
“Taeyong sudah tidur, tadi aku mengobati lukanya” jawab Myungsoo.
“ah... aku pasti keterlaluan memukulnya tadi...” sesal eommanya.
“iya, eomma... kasihan Taeyong punggungnya lecet dan berdarah. Dia tidur dalam posisi telungkup” ujar Myungsoo.
“aku.... aku terlalu emosi tadi...” ujar eommanya.
“baiklah Myungsoo, kau sudah bertemu Taeyong kan? Ayo sekarang kita pulang” ujar appanya.
“apa? Pulang? Pulang kemana? Kita tidak akan tinggal disini??” tanya Myungsoo.
“Myungsoo... setelah appa pertimbangkan lebih baik kita tinggal di rumah kita saja... Jarak sekolahmu serta kantor appa dari rumah ini cukup jauh sehingga lebih membuang waktu” ujar appanya.
“dan rumah ini terlalu kecil, Myungsoo... kau tidak akan nyaman tinggal disini” lanjut eommanya.
“ah, siapa bilang? Aku bisa mengendarai mobil ke sekolah dan rumah ini sangat nyaman” ujar Myungsoo.
“tidak bisa, Myungsoo... maafkan appa” ujar appanya.
“kami berdua bukan suami istri lagi... tidak sepatutnya kami tinggal dalam satu rumah, apalagi satu kamar yang sama” ujar eommanya sambil mengelus kepala Myungsoo.
Myungsoo tersadar bahwa keluarganya yang ada sekarang bukanlah keluarga yang utuh, melainkan terpecah menjadi dua. Sejak appa dan eommanya bercerai, entah bagaimana Myungsoo tinggal bersama appanya sementara Taeyong bersama eommanya.
Dan entah bagaimana caranya keluarganya ini mendadak kembali bersatu. Akhirnya Myungsoo bisa melihat eommanya yang tidak pernah ia temui, bahkan Myungsoo bisa bertemu Taeyong saudara kembarnya yang bahkan ia sendiri tidak tahu bahwa ia memiliki saudara kembar.
Terkadang Myungsoo menyesalkan mengapa eommanya dan Taeyong tidak datang lebih awal, saat dirinya masih sehat dan bisa menghabiskan banyak waktu bersama mereka berdua. Mengapa mereka berdua datang saat dirinya dalam kondisinya yang seperti ini.
“Sooyeon aku pulang dulu... sampaikan salamku untuk Taeyong... dan aku ingin memberi sedikit uang jajan untuk Taeyong”
Jaejoong mengeluarkan amplop cokelat dari saku jasnya. Amplop itu sepertinya berisikan uang karena amplop itu terlihat penuh dan tebal.
“ah, Jaejoong kau tidak perlu repot, aku masih bisa memberikan uang jajan untuk Taeyong” ujar Sooyeon malu.
Tentu saja Sooyeon merasa malu. Memegang amplopnya saja membuatnya merinding. Barangkali uang di dalam amplop ini setara dengan uang saku Taeyong selama setahun.
“aku ingin menjadi appa yang baik untuk Taeyong” ujar Jaejoong.
“terima masih, Jaejoong. Myungsoo, maafkan eomma karena belum bisa memberikanmu apa-apa...” ujar Sooyeon sambil menatap Myungsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry I'm too Introvert
Художественная прозаTaeyong adalah siswa pintar di sekolahnya yang punya prestasi gemilang di bidang akademik terutama matematika. Selain itu Taeyong juga berwajah tampan. Namun sayang, Taeyong tidak memiliki banyak teman karena dia yang memiliki sifat introvert. Hany...