Taeyong mendapati dirinya sudah berdiri di pinggir lapangan basket sekolahnya. Di hadapannya terdapat seorang laki-laki bertubuh tinggi yang sedang bermain basket sendirian. Taeyong mengamati namja tersebut, ia tampak asing dengan namja itu karena ia yakin postur tubuh namja itu tidak mirip dengan anak basket di sekolahnya.
“Taeyong, kajja kita main basket bersama” kata namja itu yang tiba-tiba menoleh ke belakang. Baseball cap yang ia kenakan menutupi sebagian wajahnya sehingga wajahnya tidak terlihat jelas.
“basket? Aku bahkan tidak bisa bermain basket sama sekali” kata Taeyong.
“omong kosong, kau adalah center basket. Ayo kita main”
Namja itu menarik tangan Taeyong dan entah bagaimana Taeyong menurut saja dengan orang asing itu. Namja itu melemparkan bola basket ke Taeyong yang dengan ajaibnya Taeyong menerima bola itu dengan mudahnya.
“sekarang lempar bolanya ke ring” perintah namja itu.
Taeyong kaget dan berjalan ke depan ring. Taeyong dengan otomatis men-dribble bola dan melempar ke keranjang. Taeyong merasa tubuhnya melakukan semuanya dengan otomatis. Bagaimana bisa Taeyong yang terkenal malas olahraga dan hobinya membaca buku olimpiade di bawah pohon sendirian itu tiba-tiba bisa melakukan shoot dengan baik.
“nice! Lakukan terus Taeyong, hyung akan melihatmu dari sini” kata namja itu.
“hyung?” tanya Taeyong heran.
Taeyong pun kembali melempar bolanya ke keranjang. Bola itu hanya membentur ring dan malah membentur kepala Taeyong. Taeyong meringis sambil memijat-mijat kepalanya. Ia menoleh ke samping dan mendapati namja itu telah hilang.
. . .
“Taeyong!!”Taeyong membuka matanya dan mendapati wajahnya sedang dipukuli sesuatu. Terdengar teriakan Doyoung menggema sementara wajahnya terus-terusan dipukul bantal.
“Doyoung-ah! Geuman” protes Taeyong.
“aish Taeyong kau kenapa? Kenapa tiba-tiba kau berbicara sendiri dan bergerak-gerak selama tidur? Biasanya kau tidak pernah begini... jadinya kukira kau kerasukan” kata Doyoung polos.
“ahahaha mana mungkin aku kerasukan... aku hanya... eum mimpi” kata Taeyong.
“kau mengkhawatirkan Taeyong... apa kau tidak mau cerita denganku?” tanya Doyoung.
“tapi aku tidak apa-apa, tidak ada yang perlu aku ceritakan kan?? Mian sudah mengganggu tidurmu” kata Taeyong sambil kembali berusaha beranjak tidur.
“aish mimpiku semakin aneh akhir-akhir ini”
(At Myungsoo’s house)
Dengan lesu Myungsoo berbaring di ranjangnya seusai mandi. Myungsoo meraih ponselnya dan mendapati banyak pesan masuk tanpa sempat ia baca. Umumnya berisi obrolan dari grup chat tim basketnya yang ramai membicarakan pertandingan minggu depan dengan SMA Chungdam.Teman-temannya sibuk membicarakan bintang-bintang basket yang ada di sekolah itu. Tentu Myungsoo tidak tahu siapa yang mereka bicarakan, bahkan ia tidak pernah mendengar nama sekolah SMA Chungdam
“kau harus menghentikan aktivitasmu di basket kali ini. benar-benar berhenti agar pengobatanmu bisa berjalan dengan baik”
Kata-kata dokter Choi kembali terngiang-ngiang. Myungsoo menjadi frustasi memikirkannya terus menerus. Ia bingung harus terus memaksakan tetap di tim basket atau ingin mengundurkan diri. Ia tidak bisa meninggalkan tim basket yang sudah 2 tahun bersama-sama dengannya di SMA.
Sepertinya kita butuh beli beberapa bola basket baru. Bola yang lama sudah bocor dan licin.
Iya kau benar, kita harus minta persetujuan Myungsoo
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry I'm too Introvert
Ficção GeralTaeyong adalah siswa pintar di sekolahnya yang punya prestasi gemilang di bidang akademik terutama matematika. Selain itu Taeyong juga berwajah tampan. Namun sayang, Taeyong tidak memiliki banyak teman karena dia yang memiliki sifat introvert. Hany...