Myungsoo berkemas-kemas bersama teman satu timnya untuk berangkat menuju SMA Chungdam untuk pertandingan. Tidak lupa Myungsoo membawa obat penghilang rasa sakit untuk berjaga-jaga jika mendadak penyakitnya kambuh. Myungsoo kini sudah selesai berkemas, ia pun beranjak ke tengah dan memanggil teman-temannya.
“I S fighting!” mereka meneriakkan yel-yel mereka.
Setelah memakan waktu dua puluh menit perjalanan, Myungsoo dan teman-teman basketnya sudah tiba di SMA Chungdam, juga dengan tim sepak bola mereka.
Myungsoo memandangi gedung SMA Chungdam yang sederhana dan lebih kecil dari gedung sekolahnya. Bahkan beberapa temannya terdengar mengolok-olok sekolah ini.
“bahkan aku tidak pernah mendengar SMA Chungdam, sekolah ini benar-benar antah berantah” ujar Howon.
Sontak teman-teman yang lain ikut tertawa keras, namun tidak dengan Myungsoo. Myungsoo pun menyuruh mereka diam agar tidak mengganggu siswa lain yang sedang belajar. Myungsoo pun mengajak mereka ke aula tempat mereka berkumpul.
. . .
Jantung Taeyong berdegup kencang menjelang pertandingan basket dimulai. Sangat disayangkan pertandingan basket dan sepak bola diadakan bersamaan sehingga ia tidak bisa menonton Doyoung dan sebaliknya.
Taeyong yang sudah berganti pakaian lalu mengikuti briefing dengan teman-temannya. Sesuai dengan kesepakatan awal bahwa Taeyong akan ditempatkan di posisi cadangan.
Pertandingan basket pun dimulai setelah mereka menyelesaikan briefing. Sementara Taeyong duduk di bangku cadangan bersama teman-temannya yang lain. Ia melihat tim lawan, dari SMA Seoul Internasional termasuk seseorang yang wajahnya familiar baginya.
“aigo... itu Kim Myungsoo... kapten dari SMA Seoul Internasional yang berhasil mewakili Korea Selatan ke pertandingan basket se-Asia U-18” kata temannya heboh.
Taeyong ingat sekarang, bahwa Kim Myungsoo, namja kaya yang ia temui di toko olahraga beberapa minggu lalu adalah atlet sungguhan. Mengetahui bahwa mereka akan bertanding bersama telah membuat Taeyong menjadi amat malu karena ia hanyalah anak basket selama lima hari.
Taeyong sadar bahwa levelnya jauh berbeda dengan Myungsoo yang mungkin sudah lama menjadi anak basket. Taeyong makin pesimis dan tidak yakin dengan pilihannya ikut bertanding kali ini.
Pertandingan sudah berjalan dua kuarter dan sekolah Taeyong tertinggal dua bola dari tim lawan. Tiba-tiba, Jaehyun terjatuh hingga cedera, membuat si pangeran sekolah itu ditarik keluar. Sontak, seluruh siswi di SMA Chungdam menjadi heboh, mereka nampak tidak terima bahwa idola mereka dicederai oleh lawan.
“Taeyong, masuk gantikan Jaehyun” teriak sang pelatih.
Taeyong buru-buru masuk ke lapangan dan melewati Johnny. Biasanya Johnny akan menatapnya dengan tatapan sinis, namun kali ini Johnny terlalu sibuk dengan pertandingan, berteriak-teriak mengatur posisi teman-temannya termasuk Taeyong. Memang Johnny di luar dan di dalam lapangan seperti orang yang berbeda.
Taeyong pun melihat sosok Myungsoo di depannya dan mereka tidak sengaja saling bertatapan. Taeyong melihat Myungsoo mengangkat jempolnya kepada Taeyong. Taeyong sendiri tidak paham dengan maksud tindakan Myungsoo, entah untuk menyemangatinya atau justru mengejeknya.
Permainan berjalan alot, Taeyong tidak diberikan operan bola padahal ia sudah berlari kesana kemari. Ia sudah berdiri di bawah ring, namun teman-temannya yang lain malah memaksa memasukkan bola ke ring, bola pun meleset sehingga mereka gagal mencetak angka. Semengara di pinggir lapangan, pelatih Choi berteriak-teriak untuk bermain dengan baik.
Kuarter ketiga pun usai, sekolah Taeyong masih tertinggal dua bola. Yang mengejutkan adalah Kim Myungsoo keluar dari permainan dan diganti dengan pemain cadangan.
“akhirnya mereka kehilangan shotgun mereka” ujar Johnny,
“winwin, kau bersiap di sebelah kiri dan aku sebelah kanan. Taeyong, kau bersiap di bawah ring” Johnny mengatur formasi kembali.
Pada kuarter terakhir, pertandingan ternyata menjadi lebih mudah. Taeyong menyadari kontribusi besar Myungsoo untuk timnya. Saat Myungsoo keluar, tim lawan menjadi lemah dengan serangan. Semua bola yang di-shoot tidak satupun masuk ring.
Johnny segera merebut bola dan mengopernya ke Winwin. Winwin melihat ke sekeliling lalu melihat diri Taeyong, tak lama bola itu pun melayang ke arah Taeyong. Segera Taeyong menangkapnya dan langsung melempar ke ring. Dua poin berhasil dicetak.
Selanjutnya waktu pertandingan tinggal 1 menit lagi, Taeyong pun merebut bola dari tim lawan yang ada di daerahnya. Taeyong sadar bahwa lawan akan mengejar dirinya, namun ring masih agak jauh. Akhirnya Taeyong melempar bola itu kuat-kuat.
Suasana lapangan langsung diam melihat Taeyong. Bola berputar-putar di ring dan akhirnya masuk ke dalam ring. Seisi sekolah pun riuh dengan perolehan skor mereka. Taeyong berhasil melakukan three point shoot pertamanya, membuat sekolahnya unggul setengah bola, berbarengan dengan peluit panjang dibunyikan. Akhirnya SMA Chungdam menang tipis.
Taeyong masih tidak mengerti apa yang barusan ia lakukan. Teman-temannya sontak mengelilinginya, bahkan termasuk Johnny dan Winwin yang biasanya sinis kepada Taeyong.
“wow! Kau baru lima hari masuk basket dan itu keren!!” seru Winwin dengan wajah sok coolnya.
“good game Taeyong” Johnny menepuk pundaknya.
Taeyong kini mengikuti teman-temannya menuju tempat istirahat untuk merayakan kemenangannya dalam permainan basket. Tidak hanya anggota tim basket, melainkan siswa lain ikut merayakan kemenangan SMA Chungdam.
Taeyong sangat tidak terbiasa berada dalam suasana ramai seperti ini. Ia pun memilih menyelinap keluar dan berlari menuju lapangan belakang yang sepi. Taeyong bersantai sambil minum untuk menghilangkan dahaga. Ia pun menoleh dan melihat seseorang berbaring di bangku taman yang biasa ia duduki. Taeyong pun berjalan mendekati orang itu.
“Kim Myungsoo? Kau disini?” tanya Taeyong.
Myungsoo membuka mata dan menatap Taeyong. Ia pun tersenyum lalu bangun dari posisinya.
“tentu saja. Selamat ya atas kemenanganmu...” Myungsoo menyelamati Taeyong.
“ah bukan apa-apa, teman-temanku yang hebat... dan kalau kau tidak keluar, mungkin aku akan kalah...” ujar Taeyong.
“ah, jangan merendah begitu” kata Myungsoo.
“kenapa kau disini? Kau tidak bersama teman-temanmu?” tanya Taeyong.
“aku tidak suka keramaian, aku suka tempat sepi seperti ini. Kau sendiri? Bukankah harusnya kau merayakan kemenanganmu?” ujar Myungsoo.
“aku juga tidak suka keramaian... omong-omong ini tempat yang biasa aku datangi” kata Taeyong.
“hey, sepertinya kita berdua cocok... kita sama-sama menyukai suasana sepi. Hahaha” kata Myungsoo.
“ah sepertinya iya. Hahaha” Taeyong tertawa.
“kenapa kau mendadak keluar permainan tadi?” tanya Taeyong.
“aku? Ah... aku sedang capek... kondisiku memang sedang kurang fit. Sedang flu” ujar Myungsoo.
“ah jinjja?? Sayang sekali...” ujar Taeyong.
.
.
TBC
.
.
Part ini murni menggunakan pengetahuan terbatas author tentang basket. Author ga main basket sih tapi suka aja nonton pertandinganya hehehe
.
.
VOTE AND COMMENT BELOW 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry I'm too Introvert
Ficción GeneralTaeyong adalah siswa pintar di sekolahnya yang punya prestasi gemilang di bidang akademik terutama matematika. Selain itu Taeyong juga berwajah tampan. Namun sayang, Taeyong tidak memiliki banyak teman karena dia yang memiliki sifat introvert. Hany...