“aigo... ini semua salahku... mianhae...” ujar Doyoung yang membuat semua keluarga Taeyong menatapnya heran.
“apa maksudmu??” tanya Taeyong.
“aku tadi melihat hyungmu duduk-duduk saja saat kita membereskan piring, lalu aku bercanda dengan menyuruhnya ikut berberes... ternyata dia menganggapnya serius... aku tidak peka kalau dia sedang kelelahan” sesal Doyoung.
Taeyong memutar bola matanya kesal, “yah, dia memang orangnya tidak bisa diajak bercanda” ujar Taeyong.
“sudahlah, jangan menyalahkan diri begitu... dia memang dari awal sudah sakit” ujar Taeyong.
Nampaknya mood Taeyong sedang buruk. Baru saja ia selesai merayakab pesta ulang tahunnya tapi Myungsoo langsung ambruk. Dalam hatinya Taeyong menyesal tidak banyak melewatkan pesta barusan dengan hyungnya, padahal ia berbagi ulang tahun dengan hyungnya. Taeyong terlalu sibuk bermain bersama teman-temannya dan meninggalkan Myungsoo. Bahkan Taeyong tidak memperhatikan Myungsoo yang sebenarnya sedari pesta berlangsung sudah menunjukkan tanda-tanda tidak beres.
“ada Taeyong disini?” ujar dokter yang tiba-tiba keluar dari kamar Myungsoo.
Taeyong berdiri, “aku Taeyong” jawabnya.
“masuklah, Myungsoo sudah sadar dan dia memintamu masuk ke dalam” ujar uisa.
Taeyong masuk ke dalam ruang rawat dengan gugup. Begitu masuk, Taeyong terkejut dengan hyungnya yang terbaring di ranjang dan dikelilingi berbagai selang-selang yang ia tidak ketahui fungsinya.
Taeyong menangis melihat keadaan Myungsoo. Baru saja satu jam yang lalu Myungsoo menjadi setampan pangeran dan kini kondisinya jauh berbeda, Myungsoo hanya terbaring dengan wajahnya yang pucat.
“Taeyong, kemarilah” ujar Myungsoo.
Suara Myungsoo tidak begitu terdengar jelas karena mulutnya tertutup masker oksigen. Taeyong masih menangis di depan pintu kamar yang sudah tertutup. Dia tidak berani berjalan mendekat. Jika Taeyong berjalan mendekat barangkali tangisannya akan semakin keras, sebab ia amat tidak tega melihat hyungnya.
“hyung... hiks...” ujar Taeyong sambil menangis sesengukan.
“Taeyong-ah, kenapa menangis? Sejak kapan kapten basket keren sepertimu jadi cengeng begini?” Myungsoo terkekeh pelan.
“hyung!!” seru Taeyong.
Taeyong menyeka air matanya dengan kasar lalu berjalan mendekati Myungsoo. Ia duduk di sisi ranjang Myungsoo sambil menggenggam tangan Myungsoo. Tangan Myungsoo begitu dingin dan kurus, membuat Taeyong kembali ingin menangis lagi. Taeyong tidak mampu bicara apapun, ia hanya bisa menunduk sambil menggenggam tangan Myungsoo.
“kenapa menangis? Hari ini hari ulang tahunmu, orang bilang kalau menangis di hari ulang tahun kau akan mendapat kesialan selama satu tahun” ujar Myungsoo.
“hyung... mianhae..” ujar Taeyong.
“eoh? Kenapa minta maaf?” tanya Myungsoo bingung.
“aku... aku tidak berada di sisi hyung selama pesta. Seharusnya aku peka bahwa hyung mulai kelelahan dan sakit saat di pesta tadi” sesal Taeyong.
“sebenarnya aku yang menghindarimu, Taeyong... aku tahu saat di pesta aku mulai merasa tidak beres. Aku berusaha menahannya karena aku tidak mau merusak pesta kita dengan pingsan di tengah kerumunan tamu” ujar Myungsoo.
“aku sadar aku memang semakin lemah dari hari ke hari. Barangkali aku tidak akan bisa bertahan...”
“cukup, hyung!! Jangan lanjutkan lagi” seru Taeyong memotong perkataan Myungsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry I'm too Introvert
General FictionTaeyong adalah siswa pintar di sekolahnya yang punya prestasi gemilang di bidang akademik terutama matematika. Selain itu Taeyong juga berwajah tampan. Namun sayang, Taeyong tidak memiliki banyak teman karena dia yang memiliki sifat introvert. Hany...